Friday, 16 November 2012

Toksisitas Kadmium (Cd)---Dilihat Berdasarkan Sifat/Karakteristiknya, Manfaat Kadmium, Serta Toksisitas Dan Dampak Buruk Bagi Kesehatan Tubuh Manusia Maupun Hewan Tertentu

(New)Silahkan Dibaca --->
-->
1.         Karakteristik
Kadmium (Cd) pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan Jerman yang bernama Friedric Strohmeyer pada tahun 1817. Logam Cd ini ditemukan dalam bebatuan Calamine (seng karbonat). Nama cadmium sendiri diambil dari nama latin dari “calamine” yaitu “cadmina” (Pararaja, 2008).
Cadmium adalah metal berbentuk Kristal putih keperakan, Cd didapat bersama-sama dengan Zn, Cu, Pb dalam jumlah yang kecil (Slamet, 2000). Cadmium termasuk golongan II B table berkala dengan konfigurasi electron (Kr) 4d105s2. Unsure ini bernomor atom 48, mempunyai bobot atom 112,41 g/mol dan densitas 8,65 g/cm3. Titik didihnya dan titik lelehnya berturut-turut 7650C dan 320,90C. cadmium merupakan racun bagi tubuh manusia. Waktu paruhnya 30 tahun dan terakumulasi pada ginjal, sehingga ginjal mengalami disfungsi cadmium yang terdapat dalam tubuh manusia sebagian besar diperoleh melalui makanan dan tembakau, hanya sejumlah kecil berasal dari air minum dan polusi udara. Pemasukan Cd melalui makanan adalah 10 – 40 µg/hari, sedikitnya 50% diserap oleh tubuh (Ukhtyilma, 2010).

Seperti halnya unsur-unsur kimia lainnya terutama golongan logam Cd mempunyai sifat fisika dan sifat kimia tersendiri. Berdasarkan pada sifat-sifat fisikanya Cd merupakan logam yang lunak, ductile, berwarna putih seperti putih perak. Logam ini akan kehilangan kilapnya jika berada dalam udara yang basah atau lembab serta akan cepat mengalami kerusakan bila dikenai uap ammonia (NH3) dan sulfur hidroksida (SO2). Sedangkan berdasarkan pada sifat-sifat kimianya, logam Cd didalam persenyawaan yang dibentuknya pada umumnya mempunyai bilangan valensi 2+, sangat sedikit yang mempunyai bilangan valensi 1+ (Pararaja, 2008).
Cadmium terdapat di alam terutama dalam bijih timbale dan zink. Karenanya, logam ini banyak dilepaskan di daerah dekat tambang dan tempat peleburan logam-logam ini. Kadarnya di udara biasanya dalam pembuatan alok dan ram per meter kubik, tetapi dalam berjumlah beberapa milligram per meter kubik di tempat kerja tertentu. Kadarnya dalam air sangat rendah (sekitar 1 μg/l) kecuali di daerah yang tercemar. Sebagian besar makanan mengandung sejumlah kecil cadmium.  Padi-padian dan produk biji-bijian biasanya merupakan sumber utama Cd (Frank, 1994).
Daging, unggas, dan ikan mempunyai kadar Cd yang relative rendah, sedangkan kadar dalam hati, ginjal, dan kerang-kerangan jauh lebih tinggi. Kadarnya dalam lingkungan meningkat karena peleburan dan penggunaannya dalam industry. Suatu sumber lain adalah penggunaan sisa lampu kotor sebagai pupuk tanaman pangan. Selain dari sumber-sumber lingkungan ini, manusia dapat terpajan terhadap Cd melalui asap rokok, sedangkan  rokok sehari dapat melipatduakan asupan Cd. Mangkok piring keramik dengan banyak dekorasi dan mangkok piring yang pembakarannya tidak tepat merupakan sumber Cd yang lain. Pajanan di tempat kerja terjadi terutama di tempat peleburan (Frank, 1994).
2.         Manfaat
Penggunaan cadmium yang paling besar (75%) adalah dalam industry batu baterai (terutama baterai Ni-Cd). Selain itu, logam ini juga dapat digunakan campuran pigmen, electroplating, pembuatan alloys dengan titik lebur yang rendah, pengontrol pembelahan reaksi nukllir, dalam pigmen cat dengan membentuk beberapa garamnya seperti cadmium oksida (yang lebih dikenal sebagai cadmium merah), semikonduktor, stabilisator PVC, obat-obatan seperti sipilis dan malaria, dan penambangan timah hitam dan bijih seng, dan sebagainya (pararaja, 2008). Selain itu juga cadmium dapat bermanfaat dalam pemurnian Zn serta sebagai pestisida (Slamet, 2000).

