Wednesday 28 May 2014

KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA MENGGUNAKAN METODE DISKUSI DENGAN MEDIA GAMBAR

KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA MENGGUNAKAN METODE DISKUSI DENGAN MEDIA GAMBAR

                                                                        ABSTRAK
Author: Suliana 
Dosen Pembimbing: Pramudiyanti , Berti Yolida
This research aims to determine cooperation quality using group discussion methode. The research design was simple descriptive. The subjects were students of VIII B and VIII E SMP Negeri 2 Jati Agung Lampung Selatan. The datas class randomly selected by cluster random sampling technique. The research data was qualitative data obtained from students cooperation quality. Data analyzed using simple statistic which was descriptive persentage. The results showed that cooperation quality of VIII B class increased with average 62.50% of good criteria, 15.28% of very good criteria, and 11.12% of not good criteria. The of class VIII E with average 56.95% of good criteria, 23.62% of very good criteria, and 13.89% of not good criteria. All of cooperation quality indicator at first and second meeting have good criteria. Therefore, the cooperation quality have good criteria in learning with discussion methode.
Penelitian ini bertujuan mengetahui kualitas kerjasama menggunakan metode diskusi kelompok. Desain penelitian ini deskriptif sederhanaSubyek penelitian adalah siswa kelas VIII B dan VIII E SMP Negeri 2 Jati Agung, Lampung Selatan. Data dipilih secara acak dengan teknik clusster random sampling. Data penelitian berupa data kualitatif berupa kualitas kerjasama siswa. Data dianalisis menggunakan statistik sederhana yakni deskriptif persentase. Hasil penelitian kualitas kerjasama mengalami peningkatan pada kelas VIII B dengan rata-rata 62,50 % berkriteria baik, 15,28 % berkriteria sangat baik, dan 11,12 berkriteria kurang baik. Pada kelas VIII E dengan rata-rata sebanyak 56,95% berkriteria baik, 23,62 % berkriteria sangat baik dan 13,89 % kurang baik. Seluruh indikator kualitas kerjasama pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua berkriteria baik. Jadi, kualitas kerjasama berkriteria baik pada pembelajaran menggunakan metode diskusi.
Kata kunci:   kualitas kerjasama, metode diskusi, pertumbuhan dan perkembangan  makhluk hidup

References:


Arsyad. 2007. Media Pengajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Attayaya. 2010. Kelompok belajar bersama. (Online) (http://www.attayaya.net/2010/01/kelompok-belajar-bersama. html, diakses: 28 november 2012 : 10.15 PM)
Djunaedi, A. 2001. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Kasmadi, H. 1990. Taktik Mengajar. Semarang: IKIP Semarang Press.
Rudhia, A. 2007. Kualitas Kerjasama Siswa Dalam Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Pada Materi PokokSistem Pencernaan Makanan. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Sardiman, A. S., R. Raharjo., Haryono., dan Rardjito. 2007. Media Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sudjana. 2005. Metoda statistika. Bandung: Tarsito.
Sukardi. 2003.Metodologi penelitian pendidikan. Yogyakarta: Bumi aksara.
Suryosubroto. B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Widodo,W. 2007.Tinjauan tentang keterampilan generic.(Online) (http://www.ed.uiuc.edu./EPS/PES-Yearbook/998/thompson.html, diakses:1 desember 2012: 01.30 pm)

Pengertian, Kebaikan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pengertian, Kebaikan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

A. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)

