-->
Novel: Cahaya
Di pinggiran---- Sehari sebelum
kepergiannya dari desa yang kucintai ini, dia begitu memberi kenangan yang
begitu berarti dalam hidup ini. Beribu canda tawa bahkan kesedihan telah kami
lakukan demi persahabatan dan ukhwah yang terus berjalan. Mungkin tak akan
terlupakan lagi dari pagi menuju siang, siang menuju sore, sore menuju
malam,dan malam menuju pagi, dan semua berputar pada poros sunahtullahnya.
Setiap hari ini lebih berdaya dan berarti ketika ada dia,namun tidak terlalu
berat hati ini jika kepergiaannya akan mengakhiri perjumpaan yang selama ini
telah terbentuk.
Buat aku itu
tidak terlalu gampang dalam melupakan semua ini..dia begitu banyak
mengajarkanku kehidupan yang sesungguhnya, bahkan tak lepas dari itu segala
ilmu agama, fikih, dll dia ajarkan kepadaku hingga perubahan secara perlahan
telah aku terima dan sampai saat ini aku bisa merasakan ilmu yang dia berikan.
Sore itu sekitar
pukul 16:30 cuaca di desa kami tidak
begitu bersahabat,awan mendung dan berkabut hitam mewarnai awang-awang senja
itu, angin bergerak sepoi-sepoi dan menggugurkan daun-daun mahoni di sudut
lembah bagian timur pondok kami, perlahan-lahan rintikan air hujan turun
diikuti halilintar kecil yang cukup menggetarkan hati kami.
Desa kami sangat
jauh dari pusat keramaian kota, telah berbulan bulan yg lalu telah terjadi
kemarau panjang dan cukup merepotkan penduduk di desa kami. Kami pun harus
mencari sumber mata air yang berada di desa sebelah,tak hanya itu sumber
pencaharian petani pun terganggu, rumput-rumput kering sehingga ternak sulit
mencari makanannya, daun-daun pepohonan mulai menggundul hingga bukit-bukit
terlihat pasti tanah-tanahnya yang mulai memerah,gersang,bahkan panas seharian
yang melelahkan aktivitas penduduk telah membuat penduduk menjadi lelah...
Desa kami
terletak di provinsi lampung, tepatnya di lampung selatan. Nama desa kami adalah Kampung Madu. Sebagian
besar penduduk kami bermata pencaharian sebagai petani, hasil pertanianlah yang
menghantarkan mereka pada kesuksesan, namun rata-rata penduduk di desa kami
hanya mampu menyekolahkan anaknya hingga bangku SMA. Dan mereka ada yang
langsung mencari kerja setelah lulus sekolah dasar, sekolah tingkat pertama, bahkan
setelah lulus sekolah menengah umum atau kejuruan. Tapi semua itu mereka
lakukan hanya semata-mata untuk membantu mata pnghasilan keluarga.
Mencari pekerjaan
di kecamatan kami pun sangat susah, tak berbeda dengan mencari pekerjaan
seperti di kota-kota besar di Indonesia lainnya, misalnya di Kota Jakarta dan Bandung.
Pekerjaan yang tersedia hanya sebatas buruh pabrik kecil, buruh bangunan dan
proyek atau pabrik. Tak hanya itu mereka pun ada yang berdagang di kios-kios
pasar maupun yang berada di rumah mereka, barang-barang yang dijualkannya
semisal barang-barang pemenuh kebutuhan sehari-hari saja.
Di sudut bukit
yang gundul dan terlihat memerah tanahnya terlihat sekelompok perumaahan
penduduk dan pondok kecil .Udara saat itu terasa panas,matahari sedikit condong
ke arah barat meskipun saat itu masih menunjukan sekitar pukul 14
sore,burung-burung berterbangan di atas angkasa, dan terlihat ternak-ternak
penduduk yang sedang memakan rumput yang menghampar seluas sawah-sawah yang
berada di sampingnya.
Saya telah
berjalan hampir lima belas menit mengikuti jalan setapak di pertigaan jalan
dari kampung madu.... (Bersambung ya). Silahkan untuk melanjutkan membaca cari
label di samping kanan blog ini dengan label: DEAR DEARY. Sampai jumpa ya teman :D
Cuplikan Novel Romantis Yang Sedang Saya Coba Desain---Cahaya Di Pinggiran
4/
5
Oleh
Wahid Priyono,S.Pd.