Sunday 1 December 2013

Mikroorganisme Penting di Dalam Ragi Minuman Bir

Mikroorganisme Penting di Dalam Ragi Minuman Bir

a.      Mikroorganisme dalam Ragi Bir
Penggunaan Ragi
Manusia memanfaatkan ragi untuk berbagai tujuan. Sudah sejak dulu diseleksi ragi yang paling cocok untuk keperluan tertentu, diantara sejumlah genus, spesies dan stam. Jenis ragi yang bernafas lemah dengan fungsi meragikan menonjol, digunakan sebagai ragi bawah pada pembuatan bir. Jenis ragi yang digunakan pada pembutan etanol dan minuman anggur dan ragi roti , terutama adalah rragi atas.

Saccharomyces cerevisiae

Ragi ini harus mengembangkan adonan roti dengan memproduksi karbondioksida., yaitu meragikan kuat. Ragi ini dipelihara dalam tangki-tangki dengan pengudaraan kuat. Sebagai produk samping selalu terjadi etenol. Dengan cara mengubah-ubah pengudaraan dan pembubuhan gula dapat diubah hasil relatif dari ragi dan alkohol. Pada metode pengisian gula dibubuhkan hanya dcemikian lambat dan terus menerus sehingga pertumbuhan ragi dibatasi. Demikian dapat dihindari pembentukan produk-produk peragian dan semua gula dimanfaatkan untuk pertumbuhan ini. Sebagai sumber nitrogen digunakan amonium, dan ragi yang sedang tumbuh mendapat zat-zat suplement dari adonan terigu yang ditambahkan.
Bir di Eropa tengah terutama dibuat dari Hordeum sativum yaitu sebagai bahan pokok dipakai Hordeum sativum yang sedapat mungkin berkadar protein rendah dan berkadar pati tinggi. Karena ragi tidak mengandung amilase, ragi tidak dapat meragikan amilum, hanya gula maka amilum dalam H.sativum dibiarkan membengkak dan mulai berkecambah. Mula-mula butir-butir H.sativum dibiarkan membengkak dan mulai berkecambah ; kemudian kecambah hijau ini dikeringkan pada suhu tertentu, yang hanya menghentikan proses kecambah, tetapi enzimnya tetap utuh. Kecambah kering ini dilumatkan dan diapugkan di atas air dalam ember kayu. Pada suhu sedang, amilum dipecah menjadi maltosa, dan terbentuklah bumbu-bumbunya. Bumbu  ini dibersihkan dari kulitnya, dicampur dengan Humulus lupulus, dimasak, didinginkan dan kemudian diragikan dengan ragi yang sudah dikultivasi sebelumnya dalam ember-ember peragian.

Untuk menghasilkan alkohol peragian (etanol) digunaka ampas pembuatan gula tebu (melasse) atau dari kentang. Alkohol yang jauh lebih murah dibuat dari kayu tumbuh-tumbuhan dikotil terhidrolisis atau dari limbah sulfit pabrik kertas. 

Mikroorganisme Lengkap Yang Terdapat Pada Kompos Bioaktif

a.      Mikroorganisme dalam kompos bioaktif
Limbah padat organik biasanya mengandung berbagai mikroorganisma yang mampu melakukan proses pengkomposan. Ketika limbah organik dipaparkan di udara dan kandungan airnya sesuai, maka mikroorganisma mulai bekerja. Selain oksigen dari udara dan air, mikroorganisma memerlukan pasokan makan yang mengandung karbon dan unsur hara seperti nitrogen, fosfor dan kalium untuk pertumbuhan dan reproduksi mereka. Kebutuhan makanan tersebut disediakan oleh limbah organik . Mikroorganisma kemudian melepaskan karbondioksida, air dan energi dan berkembang biak.