STAD dikembangkan oleh Robert Slavin, dimana STAD merupakan pendekatan kooperatif yang sederhana. Kinerja guru yang mengunakan STAD mengacu pada belajar kelompok, menyajikan informasi akademik
baru pada siswa dengan menggunakan prosentase verbal atau tes. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD dilaksanakan dalam beberapa tahap: persiapan, presentsi pelajaran, evaluasi, penghargaan kelompok, menghitung ulang skor awal dan mengubah kelompok. Penjelasan dari langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:
a. Persiapan
1. Materi
Materi pelajaran dipersiapkan untuk pembelajaran secara kelompok yang disajikan dengan lembar kerja siswa (LKS) dan 17 lembar jawaban yang akan dipelajari oleh siswa dalam kelompok
kecil.
2. Menetapkan siswa dalam kelompok
Siswa-siswa dalam kelas di kelompokkan menjadi beberapa kelompok yang terdiri empat sampai lima orang yang memiliki latar belakang dan tingkat prestasi akademik yang berbeda.
Beberapa petunjuk membentuk kelompok kooperatif:
a Merangking siswa berdasarkan prestasi akademik dalam kelas.
b Menentukan jumlah kelompok dan tiap kelompok terdiri dari
empat sampai lima orang.
c Membagi kelompok dengan komposisi tingkat prestasi yang
seimbang.
3. Menentukan skor awal
Skor awal ini merupakan skor rata-rata siswa individual pada
semester sebelumnya/tes sebelumnya.
b. Tahap pembelajaran
Tahap pembelajaran kooperatif tipe STAD dimulai dengan kegiatan
guru mempersiapkan materi pelajaran. Kemudian dilanjutkan dengan
penyajian informasi baik secara verbal ataupun dalam bentuk tes.
Selanjutnya siswa diorganisasikan dalam kelompok-kelompok belajar
untuk bersama-sama menyelesaikan tugas atau LKS.
c. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD
meliputi evaluasi dilakukan setelah siswa selesai melaksanakan
kegiatan pembelajaran, siswa harus menunjukkan apa yang telah
dipelajari dalam kelompok. Hasil tes individu menjadi dasar skor
kelompok dan akhirnya menjadi dasar pemberian penghargaan.
(Hartati 1998 : 11-12)
Menurut Slavin dalam bukunya Ibrahim (2000:52), nilai
perkembangan individu dalam kelompok dapat dilihat dengan
menggunakan tabel dibawah ini:
Tabel 1: Nilai Perkembangan

Skor tes
Nilai perkembang

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal


5 poin

1- 10 poin di bawah skor awal
10 poin

Skor awal – naik 10 poin diatas
skor awal

20 poin

10 poin atau lebih di atas skor
dasar

30 poin

Nilai sempurna (tidak
berdasarkan skor awal)

30 poin

 Sumber: ( Ibrahim 2000:57)


Dalam menentukan kelompok mana yang akan diberi
penghargaan,ada tiga kriteria penghargaan yaitu:
a Kelompok dengan rata-rata skor 15 sebagai kelompok baik.
b Kelompok dengan rata-rata skor 20 sebagai kelompok hebat.
c Kelompok dengan rata-rata skor 25 sebagai kelompok super hebat
( Ibrahim 2000:62)
Untuk kelompok super dan kelompok hebat dapat diberikan penghargaan
tertentu sesuai dengan kebijaksanaan guru.

