Tuesday 21 October 2014

Tahapan Perkembangan Batang



Perkembangan Batang

Pada batang, pertumbuhan primer ditandai oleh pemanjangan dan pelebaran aksis di bawah meristem apikal. Meristem apikal terdapat pada ujung batang, cabang, dan akar serta menyusun suatu bangunan yang disebut titik tumbuh. Titik tumbuh merupakan daerah awal pembelahan dan pertumbuhan yang mengarah pada pembentukan jaringan di belakangnya.

Pada tahun 1924, Schmidt membagi  daerah apeks pada angiospermae menjadi dua bagian utama, yaitu tunika dan korpus. Tunika merupakan lapisan luar yang memilki sifat pembelahan sel antiklinal, yaitu tegak lurus terhadap permukaan, yang mengakibatkan peningkatan luas permukaan dan sedikit penambahan kedalaman batang tumbuhan. Sedangkan korpus merupakan daerah di bagian bawah tunika. Sel-selnya membelah ke segala arah sehingga meningkatkan volume jaringan. Apabila dilihat di bawah mikroskop, tunika berwarna lebih terang dibandingkan dengan korpus. Pertumbuhan dan perkembangan tunika dan korpus membentuk suatu titik tumbuh yang mengakibatkan batang tumbuh memanjang.

Sel apeks yang terletak di bagian tengah pada tunika dan korpus (apeks sentral) terkadang lebih besar dengan vakuola yang berukuran besar pula. Daerah ini merupakan meristem rusuk yang membentuk deretan sel yang pada tahap lanjut menjadi empulur. Daerah sentral tersebut dikelilingi oleh meristem perifer (meristem sisi) yang akan menghasilkan prokambium, kawasan korteks, dan bakal daun. Pada jarak yang lebih jauh dari apeks,organogenesis (misalnya pembentukan bakal daun) dan histogenesis (diferensiasi jaringan) menjadi lebih menonjol. Daerah perifer akan menghasilkan bakal daun, epidermis, korteks, dan jaringan pembuluh. Dengan demikian, makin jauh dari meristem apeks, ketiga macam meristem jariingan, yaitu system epidermal, system pembuluh, dan system jaringan dasar akan terdiferensiasi. Mula-mula dibentuk protoderm, prokambium, dan meristem dasar kemudian menjadi jaringan dewasa.




Sumber referensi:


Hasnunidah, Neni. 2010. Buku Ajar. Fisiologi Tumbuhan. Universitas Lampung :
      Bandar Lampung




Struktur dan Komponen Penyusun Pada Bunga

Struktur dan Komponen Penyusun Pada Bunga

v Struktur Bunga

1.     Benang sari
Benang sari pada tumbuhan merupakan alat kelamin jantan.Seperti halnya dengan bagian -bagian bunga yang diuraikan dahulu.Benang sari pun merupakan suatu metamorfosis daun,yang bentuk dan fungsinya telah disesuaikan sebagai alat kelamin jantan.Metamorfosisnya masih dapat terlihat pada bunga jenis tertentu,misalnya bunga tasbih.Pada tumbuhan ini tajuk bunganya justru tidak begitu menarik,tetapi yang berwarna indah dan menarik adalah benang sarinya yang bersifat seperti tajuk bunga.
Pada benangsari dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu :
Ø  Tangkai sari (filamentum),yaitu bagian yang berbentuk benang dengan penampang melintang yang umumnya berbentuk bulat.
Ø  Kepala sari (anther),yaitu bagian benang sari yang terdapat pada ujung tangkai sari. Bagian ini di dalamnya biasanya mempunyai 2 ruang sari (theca),masing-masing ruang sari semula terdiri atas dua ruangan kecil ( loculus atau loculumentum). Dalam ruang sari terdapat serbuk sari atau tepung sari (pollen),yaitu sel-sel jantan yang berguna untuk penyerbukan atau persanan.Adakalanya serbuk sari tidak terbentuk atau serbuk sari yang ada tidak mampu untuk mengadakan penterbukan. Benangsari yang demikian dinamakan benangsari yang mandul.
Ø  Penghubung ruang sari ( connectivum).Bagian ini merupakan lanjutan tangkai sari yang menjadi penghubung kedua bagian kepala sari (ruang sari) yang terdapat di kanan kiri penghubung ini. Walaupun telah dikemukakan bahwa semua bagian bunga,jadi juga benang sari,didukung oleh dasar bunga,tetapi tampaknya benang sari tidak selalu demikian duduknya. Mengenai duduknya benang sari dibedakan 3 macam,yaitu :
a.       Benang sari jelas duduk pada dasar bunga. Tumbuhan dengan bunga yang bersifat demikian oleh De Candolle dinamakan : Thalamiflorae,misalnya jeruk (Citrus sp).
b.      Benang sari tampak seperti duduk di atas kelopak,yang sering dapat kita lihat pada bunga yang perigin atau epigin.Tumbuhan demikian oleh DE CANDOLLE dinamakan : Calyciflorae,misalnya mawar ( Rosa hybrid Hort ).
c.       Benang sari tampak duduk di atas tajuk bunga. Tumbuhan yang demikian disebut : Corolliflorae,a.l anggota-anggota suku Boraginaceae,misalnya buntut tikus ( Heliotropium indicum L.)

