Monday 5 November 2012

Bioteknologi: Pemanfaatan Mikroba---Dalam Bidang Produksi Pangan Serta Hubungannya Dengan Kesehatan

Silahkan Dibaca -->
Peran bakteri dalam bioteknologi sangat menunjang, antara lain sebagai berikut :
1.    Proses pembuatan roti
Pada pembuatan roti, biji-bijian serelia dipecah dahulu untuk dijadikan tepung terigu. Terigu ditambahkan air untuk mengaktifkan enzim-enzim, misalnya amylase. Amylase kemudian mnghidrolisis tepung menjadi maltosa, kemudian menjadi glukosa. Setelah itu ditambahkan khamir Saccharomyces cereviseae. Khamir ini akan memanfaatkan glukosa menjadi substrat respirasinya yang akhirnya akan menghasilkan karbondioksida. Karbondioksida  membentuk gelembung-gelembung yang akan terperangkap pada adonan roti. Adanya gelembung ini menyebabkan roti bertekstur ringan dan mengembang.
2.    Pengolahan hasil susu
Susu dapat diolah secara bioteknologi untuk menghasilkan produk-produk baru seperti keju, yoghurt, dan mentega.
a.    Keju
Dalam pembuatan keju, kelompok bakteri yang digunakan adalah bakteri asam laktat. Bakteri ini berfungsi memfermentasikan laktosa dalam susu menjadi asam laktat menurut reaksi berikut :
C12H22O11 + H2O → 4CH3CHOHCOOH
Laktosa       air           asam laktat

Bakteri asam laktat yang biasa digunakan adalah genus Lactobacillus  dan Streptococcus.

Di dalam proses pembuatan keju , susu terlebih dahulu dipanaskan 90°C atau dipasteurisasikan sebelum kultur bakteri asam laktat diinokulasi (ditanam). Akibat aktivitas bakteri, pH menjadi turun dan mengakibatkan susu terpisah menjadi dadih padat dan cairan whey. Kemudian, enzim rennin dari lambung sapi muda ditambahkan untuk menggumpalkan dadih. Akan tetapi saaat ini enzim rennin dari sapi sudah digantikan dengan enzim buatan, yaitu kimosin.

Whey yang terbentuk dimanfaatkan sebagai makanan sapi, sedangkan dadih yang terbentuk dipanaskan pada suhu 32-42°C sambil ditambah garam. Setelah itu dadih ditekan untuk membuang air dan disimpan agar matang. Penyimpanan ini bertujuan agar mikroorganisme dan enzim bekerja untuk menhasilkan cita rasa keju.

b.   Yoghurt dan Minuman Yakult
Pembuatan yoghurt merupakan proses fermentasi dari gula susu (laktosa) menjadi asam laktat yang menyebabkan tekstur yoghurt menjadi kental. Biasanya yaghurt dijual dengan rasa buah, vanila, atau coklat, tapi ada juga tanpa penambahan rasa(plain).

Yoghurt dibuat dengan menambahkan bakteri yang menguntungkan ke dalam susu yang tidak dipasteurisasi (untuk mengatur keseimbangan antara bakteri dan enzim dari susu) pada suhu dan kondisi lingkungan yang dikontrol. Bakteri akan mengolah gula susu alami menjadi asam laktat. Hal itu akan meningkatkan keasaman sehingga menyebabkan protein susu menyusut menjadi masa yang padat atau kental. Peningkatan keasaman (pH 4-5) juga mencegah proliferasi (perbanyakan sel) dari bakteri patogen lainnya. Umumnya kultur yoghurt melibatkan dua atau lebih bakteri yang berbeda untuk proses fermentasi, biasanya yaitu Streptococcus salivarius dan thermophilus dan genus Lactobacillus, seperti L.acidophilus, bulgaricus, casei dan bifidus.

Karena kultur yoghurt mengandung enzim-enzim yang dapat memecah laktosa, beberapa individu yang menderita lactose intolerant dapat menikmati yoghurt tanpa efek yang merugikan. Secara nutrisi, yoghurt memang kaya akan protein dan beberapa vitamin B serta mineral penting lainnya. Sementara itu yakult dibuat dengan memanfaatkan bakteri Lactobacillus casei shirota strain hidup.

c.    Mentega
Pada pembuatan mentega, mikroorganisme yang digunakan adalah Streptococcus lactis dan Leuconostoc cremoris yang membantu proses pengasaman. Stelah itu susu ditambah dengan cita rasa tertentu, kemudian lemak mentega dipisahkan. Pengadukan lemak mentega menghasilkan mentega yang siap santap.


3.      Pembuatan nata de coco
Nata De Coco merupakan jenis komponen minuman yang terdiri dari senyawa selulosa (dietry fiber), yang dihasilkan dari air kelapa melalui proses fermentasi, yang melibatkan jasad renik (mikrobia), yang selanjutnya dikenal sebagai bibit nata.

Pada prinsipnya untuk menghasilkan nata de coco yang bermutu baik, maka perlu disediakan media yang dapat mendukung aktivitas Acetobacter xylinum untuk memproduksi selulosa ekstraseluler atau yang kemudian di sebut nata de coco.

Selain air buah kelapa, skim santan juga dapat dipergunakan sebagai bahan baku utama pembuatan nata de coco. Acetobacter xylinum dapat membentuk selulosa pada nata de coco karena ada kandungan karbohidrat pada nata. Maka Acetobacter xylinum juga dapat membentuk selulosa pada bekatul karena terdapat banyak karbohidrat pada bekatul. Selulosa untuk pembuatan kertas tidak bisa lagi selalu diambil dari kayu, maka kita manfaatkan selulosa yang dihasilkan dari limbah. Selulosa yang terbentuk dari bekatul dapat kita manfaatkan sebagai selulosa untuk pembuatan kertas, sehingga selulosa untuk kertas tidak lagi diambil dari kayu.

Pada bekatul terdapat nutrisi-nutrisi yang dapat membuat Acetobacter xylinum tumbuh dan membentuk selulosa. Acetobacter xylinum menghasilkan selulosa sebagai produk metabolit sekunder, sedangkan produk metabolit primernya adalah asam asetat. Semakin banyak kadar nutrisi, semakin besar kemampuan menumbuhkan bakteri tersebut maka semakin banyak Acetobacter xylinum dan semakin banyak selulosa yang terbentuk.

4. Dan masih banyak lagi jenis-jenis bakteri di alam yang baik dalam membantu umat manusia dalam pemenuhan nutrisi makanan.




Artikel Terkait

Bioteknologi: Pemanfaatan Mikroba---Dalam Bidang Produksi Pangan Serta Hubungannya Dengan Kesehatan
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email