Wednesday 28 May 2014

Pengertian, Kebaikan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

A. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)

STAD dikembangkan oleh Robert Slavin, dimana STAD merupakan pendekatan kooperatif yang sederhana. Kinerja guru yang mengunakan STAD mengacu pada belajar kelompok, menyajikan informasi akademik
baru pada siswa dengan menggunakan prosentase verbal atau tes. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD dilaksanakan dalam beberapa tahap: persiapan, presentsi pelajaran, evaluasi, penghargaan kelompok, menghitung ulang skor awal dan mengubah kelompok. Penjelasan dari langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:
a. Persiapan
1. Materi
Materi pelajaran dipersiapkan untuk pembelajaran secara kelompok yang disajikan dengan lembar kerja siswa (LKS) dan 17 lembar jawaban yang akan dipelajari oleh siswa dalam kelompok
kecil.
2. Menetapkan siswa dalam kelompok
Siswa-siswa dalam kelas di kelompokkan menjadi beberapa kelompok yang terdiri empat sampai lima orang yang memiliki latar belakang dan tingkat prestasi akademik yang berbeda.
Beberapa petunjuk membentuk kelompok kooperatif:
a Merangking siswa berdasarkan prestasi akademik dalam kelas.
b Menentukan jumlah kelompok dan tiap kelompok terdiri dari
empat sampai lima orang.
c Membagi kelompok dengan komposisi tingkat prestasi yang
seimbang.
3. Menentukan skor awal
Skor awal ini merupakan skor rata-rata siswa individual pada
semester sebelumnya/tes sebelumnya.
b. Tahap pembelajaran
Tahap pembelajaran kooperatif tipe STAD dimulai dengan kegiatan
guru mempersiapkan materi pelajaran. Kemudian dilanjutkan dengan
penyajian informasi baik secara verbal ataupun dalam bentuk tes.
Selanjutnya siswa diorganisasikan dalam kelompok-kelompok belajar
untuk bersama-sama menyelesaikan tugas atau LKS.
c. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD
meliputi evaluasi dilakukan setelah siswa selesai melaksanakan
kegiatan pembelajaran, siswa harus menunjukkan apa yang telah
dipelajari dalam kelompok. Hasil tes individu menjadi dasar skor
kelompok dan akhirnya menjadi dasar pemberian penghargaan.
(Hartati 1998 : 11-12)
Menurut Slavin dalam bukunya Ibrahim (2000:52), nilai
perkembangan individu dalam kelompok dapat dilihat dengan
menggunakan tabel dibawah ini:
Tabel 1: Nilai Perkembangan

Skor tes
Nilai perkembang

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal


5 poin

1- 10 poin di bawah skor awal
10 poin

Skor awal – naik 10 poin diatas
skor awal

20 poin

10 poin atau lebih di atas skor
dasar

30 poin

Nilai sempurna (tidak
berdasarkan skor awal)

30 poin

 Sumber: ( Ibrahim 2000:57)


Dalam menentukan kelompok mana yang akan diberi
penghargaan,ada tiga kriteria penghargaan yaitu:
a Kelompok dengan rata-rata skor 15 sebagai kelompok baik.
b Kelompok dengan rata-rata skor 20 sebagai kelompok hebat.
c Kelompok dengan rata-rata skor 25 sebagai kelompok super hebat
( Ibrahim 2000:62)
Untuk kelompok super dan kelompok hebat dapat diberikan penghargaan
tertentu sesuai dengan kebijaksanaan guru.

