Friday 11 January 2013

Klasifikasi Platyhelminthes: Kelas Turbellaria, Kelas Trematoda, dan Kelas Cestoda




A.          Klasifikasi Platyhelminthes

Berdasarkan ada tidaknya silia dan perbedaan habitat, filum Platyhelminthes dibagi menjadi 3 kelas yakni
1.      Kelas Turbellaria
2.      Kelas Trematoda
3.      Kelas Cestoda

Penjelasan sebagai berikut :

1.      Kelas Turbellaria

Anggota-anggota Turbellaria hidup soliter dalam air tawar, air laut, atau di daratan yang lembab, jarang yang hidup sebagai parasit. Epidermis bersilia dan tubuh berbentuk seperti tongkat. Umumnya berwarna coklat kehitaman. Contoh Turbellaria antara lain Planaria (Dugesia), Geoplama, Bipalia, Pseudobicero, Prostheceraeus. Planaria merupakan tipe umum untuk mempelajari platyhelmintes yang mempunyai panjang tubuh kira-kira 5-25 mm.

Permukaan tubuh bersilia dan mempunyai sepasang bintik mata. Terdapat celah mulut yang dilengkapi dengan proboscis, yaitu faring yang dapat ditonjolkan ke luar. Faring berlanjut ke ruang digesti yang terdiri dari 3 cabang utama, dua anterior dan satu posterior. Saluran pencernaannya berupa rongga gastrovaskular sehingga tidak terdapat anus. Sistem pencernaan planaria sebagai berikut:

Anggota kelas ini tidak memiliki sistem respirasi dan sistem sirkulasi darah khusus, sehingga bernapas melalui seluruh permukaan tubuhnya.

Mampu bergerak secara aktif sebab memiliki silia yang membantunya berpindah tempat. Mekanisme gerak berkaitan dengan sistem saraf dan sistem indera.

Sistem saraf terdiri dari 2 batang saraf yang membujur memanjang, yang di bagian anteriornya berhubungan silang, dan dua ganglion anterior yang terletak di dekat bintik mata. Sistem indera pada hewan kelas ini berkembang cukup baik. Terdapat indera peraba dan sel kemoreseptor yang terletak di sisi kepala. Beberapa spesies mempunyai statosis sebagai alat keseimbangan dan reoreseptor untuk mengetahui arah aliran air.

Sistem ekskresi terdiri dari 2 tabung ekskresi longitudinal yang dimulai dari sel-sel nyala (flame cell) yang di bagian anteriornya berhubungan silang. Seluruh sistem terbuka ke luar melalui porus ekskretorius. Sistem eksresi Dugesia terdiri dari saluran bercabang-cabang yang disebut protonefridia, memanjang dari pori-pori pada permukaan tubuh bagian dorsal sampai ke sel-sel api dalam tubuhnya.  Sel-sel api yang berbentuk seperti bola lampu dan memiliki silia di dalamnya. Pergerakan silia berfungsi untuk menggerakkan air dalam sel menyerupai nyala api sehingga sel tersebut dinamakan sel api. Gambar sistem ekskresi sebagai berikut:

Sistem reproduksi majemuk karena bersifat hermafrodit dan dapat melangsungkan pembuahan sendiri. Secara aseksual dengan fragmentasi karena memiliki daya regenerasi yang besar. Fragmen tersebut dapat tumbuh menjadi individu baru. Sistem reproduksi aseksual digambarkan sebagai berikut:

2.      Kelas Trematoda

Semua anggota Trematoda hidup parasit, terutama pada Vertebrata. Ada yang hidup sebagai ektoparasit, ada yang sebagai endoparasit. Permukaan tubuh tidak bersilia, tetapi tertutup dengan kutikula. Tidak memiliki alat gerak. Umumnya berwarna gelap, dengan ukuran yang beragam. Contoh hewannya antara lain Fasciola hepatica, Clonorchis sinensis, Paragonimus westermani, Schistosoma. Gambar anatomi Fasciola hepatica:
Beberapa ada yang memiliki alat isap mulut dan alat isap perut yang dilengkapi dengan kait untuk melekatkan diri pada inangnya.