2.     Serbuk sari
Butir serbuk sari atau mikrospora adalah hasil mikrosporogenesis,berupa tubuh yang simetris bilateral atau radial dan pada dindingnya terdapat bagian yang kurang kuat disebut aperture,ada yang bulat (pori) dan ada yang memanjang (kolpri). Dinding butir serbuk sari terdiri dari dua lapisan,yaitu intin yang lunak di bagian dalam,dan eksin yang keras diu sebelah luar. Eksin terbagi lagi menjadi neksin ( bagian yang tidak berlekuku ) dan seksin ( memiliki pola lekukan yang khas ).

3.     Karpel
Pada ginesium dapat dibedakan bagian bawah yang fertile ( bakal buah/ovarium ),bagian tengah yang steril ( tangkai putik/stilus,dan yang paling ujung (kepala putik/stigma). Bakal buah terdiri atas dinding bakal buah dan ruang bakal buah. Bakal biji/ovulum terdapat di daerah dinding bakal buah dalam disebut plasenta. Setiap karpel memiliki dua plasenta. Dinding bakal buah terdiri atas jaringan parenkimatis,serta jaringan vaskuler yang dilindungi oleh epidermis tabung serbuk sari.Jaringan – jaringan ini akan mengalami serangkaian perubahan histology setelah terjadi pembuahan. Tangkai dan kepala putik memiliki struktur khusus yang memungkinkan butir serbuk sari mampu berkecambah dan menembus ovulum. Stilus dapat berongga atau padat, di bagian dalam dapat di jumpai jaringan transmisi yang merupakan jalan bagi buluh serbuk sari untuk mencapai bakal biji. Stigma yang siap menerima butir sari dapat menghasilkan secret dalam jumlah besar ( stigma basah ) atau kurang menghasilkan secret ( stigma kering ). Butir sari berkecambah menghasilkan tabung sari yang kemudian tumbuh melalui tepi ronnga situs melalui jaringan transmisi.

4.      Bakal Biji
Setiap bakal biji melekat pada dinding ovarium dengan adanya tangkai bakal biji/funikulus yang mengandung berkas pembuluh. Bakal biji terdiri dari jaringan di tengah (nuselus),diingkari oleh integument dalam dan integument luar. Kedua integument mengelilingi suatu saluran yang bermuara di pori, disebut mikropil.Daerah nuselus, integument, dan funikulus berhubungan disebut kalaza, sering terletak berhadapan dengan mikropil. Tabung sari tumbuh melalui mikropil di saat fertilisasi.

Bakal biji mempunyai sistem pembuluh dan berhubungan dengan plasenta. Jika bakal biji punya 2 integumen,jaringan pembuluh dijumpai baik pada integument luar maupun integument dalam,atau hanya ada di integument luar saja. Jarang sekali system pembuluh pada nuselus. Jaringan pembuluh terutama berfungsi selama pemasakan biji. Distribusi kultikula pada bakal biji dan biji tersebut membrane suberin atau selaput suberin,selaput lemak,atau selaput semi permeabel. Pada spesies tertentu, integument di bagian epidermis dalam yang berdekatan dengan nuselus berubah menjadi lapisan nutritive, dinamakan tapetum integumen. Nuselus pada beberapa kelompok tumbuhan menjadi jaringan penimbun yang disebut perisperm. 


