Natrium (Na) dan Clor (Cl): Kedua unsur ini di dalam tubuh berfungsi untuk merangsang pembentukan HCl di dalam lambung (lihat fungsi HCl di dalam lambung), membantu iritabilitas dari sel-sel otot, dan Na dalam bentuk Natrium Karbonat merupakan senyawa buffer atau senyawa penahan sehingga fungsinya juga sebagai penjaga keseimbangan kadar sodium dalam tubuh (keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh).
Jika kadar sodium dalam tubuh kurang bekerja
baik/imbalance dimungkinkan seseorang
akan mengalami diare/ambien, serta jika kekurangan unsur ini akan menurunnya
nilai osmotik cairan ekstraseluler, suhu tubuh meningkat sebab sistim regulasi
terganggu, dehidrasi. Bahkan jika tubuh kelebihan unsur natrium dapat
menimbulkan udema yang merupakan gejala
kelebihan air yang diterima (melebihi jatah cairan yang seharusnya ke luar dari
tubuh). Silahkan lihat dan baca pada BAB. XIV Permasalahan Gizi.
Keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh (peran
air, Na, dan K, posfat, dan zat gizi pendukung lainnya). Dalam keadaan normal,
jumlah cairan yang masuk ke tubuh adalah
sama banyaknya dengan yang dibuang. Air dan elektrolit masuk ke tubuh
dalam bentuk air minum, cairan dan makanan-makanan lainnya. Air dibuang oleh
tubuh melalui ginjal dalam bentuk air
kencing, melalui kulit dalam bentuk keringat, melalui saluran pencernaan
bersama kotoran/feses, dan melalui paru-paru dalam bentuk uap air yang ke luar
bersama udara pernafasan. Elektrolit itu terbuang melalui air kencing,
keringat, dan bersama kotoran. Kesanggupan tubuh untuk mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit ini sungguh mengagumkan. Ginjal akan
bertambah aktif bila cairan yang kita minum bertambah banyak, dan bila tubuh
merasa kekurangan cairan, misalnya sesudah berkeringat banyak, kita akan merasa
haus. Pertanda bahwa tubuh kita memerlukan tambahan cairan.
Usaha memperbaiki keseimbangan cairan dan
elektrolit pada pasien atau penderita merupakan hal yang sangat penting, karena
baik kekurangan maupun kelebihan zat-zat gizi itu akan membawa akibat yang
lebih parah.
Dehidrasi, atau berkurangnya cairan di dalam
tubuh, ada dua macamnya, pertama kekurangan air seperti yang terjadi pada
pelaut yang terdampar akibat kapal/perahunya pecah. Dehidrasi jenis ini akan
menyebabkan rasa haus, demam, dan gangguan mental. Kedua, dehidrasi yang sering
terjadi pada bayi dan penderita-penderita yang tidak berdaya, misalnya orang
tua atau yang tidak sadar, yang tidak mendapatkan cairan dalam jumlah yang
mencukupi. Dalam hal ini yang penting adalah kekurangan zat garam (Natrium).
Dehidrasi jenis kedua ini biasanya disebabkan oleh kehilangan cairan tubuh
dalam jumlah besar, misalnya karena muntah-muntah, atau mencret-mencret pasca
sakit pencernaan. Kulit penderita akan mengerut, tekanan darah menurun, dan
otot-ototnya melemah. Dalam hal ini rasa haus tidak timbul.
Pada keadaan shok, denyut nadi sangat cepat, kulit
lembab, volume darah yang beredar menyusut dan tekanan darah sangat rendah.
Penyebab shok yang tersering ialah perdarahan dan kekurangan zat garam.
Zat garam (natrium) menyusut sehabis banyak
berkeringat. Keadaan ini tidak dapat diperbaiki hanya dengan minum air saja.
Bila tidak segera diperbaiki, keadaan ini akan menyebabkan kejang otot,
kehilangan tenaga, letih dan pingsan. Ini terjadi misalnya pada orang yang
pergi dari daerah dingin ke daerah yang panas, dan pada mereka yang bekerja di
udara yang sangat panas. Keadaan ini dapat diperbaiki dengan memberikan minuman
larutan encer NaCl atau makan tablet garam, sampai tubuhnya dapat menyesuaikan
dengan lingkungan sekitar. Kelebihan Natrium terjadi pada kegagalan ginjal, dan
juga bila terlalu banyak larutan NaCl yang diberikan melalui infus intravenus.
Kalium (K) seperti pada butir H di bawah
merupakan elektrolit penting yang lain. Kekurangan kalium terjadi pada beberapa
keadaan, misalnya muntah-muntah, kehilangan cairan karena ileostomi dan setelah
mendapat obat diuretika (pemercepat kencing), kecuali bila disertai pemberian
kalium.
Keracunan air dapat terjadi pada penderita yang
terlalu banyak mendapat air tanpa pemberian Natrium, misalnya hanya glukosa dan
air, sedangkan penderita tersebut tidak mampu membuang kelebihan air tersebut.
Kadar natrium dalam darah akan sangat menyusut (sering dikacaukan dengan
keadaan kurang Natrium), dan penderita menjadi kacau dan kejang-kejang.
Keadaan-keadaan yang sudah dijelaskan pada point Natrium ini merupakan prinsip
utama yang mendasari pencatatan jumlah cairan yang masuk dan ke luar pada
seseorang bila diperlukan. Karena catatan ini tidak hanya menentukan keadaan
kesehatan seseorang/pasien tetapi dapat menentukan hidup-matinya.
Ini menekankan pentingnya perhitungan berdasarkan
fakta tentang jumlah cairan yang masuk dalam bentuk minuman maupun makanan
(lihat dan baca materi BAB. VI Air dan oksigen) dan dalam bentuk pemberian cairan lainnya. Sama
pentingnya dengan pengukuran jumlah cairan yang ke luar, termasuk pendarahan,
cairan yang dihisap ke luar dari lambung dan bronkhus, muntah dan diarhea,
cairan buang terubah akibat kolostomi dan ileostomi, cairan yang ke luar
melalui luka, misalnya luka bakar dan pada kecelakaan serta pembedahan.