3.         Toksisitas dan Dampak Paparan terhadap Kesehatan
Cadmium merupakan salah satu jenis logam berat yang berbahaya karena unsure ini beresiko tinggi terhadap pembuluh darah. Logam ini memiliki kemampuan untuk terakumulasi. Keracunan yang disebabkan oleh cadmium dapat bersifat akut dan kronis. Logam Cd merupakan logam asing dalam tubuh dan tidak dibutuhkan dalam proses metabolism. Logam ini teradsorbsi oleh tubuh manusia yang akan menggumpal di dalam ginjal, hati, dan sebagian dibuang keluar melalui saluran pencernaan. Keracunan Cd dapat mempengaruhi otot polos pembuluh darah. Akibatnya tekanan darah menjadi tinggi yang kemudian bisa menyebabkan terjadinya gagal jantung dan kerusakan ginjal (Pararaja, 2008). Keracunan cadmium yang bersifat akut juga akan menyebabkan gejala gastrointestinal dan penyakit glomerulo – nephritis biasa, hanya pada fase lanjut dari keracunan Cd ditemukan pelunakan dan fraktur (patah) pada tulang-tulang punggung (Slamet, 2000).
Efek akut pajanan Cd terutama mengakibatkan iritasi local.  Setalah termakan, menifestasiklinisnya berupa mual, muntah-muntah, dan nyeri perut; setelah penghirupnya, efek yang diakibatkannnya antara lain adalah edema paru-paru dan pneumonitis kimia (frank, 1994).
Cadmium dieksresi sangat lambat dengat waktu paruh sekitar 30 tahun. Setelah pajanan lama, kerusakan ginjal menonjol. Tempat kerja utama adalah tubulus proksimal. Kerusakan terhadap tubulus ini biasanya terjadi bila kadar Cd dalam ginjal mencapai 200 μg/g, “kadar kritis”nya. Kerusakan tubulus ini mengakibatkan ketidakmampuan menyerap kembali protein molekul kecil, salah satu diantaranya adalah mikroglobullin β. Protein lain diantaranya adalah protein pengikat retinol, lisozim, ribonuklease, dan rantai ringan immunoglobulin (Lauwery dkk, 1979). Aminoasiduri juga merupakan akibat lain dari kerusakan terhadap sel tubulus yang biasanya menyerap kembali asam amino yang disaring melalui glomerulus. Efek-efek lain yang berhubungan adalah glikosuria dan kurangnya reabsorbsi fosfat dari tubulus. Pada tahap lanjut, mungkin terjadi hiperkalsinuria, yang bersama dengan berubahnya metabolisme tulang, dapat mengakibatkan osteomalasia. Tetapi, hubungan antara Cd dan penyakit itai-itai yang dilaporkan di suatu daerah jepang di mana kadar Cd-nya yang dilaporkan di suatu daerah benar-benar diyakini (Nomiyama dalam Frank, 1980).
Efek pada sistem pernapasan diakibatkan oleh pajanan lewat penghirupan. Bronchitis kronis, fibrosis progresif pada saluran napas bagian bawah, dan pecahnya sekat antara alveoli mengakibatkan emfisema (Frank, 1994).
Efek lain adalah hipetensi, yang dapat merupakan akibat retensi natrium, vasokonstriksi, dan hipereninemia. Karsinoma prostat telah dilaporkan terjadi di antara para pekerja. Tetapi karsinogenisitas Cd masih diragukan (Frank, 1994).
Efek cadmium terhadap sistem reproduksi yaitu daya racun yang dimiliki oleh cadmium juga mempengaruhi sistem reproduksi dan organ-organnya. Pada konsentrasi tertentu cadmium dapat mematikan sel-sel sperma pada laki-laki, hal inilah yang menjadi dasar bahwa akibat terpapar oleh uap logam cadmium dapat mengakibatkan impotensi (hervian, 2011).
Menurut fauzia (2010), penyakit itai-itai adalah penyakit yang disebabkan oleh keracunan cadmium akibat kegiatan pertambangan di perfektur toyama, Jepang. Dimulai dengan pertambangan perak pada tahun 1589 dan tidak lama kemudian, pertambangan untuk timah, tembaga, dan seng pun mulai. Meningkatnya permintaan terhadap bahan baku selama perang Rusia – Jepang dan perang dunia I, serta teknologi pertambangan baru di Eropa, meningkatkan output dari pertambangan, dan menempatkan perusahaan Kamioka di Toyama berada di papan atas perusahaan pertambangan dunia. Perang dunia II, dimulai pada tahun 1910 dan terus berlanjut sampai 1945 sehingga cadmium dirilis dalam jumlah yang signifikan karena pertambangan.  Penyakit ini pertama kali muncul sekitar tahun 1912. Pertambangan meningkat untuk memenuhi permintaan masa perang. Kemudian, meningkatkan pencemaran sungai Jinzu dan anak sungainya. Sungai ini bukan hanya digunakan untuk sawah irigasi, tetapi juga untuk air minum, mencuci, memancing, dan kegunaan lain oleh penduduk sekitar.
Akibat keracunan cadmium, ikan di sungai mulai mati, dan tanaman padi yang mendapat suplai air dari irigasi sungai tidak tumbuh dengan baik. Cadmium dan logam berat lainnya terakumulasi di dasar sungai dan air sungai. Air ini kemudian digunakan untuk mengairi sawah. Tanaman padi tersebut menyerap logam berat, terutama cadmium dan kadmiium tersebut terakumulasi dalam tubuh orang-orang yang memakan nasi hasil sawah itu.
Efek utama dari keracunan cadmium adalah lemah dan rapuh tulang. Tulang belakang dan kaki sakit, dan gaya berjalan melenggang sering berkembang karena cacat tulang yang disebabkan oleh cadmium. Rasa sakit pada akhirnya akan melemahkan tulang, dengan patah tulang menjadi lebih umum sebagai akibat tulang yang melemah. Komplikasi lain termasuk batuk, kanker, anemia, dan gagal ginjal yang menyebabkan kematian.

Artikel Terkait

Toksisitas Kadmium (Cd)---Dilihat Berdasarkan Sifat/Karakteristiknya, Manfaat Kadmium, Serta Toksisitas Dan Dampak Buruk Bagi Kesehatan Tubuh Manusia Maupun Hewan Tertentu
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email