5 Tahapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Menurut Arends

5 Tahapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Menurut Arends

Tahapan model pembelajaran berdasarkan masalahdiuraikan oleh Arends seperti berikut ini:

Tahap 1: Mengorientasikan siswa pada masalah
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Dalam penggunaan pembelajaran berdasarkan masalah, tahapan ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh siswa. Selain proses yang akan berlangsung, sangat penting juga dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi agar siswa dapat engage dalam pembelajaran yang akan dilakukan.

Empat hal penting pada proses ini, yaitu:
(1)   Tujuan utama pembelajaran ini tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi siswa yang mandiri.
(2)   Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak “benar”, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan.
(3)   Selama tahap penyelidikan (dalam pembelajaran ini), siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi, guru akan bertindak sebagai pembimbing yang siap membantu, tetapisiswa harus berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan temannya.
(4)   Selama tahap analisis dan penjelasan, siswa akan didorong untuk menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan, tidak ada ide yang akan ditertawakan oleh guru atau teman sekelas, semua siswa diberi peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan dan menyampaikan ide-ide mereka.

Tahap  2: Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Selain mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, pembelajaran berdasarkan masalah juga mendorong siswa untuk berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangatmembutuhkan kerjasama dan sharing antaranggota.  Oleh sebab itu, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok siswa dimana masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan siswa dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antaranggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor sebayadan sebagainya.  Guru sangat penting memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran. Setelah siswa diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok belajar selanjutnya guru dan siswa menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua siswa aktif terlibat dalam sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.

Tahap 3: Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
Penyelidikan adalah inti dari pembelajaran berdasarkan masalah. Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, tetapi pada umumnya tentu melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasandan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar siswa mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri.

Pada tahap ini seharusnya lebih dari sekedar membaca tentang masalah-masalah dalam buku-buku. Guru membantu siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber dan ia seharusnya mengajukan pertanyaan pada siswa untuk berpikir tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan. Setelah siswa mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelasan dan pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini, guru mendorong siswa untuk menyampaikan semua ide-idenya dan menerima secara penuh ide tersebut. Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang membuat siswa berfikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang kualitas informasi yang dikumpulkan. Pertanyaan-pertanyaan berikut cukup memadai untuk membangkitkan semangat penyelidikan bagi siswa. ”apa yang Anda butuhkan agar Anda yakin bahwa pemecahan dengan cara Anda adalah yang terbaik?” atau ”apa yang dapat Anda lakukan untuk menguji kelayakan pemecahanmu?” atau ”apakah ada solusi lain yang dapat Anda usulkan?”. Oleh karena itu, selama fase ini, guru harus menyediakan bantuan yang dibutuhkan tanpa mengganggu aktivitas siswa dalam kegiatan penyelidikan.

Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan artefak (hasil karya) dan memamerkannya
Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artefak (hasil karya) dan pameran. Artefak lebih dari sekedar laporan tertulis, tetapi bisa suatu videotape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan artefak sangat dipengaruhi tingkat berfikir siswa. Langkah selanjutnya adalah memamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan siswa-siswa lainnya, guru-guru, orangtua dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik.

Tahap 5: Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
Tahap ini merupakan tahap akhir dalam pembelajaran berdasarkan masalah. Tahap ini dimaksudkan untuk membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama tahap ini guru meminta siswa untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya. Kapan mereka pertama kali memperoleh pemahaman yang jelas tentang situasi masalah? Kapan mereka yakin dalam pemecahan tertentu? Mengapa mereka dapat menerima penjelasan lebih siap dibanding yang lain? Mengapa mereka menolak beberapa penjelasan? Mengapa mereka mengadopsi pemecahan akhir dari mereka? Apakah mereka berubah pikiran tentang situasi masalah ketika penyelidikan berlangsung? Apa penyebab perubahan itu?Apakah mereka akan melakukan secara berbeda di waktu yang akan datang? Tentunya masih banyak lagi pertanyaan yang dapat diajukan untuk memberikan umpan balik dan menginvestigasi kelemahan dan kekuatan pembelajaran berdasarkan masalah untuk pengajaran.