B. Kebaikan/Keuntungan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Landasan yang mendasari model pembelajaran kooperatif dalam
pendidikan adalah falsafah homo homini socius. Falsafah ini menekankan
bahwa manusia adalah mahluk sosial. Dengan bekerja sama maka
kelangsungan hidup dapat terpenuhi.
Sampai saat ini model pembelajaraan kooperatif belum banyak
diterapkan dalam dunia pendidikan kita. Kebanyakan pengajar enggan
untuk menerapkan sistem ini karena beberapa alasan. Menurut Kagan
ataupun Slavin dalam bukunya Kauchak (1998:136,137) mengatakan
adanya masalah menetapkan strategi belajar bersama di kelas yaitu ramai,
gagal untuk saling mengenal, perilaku yang salah dan penggunaan waktu
yang tidak efektif.
Ramai, biasanya yang dihasilkan dalam interaksi siswa yang
produktif. Ketika menerapkan strategi belajar bersama, kita harus berharap
agar kelas lebih ramai sedikit karena siswa bekerja dan berbicara dalam
kelompok kecil. Namun sesuatu yang berkelebihan, bagaimanapun akan
mengganggu guru dan mengganggu fungsi kelompok dan kelas lainnya.
19
Gagal untuk menyatu, biasanya terjadi pada siswa yang terisolasi
secara sosial. Dalam kegiatan belajar, siswa duduk diam terisolir dari
siswa-siswa lainnya. Belajar bersama mengharuskan mereka berbicara,
mendengarkan dan membantu lainya untuk belajar. Proses biasanya dibuat
lehih rumit oleh keheterogenan kelompok tersebut.
Perilaku yang salah, biasanya timbul karena adanya ketidaktahuan
siswa tentang apa yang harus dilakukan dalam pembelajaran kooperatif.
Hal ini yang menimbulkan peningkatan masalah manajemen pada siswa
sehingga memerlukan solusi untuk masalah potensial yang menantang,
pemikiran lebih, penyusunan dan pengawasan agenda dan pengawasan
siswa dengan hati-hati.
Penggunaan waktu yang tidak efektif oleh siswa terjadi karena siswa
yang bergurau dan bermain sendiri sedangkan siswa lainnya sibuk
melakukan aktivitas kelompok. Pengawasan guru yang tidak cermat dalam
mengawasi kinerja guru selama pembelajaran kelompok tidak efektif.
Selain masalah-masalah yang kemungkinan terjadi, menurut
disertasinya Soewarso (1998:23) kelemahan-kelemahan yang mungkin
terjadi adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran kooperatif bukanlah obat yang paling mujarab untuk
memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok kecil.
b. Adanya ketergantungan sehingga siswa yang lambat berfikir tidak
dapat berlatih belajar mandiri.
c. Pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang lama sehingga
target pencapaian kurikulum tidak dapat dipenuhi.
d. Pembelajaaran kooperatif tidak dapat menerapkan materi pelajaran
secara cepet.
e. Penilaian terhadap individu dan kelompok dan pemberian hadiah
menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya
20
Meskipun banyaknya kelemahan yang timbul, menurut disertasinya
Soewarso (1998:22) pembelajaran kooperatif juga memiliki keuntungan.
Keuntungan ini meliputi:
a. Pelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi materi pelajaran
yang sedang dibahas.
b. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa
mendapatkan nilai rendah, karena dalam pengetesan lisan siswa
dibantu oleh anggota kelompoknya.
c. Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat,
belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang
bermanfaat untuk kepentingan bersama-sama.
d. Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang
tinggi menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan
teman sebaya.
e. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan akan memberikan
dorongan bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.
f. Siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu
pengetahuannya.
g. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk
memonitor siswa dalam belajar bekerja sama.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan, pelaksanaan pembelajaran kooperatif tidak
digunakan untuk pelajaran Akuntansi setiap hari. Pelaksanaannya dapat
dilaksanakan satu bulan hanya beberapa kali. Untuk mengejar materi dapat
dilakukan pembelajaran ceramah. Sedangkan dari keuntungan yang telah
diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
memberikan kesempatan bagi seluruh anggota untuk mampu bekerja
sama, bersosialisasi antar teman, belajar untuk saling berbagi pengetahuan
dengan sesama anggota kelompoknya.


Strategi Serta Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu (Integrated Learning)

Strategi Serta Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu (Integrated Learning)

A. Strategi Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu memadukan siswa dan memadukan
materi-materidari matapelajaran-matapelajaran.
1. Integrasi melalui pemaduan siswa
Cara ini memadukan beberapa kelas menjadi satu kelas, sehingga 1
pembelajaran kelas diikuti oleh lebih dari satu tungkat usia siswa. Misalnya
kelas 1 dan kelas 2 SD diajar matematika bersama-sama. Cara ini tentunya
memerlukan keahlian guru untuk memberikan tugas yang bertingkat sehingga siswa
belajar dari yang mudah menuju tingkat yang lebih sulit. Siswa kelas 1 dapat
belajar dari siswa yang lebih tua dan lebih pengetahuannya, sedangkan siswa
yang lebih tua (kelas 2) dapat mengajarkan pengetahuannya kepada siswa yang lebih
muda.
2. Integrasi materi/matapelajaran
Cara ini memadukan materi dari beberapa mata pelajaran dalam satu kesatuan kegiatan
pembelajaran. Dalam 1 kegiatam pembelajaran siswa belajar berbagai
matapelajaran misal matematika, Bahasa, IPA, dan IPS. Cara ini biasanya
dilakukan dengan memadukan topik-topik(tema-tema) menjadi satu kesatuan tema yang
disebut tematik unit. Tematik unit merupakan rangkaian tema yang dikembangkan
dari suatu tema dasar. Sedangkan tema dasar merupakan pilihan atau kesepakatan
antara guru dengan siswa berdasarkan kajian keseharian yang dialami siswa
dengan penyesuaian dari materi-materi yang ada pada kurikulum. Selanjutnya tema
dasar tersebut dikembangkan menjadi banyak tema yang disebut unit
tema(subtema).

B. Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu
Pada dasarnya ada 2 tahap yang harus
dilalui dalam prosedur pembelajaran terpadu yaitu tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, dan tahap evaluasi.
1. Tahap Perencanaan Pembelajaran Terpadu
Perencanaan pembelajaran pada dasarnya adalah rangkaian yang
memuat isi dan kegiatan pembelajaran yang bersifat menyeluruh dan sistematis,
yang akan digunakan sebagai pedoman oleh guru dalam mengelola kegiatan belajar
mengajar. Dalam pembalajaran terpadu perencanaan yang harus dilakukan seorang
guru adalah sebagai berikut :
a. Pemilihan tema dan unit-unit tema
Pemilihan tema ini dapat dating dari staf pengajar yaitu
guru kelas atau guru bidang studi dan siswa. Biasanya guru yang memilih tema
dasarnya dan dengan musyawarah siswa memilih unit tema. Pemilihan tema dasar
yang dilakukan oleh guru dengan mengaju pada tema dan materi-materi pada pokok
bahasan pada setiap matapelajaran yang terdapat padu kurikulum. Tema dapat juga
dipilih berdasarkan pertimbangan lain, yaitu :tema yang dipilih merupakan
consensus antar siswa, missal dari buku-buku bacaan, pengalaman, minat,
isu-isu, yang sedang beredar di masyarakat dengan mengingat ketersediaan sarana
dan sumber belajar yang sesuai dengan tingkat perkembanagn siswa.
1) Tema dasar-Unit tema
Tema dapat muncul dari siswa, kemudian guru yang mengorganisir
atau guru melontarkan tema dasar, kemudian siswa mengembangkan unit temanya.
2) Curah pendapat
Curah pendapat ini bermanfaat untuk memunculkan tema dasar
kemudian dikembangkan menjadi unit tema. Setelah tema dasar dan unit tema dipilih
maka akan terbentuk jarring-jaring.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam penentuan tema, yaitu :
Ø Penentuan tema merupakan hasil ramuan dari
berbagai materi di dalam satu atau beberapa matapelajaran.
Ø Tema diangkat sebagai sarana untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang terpadu dalam materi pelajaran, prosedur penyampaian, serta
pemaknaan pengalaman belajar oleh para siswa.
Ø Tema disesuaikan dengan karakteristik belajar
siswa sehingga asas perkembangan berpikir anak dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Ø Tema harus bersifat cukup problematic atau
popular sehingga membuka kemungkinan luas untuk melaksanakan pembelajaran yang
yang beragam yang mengandung substansif yang lebih luas yang apabila
dinbandingkan dengan pembelajaran yang biasa.
Beberapa prosedur pemilihan/pemilihan tema adalah sebagai
berikut :
v Model ke-1
Pada model ini tema sudah ditentukan atau dipilih
oleh guru berdasar pada beberapa kurikulum bebrapa matapelajrana yang kemudian
dapat dikembangkan menjadi sub-sub tema atau unit tema.
v Model ke-2
Pada model ini tema ditentukan bersama antara guru
dengan siswa. Meskipun demikian tema tidak boleh lepas dari materi yang akan
dipelajari.
v Model ke-3
Pada model ini tema ditentukan oleh siswa dengan
bimbingan guru.
b. Langkah perencanaan aktivitas
Langkah perencanaan aktivitas di sini meliputi : pemilihan
sumber, pemilihan aktivitas, dan perencanaan evaluasi. Evaluasi dalam
pembalajaran terpadu meliputi berikut ini :
1) Janis evaluasi yaitu evaluasi otentik.
2) Sasaran evaluasi berupa proses dan dan hasil belajar
siswa.
3) Aspek yang dievaluasi
Keseluruhan aspek kepribadian siswa dievaluasi yaitu
meliputi kognitif, afektif, dan psikomotorik.
4) Teknik-teknik evaluasi yang digunakan meliputi :
a) Observasi (mengamati prilaku hasil belajar siswa)
dengan menggunakan daftar cek atau skala penilaian.
b) Wawancara guru dan siswa dengan menggunakan pedoman
wawancara.
c) Evaluasi siswa
d) Jurnal siswa
e) Portofolio
f) Tes prestasi belajar ( baku atau buatan guru)
c. Kontrak belajar
Kontrak belajar ini akan memeberikan arah dan isi aktivitas
siswa dan merupakan suatu kesepakatan anatara guru dan siswa.
2. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Trepadu dan Evaluasi
Pada tahap pelaksanan ini langkah-kangkahnya adalah sebagai
berikut :
a. Aktivitas siswa
Aktivitas dapat berupa : pengumpulan informasi baik kelompok
maupun individual, membaca sumber, wawancara dengan narasumber, pengamatan
lapangan, eksperimen, pengolahan informasi, dan penyusuna laporan.
b. Kulminasi (Sharing) dalam bentuk penilaian proses
(merupakan dampak dari proses pembelajaran, dampak pengiring, prosedur formal
dan informal terutama untuk memperoleh balikan) yaitu penyajian laporan,
diskusi dan balikan, unjuk kerja dan pameran, serta evaluasi.


