Friday 28 November 2014

Apa Itu Model Pembelajaran kooperatif  NHT (Numbered Head Together) ???

Apa Itu Model Pembelajaran kooperatif NHT (Numbered Head Together) ???



Pembelajaran kooperatif  NHT (Numbered Head Together) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.  Menurut Trianto (2010:82) pembelajaran kooperatif  NHT (Numbered Head Together) atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional.  Numbered Head Together (NHT) pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Model pembelajaran kooperatif  NHT (Numbered Head Together) memberi  kesempatan kepada siswa untuk membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat serta mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka (Lie, 2008 :59).

Ibrahim (dalam Herdian, 2009:1) mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu:
1.  Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
 2.  Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai    berbagai latar belakang.
 3.  Pengembangan keterampilan sosial
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.

Menurut Trianto, (2010: 82-83) dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT sebagai berikut:

a.     Fase 1: Penomoran
Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
b.    Fase 2: Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa.  Pertanyaan dapat bervariasi.  Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.  Misalnya, “Berapakah jumlah gigi orang dewasa?”  Atau berbentuk arahan, misalnya “Pastikan setiap orang mengetahui 5 buah  kota provinsi yang terletak di Pulau Sumatera.”
c.     Fase 3: Berpikir Bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
d.      Fase 4: Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.



Strategi 4 Fase sebagai Sintaks Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together)

Strategi 4 Fase sebagai Sintaks Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together)



Dalam penggunaan model pembelajaran NHT (Numbered Head Together) ada beberapa fase/sintaks/langkah-langkah yang harus ditempuh oleh guru. Menurut Trianto, (2010: 82-83) dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa di dalam ruang kelas saat proses pembelajaran menggunakan model NHT, guru harus menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT sebagai berikut:

a.     Fase 1: Penomoran
Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
b.    Fase 2: Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa.  Pertanyaan dapat bervariasi.  Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.  Misalnya, “Berapakah jumlah gigi orang dewasa?”  Atau berbentuk arahan, misalnya “Pastikan setiap orang mengetahui 5 buah  kota provinsi yang terletak di Pulau Sumatera.”
c.     Fase 3: Berpikir Bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
d.      Fase 4: Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.



Kriteria Penguasaan Konsep Siswa dalam Pembelajaran

Kriteria Penguasaan Konsep Siswa dalam Pembelajaran


Ada beberapa kriteria suatu konsep telah dikuasai oleh siswa dalam proses pembelajaran. Untuk mengetahui apakah siswa telah mengetahui suatu konsep, setidaknya ada empat hal pokok yang dapat diperbuatnya, menurut Hamalik (2006:166)., yaitu meliputi :
1.      Menyebutkan nama contoh-contoh konsep bila dia melihatnya.
2.      Menyatakan ciri-ciri (properties) konsep tersebut.
3.      Memilih, membedakan antara contoh-contoh dari yang bukan contoh.
4.      Mampu memecahkan masalah yang berkenaan dengan konsep tersebut




Mengenal Media Audio-Visual

Mengenal Media Audio-Visual


Apa itu Media Audio visual ???
 
Kata “media” berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, dkk. 2005:6).  Gagne dan Brigs  (dalam Arsyad, 2007:4) menyatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruktusional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association Of Education and Communication Technology/ AECT) di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/ informasi. Hamidjojo (dalam Arsyad, 2007:4) memberi batasan media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju.  Apa pun batasan yang diberikan, ada persamaan di antara batasan-batasan tersebut yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.


Keunggulan dari Penggunaan Media Audio-Visual dalam Pembelajaran

Keunggulan dari Penggunaan Media Audio-Visual dalam Pembelajaran



Media pembelajaran paling besar pengaruhnya bagi indra dan lebih dapat menjamin pemahaman siswa dalam menangkap materi yang disampaikan oleh guru. Orang yang mendengarkan saja tidaklah sama tingkat pemahamannya dan lamanya bertahan apa yang dipahaminya dibandingkan dengan mereka yang melihat, atau melihat dan mendengarnya (audio-visual). Media audio visual adalah media yang audible artinya dapat didengar dan media yang visible artinya dapat dilihat dengan indera mata. Media audio visual gunanya untuk mengoptimalkan cara berkomunikasi lebih efektif dan menyenangkan.   