Setelah mengetahui tahapan model pembelajaran berdasarkan masalah, selanjutnya terdapat perancangan masalah yang merupakan hal penting dalam model pembelajaran berdasarkan masalah. Menurut Amir (2010:32-33), perancangan masalah yang disajikan dalam model pembelajaran berdasarkan masalah mencakup hal:
1.      Memiliki keaslian di dunia nyata, masalah yang disajikan sebisa mungkin merupakan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Dibangun dengan mempertimbangkan pengetahuan sebelumnya, masalah yang dirancang mampu membangun kembali pengetahuan yang telah didapat sebelumnya dan mengaitkannya dengan pengetahuan yang baru didapat.
3.      Membangun pengetahuan yang metakognitif dan konstruktif, siswa menyadari tentang pemikirannya dengan menguji pemikirannya, mempertanyakan, mengkritisi sekaligus mengeksplor hal baru (metakognitif) sehingga akan terbentuk pemahaman mengenai sebuah pengetahuan (konstruktif).
4.      Meningkatkan minat dan motivasi dalam pembelajaran, dengan adanya rancangan masalah yang menarik dan menantang, siswa akan tertarik untuk belajar.


Pendidik dapat merancang sendiri masalah dalam pembelajaran berdasarkan masalah dengan mengambil sumber dari buku paket, internet, jurnal ilmiah maupun media cetak dan elektronik. Tabel karakteristik masalah dapat dijadikan rujukan untuk memudahkan guru dalam mendesain suatu masalah yang sesuai dengan model pembelajaran berdasarkan masalah.


Dimensi Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Arends & Kilcher

Dimensi Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Arends & Kilcher

Berpikir merupakan suatu proses mental untuk menghasilkan sebuah pengetahuan (knowledge). Berpikir tidak pernah lepas dari aktivitas manusia karena hal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya di muka bumi. Arends & Kilcher (2010:231) menguraikan “What exactly is meant by thinking?” seperti yang dikutip berikut ini.
...thinking consists of using particular skills and cognitive processes, currentefforts to identify these skills and processes have produced different and multiplelistings, and the exact nature of particular thinking processes remains somewhatundefined.

Selanjutnya, berpikir dibagi menjadi dua dimensi yang berbeda seperti yang dikutip berikut ini.

Most theorists and practitioners today also view thinking as having two distinct dimensions. The first dimension consists of a set of skills or abilities, such as being ableto recognize bias in an argument or to reach conclusions based on sound evidence. These skills are activated in problem solving situations and make thinking more effective. The second dimension consists of broad dispositions, or habits of mind, such as curiosity and open-mindedness
Dispositions are not thinking skills, but instead attitudes and habits of
mind about thinking that motivate and direct us to engage in thinking pursuits in the first placeAfter synthesizing the work of several researchers, dispositions grouped into three overarching categories.

·         Creative thinking: looking out, up, around, and about
1. Disposition to be open-minded: Thinking that works against narrowness and rigidity and ability to look at things from a different perspective or point of view.
2. Disposition to be curious: Thinking that propels one to explore our world and of finding the interesting and puzzling in all aspects of our intellectual and everyday lives.

·         Reflective thinking: looking within
3. Disposition to be metacognitive: Thinking that is thinking about one’s own thinking and the particular disposition to actively monitor, regulate, and evaluate one’s thinking.

·         Critical thinking: looking at, through, and in between
4. Disposition to be seeking truth and understanding: Thinking that takes a person deeper into the topic at hand and involves weighing evidence, testing hypotheses, and exploring applications and consequences.
5. Disposition to be strategic: Thinking that is organized, methodical, and planned to meet particular goals or solve particular problems.
6. Disposition to be skeptical: Thinking that is probing and that looks beneath the surface of things, ideas, and arguments.

(Arends & Kilcher, 2010:244).

