-->
Kemajuan ilmu dan teknologi serta kegiatan
industri memang telah memberikan sumbangan positif bagi kesehatan , yaitu
melalui penambahan pendapatan per kapota dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat ; pelayanan kepada masyarakat juga menjadi lebih baik misalnya dalam
bidang transportasi dan komunikasi. Disisi lain peningkatan mobilitas di muka
bumi telah pula membuka peluang penyebaran penyakit infeksi ke seluruh penjuru
dunia. Selain itu sejak dimulainya revolusi industri 250 tahun yang lalu atau
0,004 detik jam kosmik, penggunaan energi yang berasal dari bahan bakar fosil
meningkat dengan tajam diikuti dengan peningkatan emisi gas-gas rumah kaca,
utamanya CO2 ke lingkungan global. Gas-gas rumah kaca yang
antropogenik tersebut diyakini sebagai penyebab terjadinya pemanasan global.
Masyarakat negara industri menggunakan energi sekitar 10 kali lebih
banyak daripada masyarakat negara berkembang. Sekitar 70% dari seluruh bahan
bakar fosil di dunia digunakan di negara-negara maju tersebut sehingga
menjadikannya sebagai pengemisi gas-gas rumah kaca yang terbesar di dunia.
Dengan konsumsi energi yang demikian tinggi dan pola hidup yang konsumtif,
masyarakat negara maju juga merupakan penghasil berbagai jenis limbah dalam
jumlah yang sangat besar. Saat ini diperkirakan tidak kurang dari 75% limbah
berasal dari negara-negara maju, walaupun penduduknya hanya 23% dari penduduk
dunia.
Diantara negara-negara maju, Amerika Serikat
merupakan negara pengemisi CO2 terbesar di dunia yang berasal dari
pembakaran bahan bakar fosil. Pada tahun 1994 emisi CO2 dari Amerika Serikat tercatat sebesar
1387 juta metrik ton. Angka tersebut 67% lebih tinggi daripada Republik Rakyat
Cina yang merupakan pengemisi gas CO2 kedua terbesar di dunia. Emisi
CO2 Amerika Serikat pada tahun 1994 dua kali lipat lebih banyak
dibandingkan dengan keadaan tahun 1950; walaupun demikian secara global
kontribusi emisi CO2 Amerika Serikat tampak menurun yaitu dari 44%
menjadi 23% dalam jangka waktu yang sama, disebabkan karena emisi CO2
dari negara-negara lain meningkat.
Negara berkembang menghasilkan CO2 jauh
lebih rendah. Yang menarik adalah bahwa Indonesia pada tahun 1994 menduduki
peringkat ke-19 tertinggi dengan jumlah emisi CO2 sebesar 67 juta
metrik ton; dari tahun 1950 sampai 1989 emisi yang berasal dari bahan bakar
fosil dan produksi semen meningkat sebesar 6,7% setiap tahun. Selama tahun
1989-1990 saja, emisi CO2 Indonesia meningkat dengan mencolok yaitu
sebesar 76,7% sebagian besar karena peningkatan penggunaan gas alam. Pada tahun
1994, komposisinya adalah 74% emisi CO2 Indonesia berasal dari bahan
bakar minyak dan 14% dari gas alam yang penggunaanya bertambah terus sejak
tahun 1970.Emisi CO2 per kapita Indonesia pada tahun 1994 adalah
0,34 metrik ton karbon, masih jauh lebih rendah dari angka rata-rata global
tetapi tetapi meningkat 10 kali lipat sejak tahun 1950, (Setiono,1998. hjal 4-5)
Dampak Positif Dan Negatif Proses Pembukaan Industrialisasi dan Pembangunan Berkelanjutan Menurut Setiono 1998
4/
5
Oleh
Wahid Priyono,S.Pd.