Sunday, 13 January 2013

Komponen-Komponen Penyusun Kurikulum Biologi di Sekolah


1  Komponen Kurikulum Biologi
Kurikulum memiliki lima komponen utama, yaitu : (1) tujuan; (2) materi; (3) strategi, pembelajaran; (4) organisasi kurikulum dan (5) evaluasi. Kelima komponen tersebut memiliki keterkaitan yang erat dan tidak bisa dipisahkan. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan tentang masing-masing komponen tersebut.
A.    Tujuan Kurikulum Biologi
Tujuan Kurikulum di sekolah yaitu membekali peserta didik tidak hanya dengan dasar-dasar keilmuan bidang Biologi, tetapi juga dibekali dengan agama, sosial budaya, dan bahasa.
B.     Materi kurikulum Biologi antara lain:
·         Komponen Pengembangan Kepribadian
Komponen Pengembangan Kepribadian dimaksudkan untuk melengkapi peserta didik  agar menjadi manusia yang memiliki spiritual dan moral yang baik. Komponen ini juga mencakup pembekalan mahasiswa berkenaan dengan masalah Sosial dan Budaya.
Menurut Kohlberg, anak – anak menemukan nilai – nilai moral pada dirinya dalam perkembangan. Anak – anak memiliki dasar nilai – nilai moral yang sama disetiap kebudayaan yang ada disetiap masyarakat.  Ada tiga tahapan perkembangan moral pada diri sseorang termasuk peserta didik yaitu :
a.       Moralitas preconventional, yaitu mencoba mendefinisikan benar dan salah yang perlu ditaati atau dijauhi yang lebih berkaitan dengan konsekuensi daripada tujuan
b.      Moralitas conventional, yaitu mulai menerima gambaran moralitas anak yang baik berdasarkan nilai – nilai sosial yang disetujui.
c.       Moralitas posconventional, yaitu menerima kemungkinan terjadinya konflik nilai dan mencoba membuat sesuatu keputusan yang rasional

·         Komponen Keilmuan dan Ketrampilan
Komponen Keilmuan dan Ketrampilan mencakup pelajaran Biologi dan aplikasinya. Misalnya keterampilan mempelajari tumbuhan, faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta fungsi bagian tubuhnya.

·         Komponen Keahlian Berkarya
Komponen Keahlian Berkarya, yaitu peserta didik diberi kesempatan untuk melatih, melengkapi, atau memperdalam ilmu Biologi dengan membuat suatu karya yang kreatif, inovatif, dan bermanfaat. Contohnya seperti membuat tapai dari ketan maupun singkong untuk mempelajari bioteknologi dan respirasi anaerob.

·         Komponen Berprilaku Berkarya
Peserta didik dibiasakan untuk berpikir kritis, objektif, dan ilmiah sehingga menciptakan prilaku yang suka akan tantangan berkarya. Misalnya, yaitu mencoba untuk membuat karya tulis ilmiah.

Berfikir Intuitis dan Berfikir Analitis
Ahli matematika, fisika, biologi, dan ilmuan lainnya menekankan nilai intuisi dalam pemecahan masalah.  Seorang dikatakan berfikir intuitif bila ia telah lama memikirkan suatu soal dan secara tiba – tiba melihat pemecahannya.  Disamping itu dikatakan bahwa seseorang berfikir intuitif bila ia dengan cepat dapat mengemukakan terkaan – terkaan yang baik dan tepat.  Menurut kamus webster, intuisi berarti pemahaman yang segera.  Benar atau tidaknya intuisi masih diselidiki degan cara analitis.  Berfikir analitis berlangsung selangkah demi selangkah.  Tiap langkah itu tegas dan dapat dijelaskan kepada orang lain.  Berfikir dilakukan dengan penuh kesadaran akan informasi dan operasi yang terlibat.  Sebaliknya berfikir intuitif tidak berlangsung menurut langkah yang tegas.  Jadi kita lihat bahwa berfikir intuisi dan saling melengkapi
·         Komponen Berkehidupan Bermasyarakat
Komponen ini merupakan bentuk aplikasi Biologi terhadap lingkungan sekitar melibatkan peran aktif masyarakat. Contohnya yaitu penanaman seribu pohon untuk memperingati hari lingkungan yang akan mengurangi dampak pemanasan global.

Artikel Terkait

Komponen-Komponen Penyusun Kurikulum Biologi di Sekolah
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email