Monday 20 October 2014

Indikator Relevan Penunjang Keberhasilan Proses Pembelajaran

Indikator Relevan Penunjang Keberhasilan Proses Pembelajaran

Dalam setiap aktivitas motoris terkandung aktivitas mental disertai oleh perasaan tertentu dan pada setiap pelajaran terdapat berbagai aktivitas yang dapat diupayakan. Menurut Memes (2007:38), terdapat beberapa indikator yang relevan dalam pembelajaran, yang meliputi:
1.      Interaksi siswa dalam mengikuti pembelajaran
2.      Kecakapan komunikasi siswa selama mengikuti proses belajar mengajar.
3.      Partisipasi siswa dalam proses belajar
4.      Motivasi dan kegairahan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar
5.      Interaksi antar siswa selama proses belajar mengajar.
6.      Interaksi siswa dengan guru selama proses belajar mengajar.


Seseorang dikatakan aktif belajar jika dalam belajarnya mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan tujuan belajarnya, memberi tanggapan terhadap suatu peristiwa yang terjadi dan  mengalami atau turut merasakan sesuatu dalam proses belajarnya. Dengan melakukan banyak aktivitas yang sesuai dengan pembelajaran, maka siswa mampu mengalami, memahami, mengingat dan mengaplikasikan materi yang telah diajarkan. Adanya peningkatan aktivitas belajar maka akan meningkatkan hasil belajar (Hamalik, 2004:12).

Thursday 9 October 2014

Komponen Nonprotoplasmik (Bahan Ergastik): Ergastik Cair dan Ergastik Padat

Komponen Nonprotoplasmik (Bahan Ergastik): Ergastik Cair dan Ergastik Padat

Komponen Nonprotoplasmik (Bahan Ergastik)
Komponen nonprotoplasmik di dalam sel tumbuhan terdiri atas dua bagian, yaitu:
1.      Bahan Ergastik Cair, terdapat di dalam cairan sel, berupa zat-zat yang larut di dalamnya. Cairan sel terdapat di dalam vakuola. Tiap-tiap vakuola mungkin berbeda komp[osis zat larutnya. Contoh bahan ergastik cair adalah:
a.       Asam-asam organic, dapat berupa asam oksalat, asam sitrat, asam malat, dll. yang kadang-kadang dalam bentuk garamnya. Konsentrasi asam organic yang tingi dijumpai pada buah-buahan yang masih muda.
b.      Karbohidrat, berupa sakarida terlarut baik disakarida maupun monosakarida.
c.       Protein, berupa asam amino dan peptide sederhana.
d.      Lemak, berupa lemak atau minyak cadangan makanan, misalnya asam palmitat, asam stearat pada biji kacang tanah dan daging buah kelapa.
e.       Zat penyamak (tanin), berfungsi sebagai bahan pelindung, misalnya pada tumbuhan gambir.
f.       Antosianin, merupakan pigmen vakuola, misalnya pada epidermis mahkota bunga dan daun yang tidak hijau.
g.      Alkaloid, berupa: cafein (pada kopi), capsein (pada lombak), papain (pada pepaya), Theobromin (pada coklat), Hars (pada Pinus merkusii yang disadap untuk memperoleh terpentin).
h.      Minyak atsiri, merupakan senyawa yang mempunyai daya membias cahaya yang kuat. Bagian tumbuhan yang mengandung minyak atsiri tampak mengkilat. Minyak atsiri terdapat pada: kulit buah jeruk dan Lombok, kulit batang kayu manis, daun kayu putih, daun mahkota bunga mawar, dan rizoma jahe.
2.      Bahan Ergastik Padat
Bahan ergastik yang bersifat padat antara lain:
a.       Amilum (pati), terdapat di dalam kloroplas atau leukoplas. Plastid pembentuk tepung disebut amiloplas, yang dibedakan menjadi: 1. Leukoamiloplas, putih menghasilkan tepung cadangan makanan, 2. Kloroamiloplas, hijau menghasilkan tepung asimilasi.
b.      Tanin, merupakan kelompok turunan fenol yang heterogen. Tanin dapat dijumpai sebagai butiran atau benda berwarna kuning, merah atau coklat pada daun, jaringan pembuluh, buah muda, kulit biji, serta dalam jaringan yang terserang penyakit. Tanin diduga berfungsi melindungi tumbuhan terhadap dehidrasi, pembusukan, dan gangguan dari hewan. Tanin dipakai secara komersial dlam industry penyamakan kulit mentah hewan.
c.       Protein, protein merupakan bahan utama protoplas yang hidup. Brfungsi sebagai bahan cadangan dlam bentuk amorf atau Kristal. Pada beberapa biji terdapat sebagai aleuon. Sebuah aleuron berisi satu atau lebih kristaloid putih telur dan sebuah atau beberapa buah globoid, yaitu bulatan kecil yang tersusun oleh zat fitin (garam Ca dan Mg dari asam inositol fosforat), serta zat putih telur amorf. Pada biji padi dan jagung, butir-butir aleuron terdapat di dalam sel-sel jaringan endosperm paling luar. Lapisan ini disebut lpisan aleuron. Lapisan ini biasanya akan terbuang bila mencuci beras terlalu bersih sebelum dimasak.
d.      Kristal, bahan-bahan anorganik di dalam protoplas dapat berupa Kristal Ca-oksalat dan bend silica. Bahan-bahan tersebut merupakan hasik akhir atau rekresi dari suatu pertukaran zat yang terjadi di dalam sitoplasma. Kristal Ca-oksalat terdapat dalm bentuk, yaitu: Kristal pasir, Kristal tunggal besar, rafida, Kristal sferit, dan Kristal majemuk. Benda silica terbentuk dalam epidermis beberapa tumbuhan, seperti: Cyperaceae, Palmae, Rapataceae, dan sel-sel jari-jari empulur serta parenkim Lauraceae.
e.       Minyak, Lemak, dan Lilin. Minyak dan lemak merupakan bahan cadangan makanan yang penting dalam tumbuhan, dijumpai pada biji dan buah. Dihasilkan dari elaioplas atau sferosom. Sedangkan lilin biasanya membentuk selaput pelindung pada epidermis batang, daun, dan buah. Lilin sangat jarang terdapat pada sel. Komponen lipid selain minyak, lemak, dan lilin, adalh terpentin dan minyak esensial, biasanya dihasilkan oleh jaringan sekretori yang khas.



