1.
Karakteristik
Kadmium (Cd) pertama kali
ditemukan oleh seorang ilmuwan Jerman yang bernama Friedric Strohmeyer pada
tahun 1817. Logam Cd ini ditemukan dalam bebatuan Calamine (seng karbonat).
Nama cadmium sendiri diambil dari nama latin dari “calamine” yaitu “cadmina”
(Pararaja, 2008).
Cadmium adalah metal berbentuk
Kristal putih keperakan, Cd didapat bersama-sama dengan Zn, Cu, Pb dalam jumlah
yang kecil (Slamet, 2000). Cadmium termasuk golongan II B table berkala dengan
konfigurasi electron (Kr) 4d105s2. Unsure ini bernomor
atom 48, mempunyai bobot atom 112,41 g/mol dan densitas 8,65 g/cm3.
Titik didihnya dan titik lelehnya berturut-turut 7650C dan 320,90C.
cadmium merupakan racun bagi tubuh manusia. Waktu paruhnya 30 tahun dan
terakumulasi pada ginjal, sehingga ginjal mengalami disfungsi cadmium yang
terdapat dalam tubuh manusia sebagian besar diperoleh melalui makanan dan
tembakau, hanya sejumlah kecil berasal dari air minum dan polusi udara.
Pemasukan Cd melalui makanan adalah 10 – 40 µg/hari, sedikitnya 50% diserap oleh tubuh (Ukhtyilma, 2010).
Seperti halnya unsur-unsur kimia
lainnya terutama golongan logam Cd mempunyai sifat fisika dan sifat kimia
tersendiri. Berdasarkan pada sifat-sifat fisikanya Cd merupakan logam yang
lunak, ductile, berwarna putih seperti putih perak. Logam ini akan kehilangan
kilapnya jika berada dalam udara yang basah atau lembab serta akan cepat
mengalami kerusakan bila dikenai uap ammonia (NH3) dan sulfur
hidroksida (SO2). Sedangkan berdasarkan pada sifat-sifat kimianya,
logam Cd didalam persenyawaan yang dibentuknya pada umumnya mempunyai bilangan
valensi 2+, sangat sedikit yang mempunyai bilangan valensi 1+
(Pararaja, 2008).
Cadmium terdapat di alam terutama
dalam bijih timbale dan zink. Karenanya, logam ini banyak dilepaskan di daerah
dekat tambang dan tempat peleburan logam-logam ini. Kadarnya di udara biasanya
dalam pembuatan alok dan ram per meter kubik, tetapi dalam berjumlah beberapa
milligram per meter kubik di tempat kerja tertentu. Kadarnya dalam air sangat
rendah (sekitar 1 μg/l) kecuali
di daerah yang tercemar. Sebagian besar makanan mengandung sejumlah kecil
cadmium. Padi-padian dan produk
biji-bijian biasanya merupakan sumber utama Cd (Frank, 1994).
Daging, unggas, dan ikan
mempunyai kadar Cd yang relative rendah, sedangkan kadar dalam hati, ginjal,
dan kerang-kerangan jauh lebih tinggi. Kadarnya dalam lingkungan meningkat
karena peleburan dan penggunaannya dalam industry. Suatu sumber lain adalah
penggunaan sisa lampu kotor sebagai pupuk tanaman pangan. Selain dari
sumber-sumber lingkungan ini, manusia dapat terpajan terhadap Cd melalui asap
rokok, sedangkan rokok sehari dapat
melipatduakan asupan Cd. Mangkok piring keramik dengan banyak dekorasi dan
mangkok piring yang pembakarannya tidak tepat merupakan sumber Cd yang lain. Pajanan
di tempat kerja terjadi terutama di tempat peleburan (Frank, 1994).
2.
Manfaat
Penggunaan cadmium yang paling
besar (75%) adalah dalam industry batu baterai (terutama baterai Ni-Cd). Selain
itu, logam ini juga dapat digunakan campuran pigmen, electroplating, pembuatan
alloys dengan titik lebur yang rendah, pengontrol pembelahan reaksi nukllir,
dalam pigmen cat dengan membentuk beberapa garamnya seperti cadmium oksida
(yang lebih dikenal sebagai cadmium merah), semikonduktor, stabilisator PVC,
obat-obatan seperti sipilis dan malaria, dan penambangan timah hitam dan bijih
seng, dan sebagainya (pararaja, 2008). Selain itu juga cadmium dapat bermanfaat
dalam pemurnian Zn serta sebagai pestisida (Slamet, 2000).
3.
Toksisitas
dan Dampak Paparan terhadap Kesehatan
Cadmium merupakan salah satu
jenis logam berat yang berbahaya karena unsure ini beresiko tinggi terhadap
pembuluh darah. Logam ini memiliki kemampuan untuk terakumulasi. Keracunan yang
disebabkan oleh cadmium dapat bersifat akut dan kronis. Logam Cd merupakan
logam asing dalam tubuh dan tidak dibutuhkan dalam proses metabolism. Logam ini
teradsorbsi oleh tubuh manusia yang akan menggumpal di dalam ginjal, hati, dan
sebagian dibuang keluar melalui saluran pencernaan. Keracunan Cd dapat
mempengaruhi otot polos pembuluh darah. Akibatnya tekanan darah menjadi tinggi
yang kemudian bisa menyebabkan terjadinya gagal jantung dan kerusakan ginjal
(Pararaja, 2008). Keracunan cadmium yang bersifat akut juga akan menyebabkan
gejala gastrointestinal dan penyakit glomerulo – nephritis biasa, hanya pada
fase lanjut dari keracunan Cd ditemukan pelunakan dan fraktur (patah) pada
tulang-tulang punggung (Slamet, 2000).