Model-Model Pembelajaran Terpadu: Connected Model, Webbed Modle, Intergrated Modle

Model-Model Pembelajaran Terpadu: Connected Model, Webbed Modle, Intergrated Modle

Model-Model Pembelajaran Terpadu

1. Model hubungan/model terkait (Connected Model)
Model pembalajaran ini menyajikan hubungn yang eksplisit di dalam suatu mata pelajaran yaitu menghubungkan satu topik dengan topik yang lain, satu konsep ke konsep yang lain, satu
keterampilan dengan keterampilan yang lain, satu tugas ke tugas yang berikutnya. 
Pada pembelajaran model ini kunci utamanya adalah adanya satu usaha sadar untuk menghubungkan bidang kajian dalam satu disiplin ilmu. Keunggulan dari model pembelajaran ini adalah siswa memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang suatu konsep sehingga transfer pengetahuan akan sangat mudah karena konsep-konsep pokok dikembangkan terus-menerus.
Contoh:
Guru menghubungkan/menggabungkan konsep matematika tentang uang dengan konsep jual
beli, untung rugi, simpan pinjam, dan bunga.

2. Model Jaring Laba-Laba/ Model Terjala (Webbed Modle)
Model pembelajaran ini pada dasarnya menggunakan pendekatan
tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema
tertentu. Tema yang ditetapkan dapat dipilih antara guru dengan siswa atau
sesame guru. Setelah tema telah disepakati maka dilanjutkan dengan pemilihan
sub-sub tema dengan memperhatikan kaitannya dengan antarmatapelajaran.
Dari sub-sub tema ini direncanakan aktivitas belajar yang harus
dilakukan siswa.keuntungan dari model pembelajaran terpadu ini bagi siswa
adalah diperolehnya pandangan hubungan yang utuh tentang kegiatan dari
ilmu-ilmu yang berbeda.
Contoh:
Siswadan guru memnentukan tema misalnya air, maka guru-guru matapelajaran dapat mengajarkan tema air itu ke dalam sub-sub tema misalnya siklus air, kincir angin, air waduk, air sungai, bisnis air dari
PDAM yang tergabung dalam matapelajaran matematika, IPS, IPA, dan Bahasa

3. Model Terpadu (Intergrated Modle)
Model pembelajaran terpadu ini menggunakan pendekatan antarmatapelajaran. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan beberapa matapelajaran yaitu dengan menetapkan prioritas dari
kurikulum dan menemukan keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang
tindih di dalam matapelajaran.
Contoh:
Pada awalnya guru menyeleksi konsep-kpnsep keterampilan dan nilai sikap yang
diajarkan dalam satu semester dari beberapa matapelajaran misalnya :
matematika, IPS, IPA dan Bahasa. Selanjutnya dipilih beberapa konsep,
keterampilan dan nilai sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang
tindih di antara beberapa matapelajaran. 
Keuntungan dari model pembelajaran
ini adalah siswa mudah menghubungkan dan mengaitkan materi dari beberapa
matapelajaran.
Tujuan dan Kemanfaatan Pembelajaran Terpadu (Integrated Learning)

Tujuan dan Kemanfaatan Pembelajaran Terpadu (Integrated Learning)