Menurut Suleiman (1988 :12) ada beberapa faktor dalam filsafat dan sejarah pendidikan yang kita ketahui, tepatnya pengetahuan disalurkan ke otak melalui satu indera atau lebih. Banyak ahli berpendapat bahwa 75% dari pengetahuan manusia sampai ke otaknya melalui mata dan yang selebihnya melalui pendengaran dan indera-indera yang lain

Suheri (2006: 30) mengemukan bahwa keunggulan dari penggunaan media audio visual dalam pembelajaran, yaitu:
1.    Dapat menampilkan secara lebih konkrit benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata, seperti kuman, bakteri, elektron, dan lain-lain, dan juga benda-benda yang sangat besar yang tidak mungkin dihadirkan ke sekolah, seprti gajah, rumah, gunung, dan lain-lain,
2.    Menyajikan benda atau peristiwa yang kompleks, rumit, dan berlangsung cepat atau lambat, seperti sistem tubuh manusia, bekerjanya suatu mesin, beredarnya planet Mars, berkembangnya bunga, dan lain-lain,
3.    Menyajikan benda atau peristiwa yang jauh, seperti bulan, bintang, salju,
4.    Menyajikan benda atau peristiwa yang berbahaya, seperti letusan gunung berapi, harimau, racun, dan lain-laian,
5.    Meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa.

Media pengajaran memiliki keampuhan masing-masing, untuk itu butuh ketelitian dari guru untuk menentukan media yang paling sesuai dengan materi yang akan diajarkan. 


Bentuk-Bentuk Media Pembelajaran Interaktif di Dunia Pendidikan

Bentuk-Bentuk Media Pembelajaran Interaktif di Dunia Pendidikan


Ada berbagai macam bentuk media pembelajaran. Media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi tergantung dari sudut mana melihatnya.  Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam:
1.      Media audio, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, kaset, dan piringan hitam.
2.      Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai), foto, gambar atau lukisan, cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, dan film kartun.
3.      Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua (Djamarah dan Zain, 2006:140-141).




Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)

Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)



Dalam buku yang berjudul Cooperative Learning, oleh Lie menyatakan bahwa sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur adalah sistem pembelajaran gotong royong atau cooperative learning. Lebih lanjut menurut Rustaman (dalam Intan 2013: 10), pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pengembangan pembelajaran yang berasal dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional.

Teknik belajar mengajar think-pair-share merupakan salah satu teknik belajar mengajar yang dikembangkan oleh Frank Lyman sebagai struktur kegiatan pembelajaran Cooperative Learning. Teknik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiriserta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan dari teknik think-pair-share ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, teknik think-pair-share memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

Pada tahap think, guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan siswa diminta untuk berpikir secara mandiri mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan. Pada tahapan ini, siswa sebaiknya menuliskan jawaban mereka, hal ini karena guru tidak dapat memantau semua jawaban siswa sehingga melalui catatan tersebut guru dapat mengetahui jawaban yang harus diperbaiki atau diluruskan di akhir pembelajaran. Dalam menentukan batasan waktu untuk tahap ini, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, jenis dan bentuk pertanyaan yang diberikan, serta jadwal pembelajaran untuk setiap kali pertemuan.

Kelebihan dari tahap ini adalah adanya “think time” atau waktu berpikir yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir mengenai jawaban mereka sendiri sebelum pertanyaan tersebut dijawab oleh siswa lain. Selain itu, guru dapat mengurangi masalah dari adanya siswa yang mengobrol, karena tiap siswa memiliki tugas untuk dikerjakan sendiri. Langkah kedua adalah guru meminta para siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan. Setiap pasangan siswa saling berdiskusi mengenai hasil jawaban mereka sebelumnya sehingga hasil akhir yang didapat menjadi lebih baik, karena siswa mendapat tambahan informasi dan pemecahan masalah yang lain. 

Pada langkah terakhir, ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi hasil pemikiran mereka dengan pasangan lain atau dengan seluruh kelas. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau separuh dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor. Langkah ini merupakan penyempurnaan dari langkah-langkah sebelumnya, dalam arti bahwa langkah ini menolong agar semua kelompok menjadi lebih memahami mengenai pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan penjelasan kelompok yang lain. Hal ini juga agar siswa benar-benar mengerti ketika guru memberikan koreksi maupun penguatan di akhir pembelajaran.  