Biologi Seluler: Fungsi, Struktur, dan Siklus Hidup Mitokondria

Fungsi Mitokondria:
Mitokondria, kondriosom (bahasa Inggris: chondriosome, mitochondrion, plural:mitochondria) adalah organel tempat berlangsungnya fungsi respirasi sel makhluk hidup, selain fungsi selular lain, seperti produksi energi, metabolisme asam lemak, biosintesis pirimidina, homeostasis kalsium dan transduksi sinyal selular.
Mitokondria merupakan organel yang paling penting karena di sinilah respirasi yang merupakan proses perombakan atau katabolisme untuk menghasilkan energi atau tenaga bagi berlangsungnya proses hidup, dihasilkan dalam bentuk adenosina trifosfat. Dengan demikian, mitokondria adalah "pembangkit tenaga" bagi sel.
Mitokondria mempunyai dua lapisan membran, yaitu lapisan membran luar dan lapisan membran dalam. Lapisan membran dalam ada dalam bentuk lipatan-lipatan yang sering disebut dengan cristae. Di dalam Mitokondria terdapat 'ruangan' yang disebut matriks, dimana beberapa mineral dapat ditemukan. Sel yang mempunyai banyak Mitokondria dapat dijumpai di jantung, hati, dan otot.
Keberadaan mitokondria didukung oleh hipotesis endosimbiosis yang mengatakan bahwa pada tahap awal evolusi sel eukariota bersimbiosis dengan prokariota (bakteri). Kemudian keduanya mengembangkan hubungan simbiosis dan membentuk organel sel yang pertama. Adanya DNA pada mitokondria menunjukkan bahwa dahulu mitokondria merupakan entitas yang terpisah dari sel inangnya. Hipotesis ini ditunjang oleh beberapa kemiripan antara mitokondria dan bakteri. Ukuran mitokondria menyerupai ukuran bakteri, dan keduanya bereproduksi dengan cara membelah diri menjadi dua. Hal yang utama adalah keduanya memiliki DNA berbentuk lingkar. Oleh karena itu, mitokondria memiliki sistem genetik sendiri yang berbeda dengan sistem genetik inti. Selain itu, ribosom dan rRNA mitokondria lebih mirip dengan yang dimiliki bakteri dibandingkan dengan yang dikode oleh inti sel eukariot. Secara garis besar, tahap respirasi pada tumbuhan dan hewan melewati jalur yang sama, yang dikenal sebagai daur atau siklus Krebs.
Struktur