A. Tujuan Pembelajaran Terpadu
 Pembelajaran terpadu dikembangkan selain untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
 ditetapkan, diharapkan siswa juga mampu :
1. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara
lebih bermakna,
2. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan
memanfaatkan informasi,
3. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan
nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan.
4. Menumbuhkembangkan keterampilan social seperti kerja
sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain.
5. Meningkatkan minat dalam belajar,
6. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan
kebutuhannya.
B. Kemanfaatan Pembalajaran Terpadu
Ada beberapa manfaat dalam menggunakan pembelajara terpadu, yaitu :
1. Banyak topik yang tertuang di setiap matapelajaran
mempunyai keterkaiatan konsep dengan yang dipelajari siswa.
2. Pada pembelajaran terpadu memungkinkan siswa
memanfaatkan keterampilannya yang dikembangkan dari mempelajari keterkaitan
antarmatapelajaran.
3. Pembelajaran terpadu melatih siswa untuk semakin banyak
membuat hubungan inter dan antarmatapelajaran, sehingga siswa mampu memproses
informasi dengan cara yang sesuai daya pikirnya dan memungkinkan berkembangnya
jaringan konsep-konsep.
4. Pembalajaran terpadu membantu siswa dapat memecahkan
masalah dan berpikir kritis untuk dapat dikembangkan melalui keterampilan dalam
situasi nyata.
5. Daya ingat (retensi) terhadap materi yang dipelajari
siswa dapat ditingkatkan dengan jalan memberikan topic-topik dalam berbagai
ragam situasi dan berbagai ragam kondisi.
           6. Dalam pembelajaran terpadu transfer pembelajaran dapat
            mudah terjadi bila situasi pembelajaran dekat dengan situasi kehidupan nyata.
Arti Penting, Pengertian, Karakteristik Pembelajaran Terpadu dan Kurikulum Terpadu

Arti Penting, Pengertian, Karakteristik Pembelajaran Terpadu dan Kurikulum Terpadu

Pembelajaran Terpadu

Integrated atau terpadu bisa mengacu pada integrated curricula (kurikulum terpadu) atau
integrated approach (pendekatan terpadu) atau integrated learning
(pembelajaran).  Pada pelaksanaannya istilah kurikulum terpadu atau
pembelajaran terpadu atau pendekatan terpadu dapat dipertukarkan, seperti
dikatakan oleh pakar pendidikan dan guru besar Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Prof. Dr. Sri Anitah
Wiryawan, M.Pd.(Pikiran Rakyat, 11 April 2003) “kurikulum terpadu adalah suatu
pendekatan untuk mengorganisasikan kurikulum dengan cara menghapus garis batas
mata pelajaran yang terpisah-pisah, sedangkan pembelajaran terpadu merupakan
metode pengorganisasian pembelajaran yang menggunakan beberapa bidang mata
pelajaran yang sesuai. Istilah kurikulum terpadu dengan pembelajaran terpadu
dalam penggunaannya dapat saling dipertukarkan.
Pembelajaran terpadu
merupakan suatu aplikasi salah satu startegi pembelajaran berdasarkan
pendekatan kurikulum terpadu yang bertujuan untuk menciptakan atau membuat
proses pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi anak (Atkinson, 1989:9
dalam Ahmad). Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pembelajaran terpadu
didasarkan pada pendekatan inquiry, yaitu melibatkan siswa mulai dari
merencanakan, mengeksplorasi, dan brain storming dari siswa. Dengan pendekatan
terpadu siswa didorong untuk berani bekerja secara kelompok dan belajar dari
hasil pengalamannya sendiri. Collins dan
Dixon
(1991:6 dalam Ahmad) menyatakan tentang pembelajaran terpadu sebagai berikut:
integrated learning occurs when an authentic event or exploration of a topic in
the driving force in the curriculum
. Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam
pelaksanaannya anak dapat diajak berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi
topik atau kejadian, siswa belajar proses dan isi (materi) lebih dari satu
bidang studi pada waktu yang sama.
Pembelajaran terpadu
sangat memperhatikan kebutuhan anak sesuai dengan perkembangannya yang holistik
dengan melibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran baik fisik maupun
emosionalnya. Untuk itu aktivitas yang diberikan meliputi aktif mencari,
menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan yang holistik, bermakna,
dan otentik sehingga siswa dapat menerapkan perolehan belajar untuk memecahkan
masalah-masalah yang nyata di dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai
dengan program DAP yang dikemukakan Bredekamp (1992:7) dalam
Ahmad,  pada proses pembelajaran hendaknya menyediakan berbagai aktivitas
dan bahan-bahan yang kaya serta menawarkan pilihan bagi siswa sehingga siswa
dapat memilihnya untuk kegiatan kelompok kecil maupun mandiri dan memberikan
kesempatan bagi siswa untuk berinisiatif sendiri, melakukan keterampilan atas
prakarsa sendiri sebagai aktivitas yang dipilihnya.  Pembelajaran terpadu
juga menekankan integrasi berbagai aktivitas untuk mengeksplorasi objek, topik,
atau tema yang merupakan kejadian-kejadian, fakta, dan peristiwa yang otentik.
Pelaksanaan pembelajaran terpadu pada dasarnya agar kurikulum itu bermakna bagi
anak. Hal ini dimaksudkan agar bahan ajar tidak digunakan secara
terpisah-pisah, tetapi merupakan suatu kesatuan bahan yang utuh dan cara
belajar yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa.