Wednesday 26 November 2014

Hasil Belajar Ranah Kognitif = Penguasaan Materi Oleh Siswa

Hasil Belajar Ranah Kognitif = Penguasaan Materi Oleh Siswa

Proses pembelajaran memberikan ruang kepada peserta didik untuk mendapatkan ilmu sebanyak-banyaknya. Selain itu, penguasaan materi merupakan hal penting untuk memperoleh predikat/hasil belajar yang baik. 

Penguasaan merupakan kemampuan menyerap arti dari materi suatu bahan yang dipelajari. Penguasaan bukan hanya sekedar mengingat mengenai apa yang pernah dipelajari tetapi menguasai lebih dari itu, yakni melibatkan berbagai proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis (Arikunto, 2003: 115).Sedangkan Awaludin (2008: 1) menyatakan bahwa materi pelajaran adalah bahan ajar utama minimal yang harus dipelajari oleh siswa untuk menguasai kompetensi dasar yang sudah dirumuskan dalam kurikulum. Dengan materi pembelajaran, memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runut dan sistematis, sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.Materi pembelajaran merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.

Penguasaan materi merupakan hasil belajar dari ranah kognitif. Hasil belajar dari ranah kognitif memiliki hirarki atau bertingkat-tingkat. Adapun tingkat-tingkat yang dimaksud adalah: (1) informasi non verbal, (2) informasi fakta dan pengetahuan verbal, (3) konsep dan prinsip, dan (4) pemecahan masalah dan kreatifitas. Informasi nonverbal dikenal atau dipelajari dengan cara penginderaan terhadap objek-objek dan peristiwa-peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan verbal dikenal atau dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain dan dengan jalan membaca. Semuanya itu penting untuk memperoleh konsep-konsep. Selanjutnya, konsep-konsep itu penting untuk membentuk prinsip-prinsip. Kemudian prinsip-prinsip itu penting di dalam pemecahan masalah atau di dalam krestivitas (Slameto, 1991: 13).


6 Jenis Prilaku Ranah Kognitif Menurut Sudijono (2008: 50-52)

6 Jenis Prilaku Ranah Kognitif Menurut Sudijono (2008: 50-52)



Penguasaan materi merupakan hasil belajar dari ranah kognitif. Menurut Sudijono (2008: 50-52), ranah kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku sebagai berikut:

1.      Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya.
2.      Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai sisi. Seorang siswa dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan kata-katanya sendiri.
3.      Penerapan atau aplikasi (application) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori, dan sebagainya dalam situasi yang baru dan konkret.
4.      Analisis (Analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan fakto-faktor yang lainnya.
5.      Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru.
6.      Penilaian atau evaluasi (Evaluation) adalah kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap situasi, nilai, atau ide, misalnya jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik, sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.


Empat Kategori Bahan Ajar Menurut Depdiknas (2008:13)

Empat Kategori Bahan Ajar Menurut Depdiknas (2008:13)



Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu bahan cetak (printed) seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket.  Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti  video compact disk, film.  Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material)  seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajarn interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials) (Depdiknas, 2008: 13).



Komponen dan Cara Penyusunan Bahan Ajar Cetak

Komponen dan Cara Penyusunan Bahan Ajar Cetak



Pendapat dari Ballstaedt bahwa dalam penyusunan  bahan ajar cetak harus memperhatikan beberapa komponen sebagai berikut: 

1.      Susunan tampilan harus memperhatikan beberapa hal berikut: urutan yang mudah, judul yang singkat, terdapat daftar isi, struktur kognitifnya jelas, rangkuman, dan  tugas pembaca.
2.      Bahasa yang mudah dengan memperhatikan beberapa hal berikut: mengalirnya kosa kata, jelasnya kalimat, jelasnya hubungan kalimat, kalimat yang tidak terlalu panjang.
3.      Menguji pemahaman dengan memperhatikan beberapa hal berikut:  menilai melalui orangnya,  cheklist untuk pemahaman.
4.      Stimulan, yang menyangkut: enak tidaknya dilihat, tulisan mendorong pembaca untuk berpikir, menguji stimulan.
5.      Kemudahan dibaca dengan memperhatikan beberapa hal berikut: keramahan terhadap mata (huruf yang digunakan tidak terlalu kecil dan enak dibaca), urutan teks   terstruktur, mudah dibaca.
6.      Materi instruksional dengan memperhatikan beberapa hal berikut: pemilihan teks, bahan kajian, lembar kerja (work sheet).


Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Bahan Ajar Brosur dalam  Proses Pembelajaran

Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Bahan Ajar Brosur dalam Proses Pembelajaran



Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Bahan Ajar Brosur dalam
Proses Pembelajaran

A.        Petunjuk Pengisian
1.       Bacalah pertanyaan atau pernyataan di bawah ini dengan teliti.
2.       Berikan tanda check list (√ ) pada kolom pada salah satu pilihan jawaban yang menjadi jawaban kalian.
Keterangan :
S = setuju                              TS = tidak setuju
3.       Apapun jawaban yang diberikan tidak akan mempengaruhi nilai Biologi, oleh sebab itu jawablah dengan jujur.

Kelas:     ..................................................................
B.        Pernyataan-pernyataan
No.
Pernyataan-pernyataan
S
TS
1.
Saya senang mempelajari materi pokok Animalia melalui kegiatan pembelajaran yang diberikan oleh guru


2.
Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari melalui kegiatan pembelajaran yang diberikan oleh guru.


3.
Saya bingung dalam menyelesaikan  masalah melalui kegiatan pembelajaran yang diberikan oleh guru.


4.
Saya lebih mudah mengerjakan soal-soal setelah belajar dengan kegiatan pembelajaran yang diberikan oleh guru.


5.
Saya merasa bosan dalam proses belajar melalui kegiatan pembelajaran yang diberikan oleh guru.


6.
Saya belajar menggunakan kemampuan sendiri melalui kegiatan pembelajaran yang diberikan oleh guru.


7.
Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran yang berlangsung.


8.
Saya merasa sulit mengerjakan soal-soal di lembar kerja kelompok melalui kegiatan pembelajaran diberikan oleh guru.




Skor angket per item soal
No. Soal
Skor per soal angket
1
0
1. (+)
S
TS
2. (+)
S
TS
               3. (-)
TS
S
4. (+)
S
TS
5. (-)
TS
S
6. (+)
S
TS
7. (-)
TS
S
8. (-)
TS
S












Tuesday 4 November 2014

11 Manfaat Sarapan Pagi Bagi Kesehatan Tubuh

11 Manfaat Sarapan Pagi Bagi Kesehatan Tubuh

Sebelum berangkat bekerja, dinas, ke kampus, atau sekolah alangkah baiknya sarapan pagi terlebih dahulu. Inilah anjuran yang sangat bagus untuk memulai kehidupan yang sehat dan berkualitas. Terkadang banyak orang yang meremehkan sarapan pagi, sehingga banyak diantara mereka yang menderita berbagai macam penyakit, semisal penyakit maag, migren, sakit kepala, dan sebagainya.

Menjaga kesehatan adalah aset berharga untuk masa depan. Kesehatan juga dianggap sebagai investasi di masa yang akan datang. Kalau tidak mau memulai kesehatan dari sekarang, lantas kapan lagi?

Saya sendiri selama ini tidak pernah ketinggalan sarapan pagi, dan saya tidak pernah sakit-sakitan (bahkan saya tidak pernah masuk dan dirawat ke rumah sakit akibat kesehatan menurun,hingga saat ini). Trik saya adalah menjaga sarapan pagi dan menjadi kunci hidup sehat. Baiklah, saya akan menjelaskan 13 manfaat sarapan pagi bagi kesehatan tubuh.

1. Melancarkan saluran pencernaan
Sarapan pagi mampu melancarkan saluran pencernaan, sebab di pagi itulah makanan pertama masuk ke dalam lambung dan diolah sedemikian rupa, hingga masuk ke pembuluh darah dan dihasilkan energi untuk bergerak, berbicara, berpikir, dan bertingkahlaku. Seandainya anda tidak sarapan pagi, pastilah energi anda tidak tersuplai secara baik, tentu anda akan mudah loyo, terlihat tidak semangat.

