Saturday, 22 December 2012

Contoh Tinjauan Pustaka Untuk Laporan Indera Penciuman Pada Manusia


Dengan demikian, hasil kerja penciuman bukan hasil kerja intelektual, tapi lebih merupakan proses emosional dan naluriah. Agar dapat dibaui, suatu zat harus mengeluarkan partikel-partikel kimia yang membentuknya. Susunan kimiawinya harus merupakan susunan yang kompleks. Bila susunannya sederhana, zat ini sulit atau sama sekali tidak dapat dibaui, seperti garam. Partikel-partikel kimia yang kompleks tadi harus bisa melayang-layang di udara dalam bentuk gas,sehingga  hidung dapat menangkapnya. Selanjutnya, si partikel masuk ke rambut-rambut halus yang berlumuran selaput lendir hidung, lalu meleburkan diri dengan lendir. Setelah itu, barulah sang bau dapat terdeteksi. Zat-zat yang mudah mengeluarkan gas biasanya berbau amat tajam, karena dapat memasuki hidung dalam jumlah banyak (Widiastuti,2002).
Ketika penciuman terganggu karena flu, tiba-tiba makanan tidak menarik selera. Sebenarnya, yang kita namakan selera merupakan proses kerja indra penciuman. Dibanding dengan indra perasa, indra penciuman jauh lebih peka, yaitu sekitar 10.000 kali lebih peka. Hanya ada empat rasa yang dapat dideteksi indra pengecapan kita: manis, asam, asin, dan pahit. Indra penciumanlah yang membantu membedakan nuansa empat rasa tersebut. Dengan kata lain, sensasi dan aneka kenikmatan yang kita dapatkan dari makanan lebih merupakan kerja keras indra penciuman, dan bukannya lidah. Apa pun yang masuk ke mulut, meski baunya samar, sontak disambar oleh rongga hidung, tempat bersemayamnya sel-sel penerima bau. Di sana diolah jadi informasi yang lebih detail, tidak sekadar asam, manis, atau asam (Widiastuti,2002).

Artikel Terkait

Contoh Tinjauan Pustaka Untuk Laporan Indera Penciuman Pada Manusia
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email