Oleh : Riana Dwi
Putra
Keutamaan sebuah
senyuman dari seseorang yang kita cintai dan ketulusan senyuman orang-orang
yang mencitai kita adalah layaknya madu yang bertebaran menyusuri aliran darah.
Desiran kebahagiaan dan kelembutan naluri akan terus menyapa hingga ujung
cerita sebuah senyuman. Manisnya alunan peristiwa dengan tidak mengurangi rasa
kebersyukuran, hingga tidak meninggalkan luka dan noda. Bertutur untuk terus
menampilkan senyuman terindah dengan iringan doa kebersamaan untuk sebuah
senyuman.
Tapi, tidaklah disadari dan dapat menyadari.
Adakalanya senyuman itu hilang begitu saja tanpa ada suatu sebab yang
diketahui. Mencukupkan diri, yang pada akhirnya kekecewaan dan ketidaknyamanan
dalam suatu hubungan akan sangat menyayat noda dan luka dihati. Orang-orang
yang dahulu mencintai pergi, melupakan segala yang pernah ada. Karena
ketidakpekaan diri pada kasih dan sayang mereka. Orang-orang yang dicintai
tidak lebih baik lagi dalam hubungan, penolakan dan ketidaktertarikan kepada
orang yang mencintai meninggalkan segala usaha sadar orang yang mencintai.
Ada jiwa yang sangat peka pada sebuah hubungan,
ada juga jiwa yang tidak sama sekali peka pada sebuah
hubungan. Naluri manusia yang tidak sama karena kebutuhan yang dimiliki berbeda.
Manusia sosial akan lebih senang berkumpul dan berusaha mencari kumpulan
makhluk Allah, menempatkan diri pada sebuah posisi untuk bisa bernada-nada
tinggi karena senang dengan senyuman. Lain halnya dengan jiwa yang bukan sosial
akan lebih senang mememenuhi kebutuhan sendiri, tidak perduli pada keadaan yang
terjadi. Lalu-lalangnya sebuah peristiwa adalah ibarat awan pada matahari tidak
perduli pada panasnya ia tetap berjalan mengelilingi bumi.
Jangan biarkan senyuman itu hilang dari
orang-orang terdekat, terutama orang tua dan saudara kandung dan saudara-saudara
sepupu. Senyuman dari mereka akan mampu semangat dalam menjalani kehidupan. Dan
jangan biarkan senyuman indah hilang dari teman dan sahabat-sahabat
seperjuangan karena senyuman mereka merupakan motivasi kedua untuk tetap menampilkan
sisi kelebihan dan kemampuan yang dimiliki untuk bisa diketahui oleh mereka.
Kemudian yang paling utama adalah jangan biarkan senyuman manis Allah hilang
begitu saja, ketika melihat diri kita masuk ke dalam lembah kemaksiatan dan
lembah kenistaan.
Akan adanya kisah ketika diri kita jauh dari
senyuman orang-orang tersayang, dan orang-orang yang disayangi. Mencukupkan
diri untuk tetap berusaha tersenyum merupakan awal baik agar senyuman yang
pernah menyapa akan terjaga. Berbahagaia
itulah awalan senyuman, karena senyuman adalah kebahagiaan. Berbahagialah
orang-orang yang tersenyum karena
hadirnya kita manampilkan wajah-wajah senyuman mereka.
Jangan Biarkan Senyuman Itu Hilang
4/
5
Oleh
Wahid Priyono,S.Pd.