Beberapa jenis cacing hati yang dapat menginfeksi manusia antara lain sebagai berikut :
- Opisthorchis sinensis ( Cacing hati cina )
cacing dewasa hidup pada organ hati manusia.Inang perantaranya adalah siput air dan ikan.
- Schistosoma japonicum
Cacing ini hidup di dalam pembuluh darah pada saluran pencernaan manusia.Manusia merupakan inang utamanya, namun hewan juga dapat terinfeksi seperti tikus, anjing, babi, dan sapi.Inang perantaranya adalah siput amphibi Oncomelania hupensis.Cacing ini menyebabkan penyakit skistosomiasis dengan ciri demam, anemia, disentri, berat badan turun, dan pembengkakan hati.
- Paragonimus westermani
Cacing ini hidup dalam paru-paru manusia.Inang perantaranya adalah udang air tawar.

Saluran pencernaannya berupa rongga gastrovaskular. Mulut melanjut ke faring dan esofagus yang bercabang dua, yang kemudian masing-masing bercabang banyak. Sisa metabolisme yang berupa cairan akan dikeluarkan melalui pori ekskresi.

Anggota kelas ini tidak memiliki sistem respirasi dan sistem sirkulasi darah khusus, sehingga bernapas melalui seluruh permukaan tubuhnya.

Hewan-hewan kelas ini tidak memiliki alat gerak, gerakan terjadi akibat aliran dalam cairan tubuh inangnya. Jika hewan tersebut telah menempel pada inangnya melalui alat isap mulut dan alat isap perut, maka gerakan akan mengikuti arah dari aliran tubuh inangnya.

Sistem saraf serupa dengan sistem saraf pada kelas Turbellaria. Sistem saraf ini bersifat primitif, yaitu berupa ganglion otak yang memanjang. Sistem indera tidak berkembang.

Sistem ekskresi dimulai dari flame cell, terus ke saluran ekskresi dan bermuara di bagian posterior.

Cacing kelas ini bersifat hermafrodit. Inang perantaranya adalah siput air dan inang tetapnya adalah sapi. Berikut daur hidupnya :

3.      Kelas Cestoda

Cestoda juga disebut sebagai cacing pita karena bentuknya pipih panjang seperti pita.Tubuh Cestoda dilapisi kutikula dan terdiri dari bagian anterior yang disebut skoleks, leher (strobilus), dan rangkaian proglotid.Pada skoleks terdapat alat pengisap.Skoleks pada jenis Cestoda tertentu selain memiliki alat pengisap, juga memiliki kait (rostelum) yang berfungsi untuk melekat pada organ tubuh inangnya.Dibelakang skoleks pada bagian leher terbentuk proglotid.

Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin betina (ovarium).Tiap proglotid dapat terjadi fertilisasi sendiri.Proglotid yang dibuahi terdapat di bagian posterior tubuh cacing.Proglotid dapat melepaskan diri (strobilasi) dan keluar dari tubuh inang utama bersama dengan tinja.
Cestoda bersifat parasit karena menyerap sari makan dari usus halus inangnya.Sari makanan diserap langsung oleh seluruh permukaan tubuhnya karena cacing ini tidak memiliki mulut dan pencernaan (usus).Manusia dapat terinfeksi Cestoda saat memakan daging hewan yang dimasak tidak sempurna.Inang perantara Cestoda adalah sapi pada Taenia saginata dan babi pada taenia solium.
Reproduksi dan daur hidup Taenia solium dimulai dari lepasnya proglotid tua bersama feses dari tubuh manusia. Tiap ruas berisi ribuan telur yang telah dibuahi. Kemudian, ruas-ruas tersebut hancur dan telur yang telah dibuahi bisa tersebar ke mana-mana. Zigot terus berkembang membentuk larva onkosfer di dalam kulit telur. Jika telur termakan babi, kulit telur dicerna dalam usus, dan larva onkosfer menembus usus masuk ke pembuluh darah atau pembuluh limfe dan akhirnya masuk ke otot lurik. Di otot, larva onkosfer berubah menjadi kista yang terus membesar membentuk cacing gelembung (sistiserkus). Pada dinding sistiserkus berkembang skoleks. Jika seseorang memakan daging tersebut yang belum matang, kemungkinan sistiserkus masih hidup. Di dalam usus manusia yang memakannya, skoleks akan keluar dan akan menempel pada dinding usus, sedangkan bagian gelembungnya akan dicerna. Dari “leher”, kemudian akan tumbuh proglotid-proglotid. Selanjutnya, proglotid tua akan menghasilkan telur yang telah dibuahi.

Baca juga referensi lainnya di: http://guruilmuan.blogspot.com/

Artikel Terkait

Klasifikasi Platyhelminthes: Kelas Turbellaria, Kelas Trematoda, dan Kelas Cestoda
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email