B. Kebaikan/Keuntungan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Landasan yang mendasari model pembelajaran kooperatif dalam
pendidikan adalah falsafah homo homini socius. Falsafah ini menekankan
bahwa manusia adalah mahluk sosial. Dengan bekerja sama maka
kelangsungan hidup dapat terpenuhi.
Sampai saat ini model pembelajaraan kooperatif belum banyak
diterapkan dalam dunia pendidikan kita. Kebanyakan pengajar enggan
untuk menerapkan sistem ini karena beberapa alasan. Menurut Kagan
ataupun Slavin dalam bukunya Kauchak (1998:136,137) mengatakan
adanya masalah menetapkan strategi belajar bersama di kelas yaitu ramai,
gagal untuk saling mengenal, perilaku yang salah dan penggunaan waktu
yang tidak efektif.
Ramai, biasanya yang dihasilkan dalam interaksi siswa yang
produktif. Ketika menerapkan strategi belajar bersama, kita harus berharap
agar kelas lebih ramai sedikit karena siswa bekerja dan berbicara dalam
kelompok kecil. Namun sesuatu yang berkelebihan, bagaimanapun akan
mengganggu guru dan mengganggu fungsi kelompok dan kelas lainnya.
19
Gagal untuk menyatu, biasanya terjadi pada siswa yang terisolasi
secara sosial. Dalam kegiatan belajar, siswa duduk diam terisolir dari
siswa-siswa lainnya. Belajar bersama mengharuskan mereka berbicara,
mendengarkan dan membantu lainya untuk belajar. Proses biasanya dibuat
lehih rumit oleh keheterogenan kelompok tersebut.
Perilaku yang salah, biasanya timbul karena adanya ketidaktahuan
siswa tentang apa yang harus dilakukan dalam pembelajaran kooperatif.
Hal ini yang menimbulkan peningkatan masalah manajemen pada siswa
sehingga memerlukan solusi untuk masalah potensial yang menantang,
pemikiran lebih, penyusunan dan pengawasan agenda dan pengawasan
siswa dengan hati-hati.
Penggunaan waktu yang tidak efektif oleh siswa terjadi karena siswa
yang bergurau dan bermain sendiri sedangkan siswa lainnya sibuk
melakukan aktivitas kelompok. Pengawasan guru yang tidak cermat dalam
mengawasi kinerja guru selama pembelajaran kelompok tidak efektif.
Selain masalah-masalah yang kemungkinan terjadi, menurut
disertasinya Soewarso (1998:23) kelemahan-kelemahan yang mungkin
terjadi adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran kooperatif bukanlah obat yang paling mujarab untuk
memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok kecil.
b. Adanya ketergantungan sehingga siswa yang lambat berfikir tidak
dapat berlatih belajar mandiri.
c. Pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang lama sehingga
target pencapaian kurikulum tidak dapat dipenuhi.
d. Pembelajaaran kooperatif tidak dapat menerapkan materi pelajaran
secara cepet.
e. Penilaian terhadap individu dan kelompok dan pemberian hadiah
menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya
20
Meskipun banyaknya kelemahan yang timbul, menurut disertasinya
Soewarso (1998:22) pembelajaran kooperatif juga memiliki keuntungan.
Keuntungan ini meliputi:
a. Pelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi materi pelajaran
yang sedang dibahas.
b. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa
mendapatkan nilai rendah, karena dalam pengetesan lisan siswa
dibantu oleh anggota kelompoknya.
c. Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat,
belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang
bermanfaat untuk kepentingan bersama-sama.
d. Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang
tinggi menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan
teman sebaya.
e. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan akan memberikan
dorongan bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.
f. Siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu
pengetahuannya.
g. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk
memonitor siswa dalam belajar bekerja sama.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan, pelaksanaan pembelajaran kooperatif tidak
digunakan untuk pelajaran Akuntansi setiap hari. Pelaksanaannya dapat
dilaksanakan satu bulan hanya beberapa kali. Untuk mengejar materi dapat
dilakukan pembelajaran ceramah. Sedangkan dari keuntungan yang telah
diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
memberikan kesempatan bagi seluruh anggota untuk mampu bekerja
sama, bersosialisasi antar teman, belajar untuk saling berbagi pengetahuan
dengan sesama anggota kelompoknya.


Artikel Terkait

Pengertian, Kebaikan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email