A. Arti Penting Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra matapelajaran maupun antarmatapelajaran. Dengan adanya
pemaduan itu siswa akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh
sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa.bermakna disini memberikan
arti bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami konsep-konsep
yang mereka pelajaran melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan
antar konsep dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Jika
dibandingkan dalam konsep konvensional, maka pembelajaran terpadu tampak lebih
menekankan keterlibatan siswa dalam belajar, sehingga siswa terlibat aktif
dalam proses pembelajaran untuk pembuatan keputusan. Setiap siswa memerlukan
bekal pengetahuan dan kecakapan agar dapat hidup di masyarakat dan bakal ini
diharapkan diperoleh melalui pengalaman belajar di sekolah. Oleh karena itu
pengalaman belajar di sekolah sedapat mungkin memberikan bekal siswa dalam
mencapai kecakapan untuk berkarya. Kecakapan ini disebut kecakapan hidup yang
cakupannya lebih luas dibanding hanya sekedar keterampilan.
           
B. Karakteristik Pembelajaran Terpadu
 Sebagai suatu proses, pembelajara terpadu memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Pembalajaran terpusat pada anak
Pembalajaran terpadu dikatakan sebagai pembelajaran yang
berpusat pada anak, karena pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu
system pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa, baik secara
individu maupun secara kelompok. Siswa dapat aktif mencari. Menggali, dan
manemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus
dikuasainya sesuai dengan perkembangannya.

2. Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan
Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam
aspek yang membentuk semacam jalinan antarskemata yang dimiliki oleh siswa,
sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang di[elajari siswa.
Hasil yang nyata didapat dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya
dengan konsep-konsep lain yang dipelajari dan mengakibatkan kegiatan belajar
menjadi lebih bermakna.hal ini diharapkan dapat berakibat pada kemampuan siswa
untuk dapat menerapakan perolahan belajaranya pada pemecahan masalah-masalah
yang nyata dalam kehidupannya.

3. Belajar melalui proses pengalaman langsung
Pada pembelajaran terpadu diprogramkan untuk melibatkan siswa
secara langsung pada konsep dan prisip yang dipelajari dan memungkinkan siswa
belajar dengan melakukan kegiatan secara langsung. Sehingga siswa akan memahami
hasil belajarnya secara langsung.sehingga siswa akan memahami hasil belajarnya
sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka alamai, bukan sekedar informasi
dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator yang membimbing
kea rah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan siswa sebagai actor pencari fakta
dan informasi untuk mengembangkan pengetahuannya.

4. Lebih memperhtikan proses daripada hasil semata
Pada pembelajaran terpadu dikembangkan pendekatan discovery inquiry (penemuan terbimbing)
yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran yaitu mulai dari
perencanaan, pelaksanaan sampai proses evaluasi. Pembelajaran terpadu
dilaksanakan dengan melihat keinginan, minat, dan kemampua siswa sehingga
memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar terus-menerus.

5. Sarat dengan muatan keterkaitan

Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan dan
pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari beberapa matapelajaran sekaligus,
tidak dari sudut pandanga yan terkotak-kotak. Sehingga memungkinkan siswa untuk
memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya
nanti akan membuat siswa lebih arif dan bijak dalam menyikapi atau menghadapi
kejadian yang ada.