Umumnya petani di indonesia
menambahkan pupuk Nitrogen untuk meningkatkan produksi suatu tanaman. Akan
tetapi permasalahan yang sering di jumpai yaitu ketidakefisienan dalam
penggunaan pupuk Nitrogen dan rendahnya penggunaan bahan organik. Kadar bahan
organik dalam tanah akan menurun apabila
petani cendrung memberikan pupuk Nitrogen tanpa memberikan bahan organik ke
dalam tanah. Hal ini akan menyebabkan tanah menjadi keras, dan tanah menjadi
masam, akibatnya tanah tidak responsif dalam penggunaan pupuk. ( Suwardi,2004) .
Salah satu cara
dalam meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk N namun kandungan bahan organik
dalam tanah tetap terjaga yaitu dengan pemberian asam humat dengan penambahan
pupuk N ( Eliza, 2011). Asam humat merupakan bahan aktif yang di ekstrak dari
bahan organik, sehingga dapat berfungsi sebagai bahan organik. Dan juga dapat
menghambat proses penguapan pupuk menjadi gas amoniak (Suwardi, 2009).
Asam humat dapat
diperoleh dari berbagai macam jenis bahan organik yang telah
terdekomposisi,
misalnya pupuk kandang, kompos jerami padi, kompos sampah kota, dan tanah
gambut (Herviyanti, 2007). Namun kandungan asam humat yang diperoleh dari
bahan-bahan tersebut sangat sedikit yaitu kurang dari 10%. Kandungan humat dari
pupuk kandang hanya 1,5%, kompos sampah kota hanya 1,4%, kompos jerami padi
sekitar 5%, dan asam humat dari tanah gambut hanya 9% (Herviyanti, 2007). Untuk itu perlu di cari kandungan asam humat
yang lebih tinggi, yaitu dengan menggunakan batubara muda. Menurut rezky (2007)
dengan mengekstrak batubara muda yang menggunakan 0,5
N NaOH mendapatkan hasil 31,5% bahan
humat dalam 1 g batubara muda. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan asam humat
dalam batubara lebih tinggi daripada kandungan batubara dari bahan organik
lain.