Friday, 4 April 2014

Ciri-Ciri Papilla Pengecap Pada Lidah Dan Kemoreseptor Penerjemah Berbagai Rasa

Lidah mempunyai reseptor khusus yang berkaitan dengan rangsangan kimia. Lidah merupakan organ yang tersusun dari otot. Permukaan lidah dilapisi dengan lapisan epitelium yang banyak mengandung kelenjar lendir, dan reseptor pengecap berupa tunas pengecap. Tunas pengecap terdiri atas sekelompok sel sensori yang mempunyai tonjolan seperti rambut.

Permukaan atas lidah penuh dengan tonjolan (papila). Tonjolan itu dapat dikelompokkan menjadi tiga macam bentuk, yaitu bentuk benang, bentuk dataran yang dikelilingi parit-parit, dan bentuk jamur. Tunas pengecap terdapat pada paritparit papila bentuk dataran, di bagian samping dari papila berbentuk jamur, dan di permukaan papila berbentuk benang, (Anonim, http://bebas.ui.ac.id ).
Sumber gambar: Raven dan Johnson (dalam situs perpustakaancyber.blogspot.com)

Puting pengecap atau taste bud terbentuk dari sekitar 50-150 sel-sel perasa. Bentuknya bulat lonjong dengan kuncup terbuka yang disebut dengan porus perasa. Porus perasa iniu merupakan bagian dari ujung atau terminal dari masing-masing selyang membentukputing perasa tersebut yang juga memiliki mikrivili serta berinti. Pada bagian basal dari sel-sel inilah kemudian serabut saraf saling berlekatan dan membentuk sinaps. Pada bagian akhir kumpulan sel-sel tersebut terdapat sel-sel basal yang berinti yang juga berfungsi untuk resgenerasi sel-sel puting perasa juga menopang sel-sel tersebut. Dengan bentuk sel-sel puting perasa dan sel-sel basal tersebut, maka memungkinkan terjadinya regenerasi puting pengecap. Sel saraf yang berbentuk sinaps tersebut akhirnya akan menuju ke pusat saraf. Karena sifatnya menghantarkan stimulus maka sel saraf tersebut disebut dengan neuron sensorik atau sel saraf sensori pengecap. Dengan “bala tentara” berupa 6 juta reseptor, hidung dapat membedakan sekitar 10.000 jenis bau. Sementara itu, anjing memiliki 20 kali lipat lebih banyak. Tak heran bila penciuman hewan ini dimanfaatkan untuk melacak. Proses penciuman lebih banyak melibatkan organ kecil di rongga hidung bagian atas, berhubungan dengan otak bagian depan yang dikenal sebagai wilayah penciuman. Jutaan sel kecil-kecil di daerah ini masing-masing memiliki rambut-rambut halus (silia) yang berhubungan dengan lapisan lendir. Dengan adanya lendir ini, rambut-rambut halus tadi tetap lembap dan bertindak sebagai penangkap bau. Dari sana, hasil analisis dikirim secara kilat ke bagian otak, tanpa melewati proses di korteks yang merupakan bagian otak intelektual (Widiastuti, 2002).

Dengan demikian, hasil kerja penciuman bukan hasil kerja intelektual, tapi lebih merupakan proses emosional dan naluriah. Agar dapat dibaui, suatu zat harus mengeluarkan partikel-partikel kimia yang membentuknya. Susunan kimiawinya harus merupakan susunan yang kompleks. Bila susunannya sederhana, zat ini sulit atau sama sekali tidak dapat dibaui, seperti garam. Partikel-partikel kimia yang kompleks tadi harus bisa melayang-layang di udara dalam bentuk gas,sehingga  hidung dapat menangkapnya. Selanjutnya, si partikel masuk ke rambut-rambut halus yang berlumuran selaput lendir hidung, lalu meleburkan diri dengan lendir. Setelah itu, barulah sang bau dapat terdeteksi. Zat-zat yang mudah mengeluarkan gas biasanya berbau amat tajam, karena dapat memasuki hidung dalam jumlah banyak (Widiastuti,2002).

Artikel Terkait

Ciri-Ciri Papilla Pengecap Pada Lidah Dan Kemoreseptor Penerjemah Berbagai Rasa
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email