Struktur umum suatu mitokondrion:
Mitokondria banyak terdapat pada sel yang memilki aktivitas metabolisme tinggi dan memerlukan banyak ATP dalam jumlah banyak, misalnya sel otot jantung. Jumlah dan bentuk mitokondria bisa berbeda-beda untuk setiap sel. Mitokondria berbentuk elips dengan diameter 0,5 µm dan panjang 0,5 – 1,0 µm. Struktur mitokondria terdiri dari empat bagian utama, yaitu membran luar, membran dalam, ruang antar membran, dan matriks yang terletak di bagian dalam membran.
Membran luar terdiri dari protein dan lipid dengan perbandingan yang sama serta mengandung protein porin yang menyebabkan membran ini bersifat permeabel terhadap molekul-molekul kecil yang berukuran 6000 Dalton. Dalam hal ini, membran luar mitokondria menyerupai membran luar bakteri gram-negatif. Selain itu, membran luar juga mengandung enzim yang terlibat dalam biosintesis lipid dan enzim yang berperan dalam proses transpor lipid ke matriks untuk menjalani β-oksidasi menghasilkan asetil-KoA.

Membran dalam yang kurang permeabel dibandingkan membran luar terdiri dari 20% lipid dan 80% protein. Membran ini merupakan tempat utama pembentukan ATP. Luas permukaan ini meningkat sangat tinggi diakibatkan banyaknya lipatan yang menonjol ke dalam matriks, disebut krista. Stuktur krista ini meningkatkan luas permukaan membran dalam sehingga meningkatkan kemampuannya dalam memproduksi ATP. Membran dalam mengandung protein yang terlibat dalam reaksi fosforilasi oksidatif, ATP sintase yang berfungsi membentuk ATP pada matriks mitokondria, serta protein transpor yang mengatur keluar masuknya metabolit dari matriks melewati membran dalam.
Ruang antar membran yang terletak diantara membran luar dan membran dalam merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi yang penting bagi sel, seperti siklus Krebs, reaksi oksidasi asam amino, dan reaksi β-oksidasi asam lemak. Di dalam matriks mitokondria juga terdapat materi genetik, yang dikenal dengan DNA mitkondria (mtDNA), ribosom, ATP, ADP, fosfat inorganik serta ion-ion seperti magnesium, kalsium dan kalium.

Fungsi mitokondria:
Peran utama mitokondria adalah sebagai pabrik energi sel yang menghasilkan energi dalam bentuk ATP. Metabolisme karbohidrat akan berakhir di mitokondria ketika piruvat di transpor dan dioksidasi oleh O2¬ menjadi CO2 dan air. Energi yang dihasilkan sangat efisien yaitu sekitar tiga puluh molekul ATP yang diproduksi untuk setiap molekul glukosa yang dioksidasi, sedangkan dalam proses glikolisis hanya dihasilkan dua molekul ATP. Proses pembentukan energi atau dikenal sebagai fosforilasi oksidatif terdiri atas lima tahapan reaksi enzimatis yang melibatkan kompleks enzim yang terdapat pada membran bagian dalam mitokondria. Proses pembentukan ATP melibatkan proses transpor elektron dengan bantuan empat kompleks enzim, yang terdiri dari kompleks I (NADH dehidrogenase), kompleks II (suksinat dehidrogenase), kompleks III (koenzim Q – sitokrom C reduktase), kompleks IV (sitokrom oksidase), dan juga dengan bantuan FoF1 ATP Sintase dan Adenine Nucleotide Translocator (ANT).