2. Menghindari flu dan batuk
Sarapan pagi mampu menghindari dari penyakit flu dan batuk. Sebab, sarapan pagi mampu meningkatkan sistem imunitas tubuh dan pembentukan antibodi pada sel T-helper pada sel darah putih. Sehingga berbagai patogen asing, virus, bakteri dapat dengan mudah dihancurkan jika kondisi imunitas tubuh kita baik, termasuk menangkal virus penyebab influenza atau batuk.

3. Meningkatkan sistem imunitas tubuh
Tubuh yang sehat dan bebas dari penyakit adalah indikator bahwa sistem imunitas/pertahanan tubuh terhadap penyakit sangat bagus, sehingga jika ada antigen asing yang masuk ke dalam tubuh, maka dengan mudah sel antibodi pada sel T helper darah putih akan memfagositosis/memakan antigen asing tersebut, sehingga tubuh terbebas dari berbagai macam penyakit. Ini tentunya dimulai dari kebiasaan sarapan pagi.

4. Menghindari sakit kepala, termasuk migren
Migren/sakit kepala sebelah terjadi akibat asupan oksigen ke otak tidak berjalan secara proporsional, sehingga akan membuat produktivitas kerja terganggu, termasuk konsentrasi dalam berpikir. Migren terjadi akibat tidak rutin menjalankan sarapan pagi, juga tidak rutin mengonsumsi makanan mengandung vitamin B dan vitamin C.

5. Memberikan semangat dan meningkatkan produktivitas bekerja
Sarapan pagi mampu meningkatkan semangat dan produktivitas bekerja.  Sebab, sarapan pagi mampu mensuplai energi lebih banyak dari makanan yang dikonsumsi. Gunakan menu makanan seimbang saat sarapan untuk memulai kinerja yang efektif dan profesional

6. Menjamin kesehatan organ pencernaan
Sarapan pagi mampu menjaga kesehatan organ pencernaan, melancarkan saluran pencernaan, dan membuat kinerja kelenjar pencernaan termasuk organ pankreas, hati untuk bekerja secara periodik. Selain ini, mampu menjaga kadar keasaman lambung agar tetap stabil (supaya tidak terserang maag, mulas, mual).

7. Mencegah nerveous/gemetar,gugup
Sarapan pagi menjamin seseorang berada dalam kondisi emosional yang bagus. Sehingga jika emosional bagus, otomatis psikispun bagus pula. Hal ini bisa didapat dengan mengonsumsi makanan dan minuman saat sarapan pagi

8. Menstabilkan emosional
Pemarah, mudah ngambek, bad mood, dan sebagainya adalah ciri-ciri bahwa kadar emosional seseorang sedang menurun. Keadaan ini dapat dicegah dengan memulai sarapan pagi sebagai bentuk suplai gizi yang akan memperkuat kestabilian emosional, sehingga pikiran maupun tindakan menjadi terkontrol, tenang dan tidak musah gelisah.

9. Mencegah kepikunan dan mempertajam daya ingat
Sari-sari makanan/nutrisi akan diedarkan melalui pembuluh darah ke seluruh tubuh, tentu melewati otak bukan. Oleh sebab itu, mulailah hari-hari anda dengan sarapan pagi agar tingkat kemampuan berpikir anda menjadi jernih, tidak pikun, dan daya ingat anda menjadi tajam

10.Mempertajam Konsentrasi
Kebanyak orang ketika tidak konsentrasi dalam bekerja diakibatkan karena kurangnya asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh. Dan ada baiknya anda yang mempunyai tugas/pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi lebih, imbangi dengan menu makanan seimbang, termasuk jangan tinggalkan sarapan pagi.

11. Menghindari stress kerja
Stress kerja terjadi akibat penurunan sistem imunitas tubuh, serta konsentrasi yang tidak memadai terhadap suatu pekerjaan, sehingga jika ini dibiarkan akan berakibat produktivitas kerja menurun, dan seseorang bisa dalam keadaan dilema, kurang nyaman, dan merasa tertekan dengan pekerjaan yang mambutuhkan limit waktu panjang. Maka solusinya, jangan tinggalkan sarapan pagi serta makan siang maupun malam. Konsumsilah makanan multivitamin alami dari buah dan sayur, serta biji-bijian.

Demikian penjelasan tentang 11 manfaat sarapan pagi bagi kesehatan tubuh. Mari jangan lupa sarapan pagi sebelum memulai pekerjaan. Semoga bermanfaat. Tetap jaga kesehatan diri dan lingkungan.