Efek akut pajanan Cd terutama
mengakibatkan iritasi local. Setalah
termakan, menifestasiklinisnya berupa mual, muntah-muntah, dan nyeri perut;
setelah penghirupnya, efek yang diakibatkannnya antara lain adalah edema
paru-paru dan pneumonitis kimia (frank, 1994).
Cadmium dieksresi sangat lambat
dengat waktu paruh sekitar 30 tahun. Setelah pajanan lama, kerusakan ginjal
menonjol. Tempat kerja utama adalah tubulus proksimal. Kerusakan terhadap
tubulus ini biasanya terjadi bila kadar Cd dalam ginjal mencapai 200 μg/g, “kadar kritis”nya. Kerusakan
tubulus ini mengakibatkan ketidakmampuan menyerap kembali protein molekul
kecil, salah satu diantaranya adalah mikroglobullin β. Protein lain diantaranya adalah protein pengikat retinol, lisozim,
ribonuklease, dan rantai ringan immunoglobulin (Lauwery dkk, 1979).
Aminoasiduri juga merupakan akibat lain dari kerusakan terhadap sel tubulus
yang biasanya menyerap kembali asam amino yang disaring melalui glomerulus.
Efek-efek lain yang berhubungan adalah glikosuria dan kurangnya reabsorbsi
fosfat dari tubulus. Pada tahap lanjut, mungkin terjadi hiperkalsinuria, yang
bersama dengan berubahnya metabolisme tulang, dapat mengakibatkan osteomalasia.
Tetapi, hubungan antara Cd dan penyakit itai-itai yang dilaporkan di suatu
daerah jepang di mana kadar Cd-nya yang dilaporkan di suatu daerah benar-benar
diyakini (Nomiyama dalam Frank, 1980).
Efek pada sistem pernapasan diakibatkan oleh pajanan lewat
penghirupan. Bronchitis kronis, fibrosis progresif pada saluran napas bagian
bawah, dan pecahnya sekat antara alveoli mengakibatkan emfisema (Frank, 1994).
Efek lain adalah hipetensi, yang dapat merupakan akibat retensi
natrium, vasokonstriksi, dan hipereninemia. Karsinoma prostat telah dilaporkan
terjadi di antara para pekerja. Tetapi karsinogenisitas Cd masih diragukan
(Frank, 1994).
Efek cadmium terhadap sistem reproduksi yaitu daya racun yang dimiliki
oleh cadmium juga mempengaruhi sistem reproduksi dan organ-organnya. Pada
konsentrasi tertentu cadmium dapat mematikan sel-sel sperma pada laki-laki, hal
inilah yang menjadi dasar bahwa akibat terpapar oleh uap logam cadmium dapat
mengakibatkan impotensi (hervian, 2011).
Menurut fauzia (2010), penyakit
itai-itai adalah penyakit yang disebabkan oleh keracunan cadmium akibat
kegiatan pertambangan di perfektur toyama, Jepang. Dimulai dengan pertambangan
perak pada tahun 1589 dan tidak lama kemudian, pertambangan untuk timah,
tembaga, dan seng pun mulai. Meningkatnya permintaan terhadap bahan baku selama
perang Rusia – Jepang dan perang dunia I, serta teknologi pertambangan baru di
Eropa, meningkatkan output dari pertambangan, dan menempatkan perusahaan
Kamioka di Toyama berada di papan atas perusahaan pertambangan dunia. Perang
dunia II, dimulai pada tahun 1910 dan terus berlanjut sampai 1945 sehingga
cadmium dirilis dalam jumlah yang signifikan karena pertambangan. Penyakit ini pertama kali muncul sekitar
tahun 1912. Pertambangan meningkat untuk memenuhi permintaan masa perang.
Kemudian, meningkatkan pencemaran sungai Jinzu dan anak sungainya. Sungai ini
bukan hanya digunakan untuk sawah irigasi, tetapi juga untuk air minum,
mencuci, memancing, dan kegunaan lain oleh penduduk sekitar.
Akibat keracunan cadmium, ikan di
sungai mulai mati, dan tanaman padi yang mendapat suplai air dari irigasi
sungai tidak tumbuh dengan baik. Cadmium dan logam berat lainnya terakumulasi
di dasar sungai dan air sungai. Air ini kemudian digunakan untuk mengairi
sawah. Tanaman padi tersebut menyerap logam berat, terutama cadmium dan
kadmiium tersebut terakumulasi dalam tubuh orang-orang yang memakan nasi hasil
sawah itu.
Efek utama dari keracunan cadmium
adalah lemah dan rapuh tulang. Tulang belakang dan kaki sakit, dan gaya
berjalan melenggang sering berkembang karena cacat tulang yang disebabkan oleh
cadmium. Rasa sakit pada akhirnya akan melemahkan tulang, dengan patah tulang
menjadi lebih umum sebagai akibat tulang yang melemah. Komplikasi lain termasuk
batuk, kanker, anemia, dan gagal ginjal yang menyebabkan kematian.
Toksisitas Kadmium (Cd)---Dilihat Berdasarkan Sifat/Karakteristiknya, Manfaat Kadmium, Serta Toksisitas Dan Dampak Buruk Bagi Kesehatan Tubuh Manusia Maupun Hewan Tertentu
4/
5
Oleh
Wahid Priyono,S.Pd.