Siklus Hidup Mitokondria:
Mitokondria dapat melakukan replikasi secara mandiri (self replicating) seperti sel bakteri. Replikasi terjadi apabila mitokondria ini menjadi terlalu besar sehingga melakukan pemecahan (fission). Pada awalnya sebelum mitokondria bereplikasi, terlebih dahulu dilakukan replikasi DNA mitokondria. Proses ini dimulai dari pembelahan pada bagian dalam yang kemudian diikuti pembelahan pada bagian luar. Proses ini melibatkan pengkerutan bagian dalam dan kemudian bagian luar membran seperti ada yang menjepit mitokondria. Kemudian akan terjadi pemisahan dua bagian mitokondria.
DNA mitokondria.


Mitokondria memiliki DNA tersendiri, yang dikenal sebagai mtDNA (Ing. mitochondrial DNA). MtDNA berpilin ganda, sirkular, dan tidak terlindungi membran (prokariotik). Karena memiliki ciri seperti DNA bakteri, berkembang teori yang cukup luas dianut, yang menyatakan bahwa mitokondria dulunya merupakan makhluk hidup independen yang kemudian bersimbiosis dengan organisme eukariotik. Teori ini dikenal dengan teori endosimbion. Pada makhluk tingkat tinggi, DNA mitokondria yang diturunkan kepada anaknya hanya berasal dari betinanya saja (mitokondria sel telur). Mitokondria jantan tidak ikut masuk ke dalam sel telur karena letaknya yang berada di ekor sperma. Ekor sperma tidak ikut masuk ke dalam sel telur sehingga DNA mitokondria jantan tidak diturunkan.
Mikrotubul, Mikrofilamen, dan Filamen Intermedia

Mikrotubul, Mikrofilamen, dan Filamen Intermedia

Mikrotubul:

Mikrotubul berupa silinder panjang yang berongga dengan diameter luar kira-kira 25 nm dan diameter dalam lebih kurang 12 nm. Panjangnya beragam dari beberapa nanometer sampai beberapa micrometer. Mikrotubul terdiri dari molekul-molekul bulat protein yang disebut tubulin yang secara spontan saling bergabung pada kondisi tertentu membentuk silinder panjang berongga. Pada irisan melintang, mikrotubul terlihat terdiri dari 13 subunit dalam susunan heliks. Subunit ini adalah bagian dari 13 benang tubulin, masing-masing terangkai membentuk heliks yang merupakan bagian dari dinding mikrotubul. Tiap molekul tubulin berbobot molekul 110.000 Dalton dan merupakan dimer dari protein yang bernama tubulin a dan tubulin b. Kedua macam tubulin itu tersusun berselang-seling di sepanjang benang. Jadi, mikrotubul mempunyai polaritas yang berperan penting dalam pembentukan dan fungsi mikrotubul. Mikrotubul dapat dilihat dengan mikroskop fluoresensi terutama dengan cara mereaksikannya dengan antibody antitubulin, kemudian dengan antibody kedua yang telah diikat menjadi molekul fluoresen , misalya fluoresein. Mikrotubulus berfungsi mempertahankan bentuk sel yang asimetris, selain itu juga sebagai transportasi sekresi vesikel, mengatur pergerakan silia dan flagela, serta mendistribusikan kromosom selama pembelahan sel mitosis.

Mikrofilamen:
Mikrofilamen, yang merupakan unsur sitoskeleton dengan garis tengah 6 nm. Mikrofilamen yang paling banyak dijumpai adalah aktin dan miosin. Mikrofilamen berfungsi dalam berbagai sistem kontraktil sel dan sebagai penguat mekanis untuk beberapa tonjolan sel tertentu.

Filamen Intermedia:
Filamen intermediat, merupakan filamen ukuran menengah denga garis tengah 7-10 nm, yang tersusun atas protein-protein yang berfungsi membentuk serat yang kuat dan tahan lama untuk bagian-bagian sel yang mengalami stres mekanis. Contohnya neurofilamen dan filamen pada otot rangka yang menahan unit aktin-miosin agar tersusun dengan benar.