Sumber gambar: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwlSkxrRcTw4LR-5OWwDwvraUo4ix6C7qONkLqzYqYAATsKk134b5_eIzpqhphTBHCPAfxxL9hsljEEs363hOXloBmebANjtPbzSHpClhbxN5w_Bgq3LmPc01bvX4fhmPV5bzfVISu1MI/s1600/cara+membuat+kompos.jpg
Energi dilepaskan sebagai panas. Akibat dari Energi yang dilepaskan, tumpukan bahan yang dikomposkan akan melewati tahap penghangatan. Pada minggu pertama dan kedua proses pengomposan, energi panas yang dilepaskan oleh bakteri termofilik dapat mengakibatkan suhu tumpukan kompos mencapai 70 derajat celcius. Kemudian sejalan dengan waktu suhu kompos akan menurun karena aktivitas mikroorganisme termofilik mulai menurun dan digantikan oleh mikroorganisme mesotilik. Penurunan suhu pada akhir minggu ke-enam biasanya telah mencapai 40 derajat celcius dan kompos sudah dapat dipanen. Tempat yang digunakan adalah ruangan terbuka yang beratap lantai, proses aerasinya alamiah dan pembuatan tumpukannya dibuat memanjang dengan ukuran yang tertentu. Untuk mengendalikan proses tersebut, setiap waktu tertentu tumpukan dibalik dan disiram dengan air seperlunya.

Limbah peternakan sebagian besar berupa bahan organik. Hal ini menunjukkan bahwa apabila dikelola dengan cara yang benar dan tepat peruntukkannya, limbah peternakan masih memiliki nilai sebagai sumberdaya yang potensial bermanfaat.

Sejak dahulu limbah peternakan sudah digunakan oleh petani sebagai bahan sumber pupuk organik, namun karena pengaruh intensifikasi pertanian, pemanfaatan tersebut semakin berkurang. Selain itu juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi pengolahan limbah peternakan yang masih belum mampu memenuhi tuntutan kebutuhan petani pada masa itu. Pengolahan limbah sebagai pupuk masih dilakukan secara konvensional, yaitu dibiarkan menumpuk dan mengalami proses degradasi secara alami. Teknologi yang tepat dan benar belum dikembangkan.

Teknik pengomposan merupakan salah satu cara pengolahan limbah yang memanfaatkan proses biokonversi atau transformasi mikrobial. Biokonversi itu sendiri adalah proses-proses yang dilakukan oleh mikroorganisme untuk merubah suatu senyawa atau bahan menjadi produk yang mempunyai struktur kimiawi yang berhubungan. Proses biokonversi limbah dengan cara pengomposan menghasilkan pupuk organik yang merupakan hasil degradasi bahan organik.

Salah satu aktivator atau dekomposer yang sering digunakan adalah Stardec atau Starbio. Aktivator Stardec berisi beberapa mikroba yang berperan dalam penguraian atau dekomposisi limbah organik hingga dapat menjadi kompos. Mikroba tersebut lignolitik, selulolitik, proteolitik, lipolitik, aminolitik dan mikroba fiksasi nitrogen non-simbiotik.

Mikroba – mikroba tersebut mempunyai peran – peran tersendiri hingga mampu memperbaiki dan mempercepat proses pengomposan yang kita lakukan. Mikroba tersebut adalah sebagai berikut:
Mikroba lignolitik berperan dalam menguraikan ikatan lignoselulose menjadi selulose dan lignin. Lignin ini kemudian diuraikan lagi oleh enzim lignase menjadi  derivate  lignin yang lebih sederhana sehingga mampu mengikat NH4.

Mikroba selulotik akan mengeluarkan enzim selulose yang dapat menghidrolisis selulosa menjadi selulosa lalu dihidrolisis lagi menjadi D-glukosa dan akhirnya  didokumentasikan sehingga menghasilkan asam laktat, etanol, CO2 dan ammonia.

Bakteri proteolitik adalah bakteri yang memproduksi enzim protease ekstraseluler, yaitu enzim pemecah protein yang diproduksi di dalam sel kemudian dilepaskan keluar dari sel. Semua bakteri mempunyai enzim protease di dalam sel, tetapi tidak semua mempunyai enzim protease ekstraseluler.
Bakteri proteolitik dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok:
  • Bakteri aerobik atau anaerobik fakultatif, tidak membentuk spora, misalnya Pseudomonas dan Proteus.
  • Bakteri aerobik atau anaerobik fakultatif, membentuk spora, misalnya Bacillus.
  • Bakteri anaerobik pembentuk spora, misalnya sebagian spesies Clostridium.

Mikroba proteolitik akan mengeluarkan enzim protease yang dapat merombak protein menjadi polipeptida, lalu menjadi peptida sederhana dan akhirnya menjadi asam amino bebas, CO2 dan air. Mikroba lipolitik akan menghasilkan enzim lipase yang berperan dalam perombakan lemak. Mikroba amilolitik akan menghasilkan enzim amilase yang berperan dalam mengubah karbohidrat menjadi volatile fatty acids dan keto acids yang kemudian akan menjadi asam amino.