Wednesday 26 March 2014

Gas-Gas yang Bersifat Racun: Nitrogen Oksida - Karbondioksida (CO2) - Karbonmonoksida (CO)

RANGKUMAN OLEH WAHID : 

Gambar: kondisi kabut asap berbahaya di Riau (sumber gambar: Twitter @Islam_CallYou)


A. Nitrogen Oksida
Gas Nox terbentuk jika berlangsung pembakaran bensin pada suhu yang amat tinggi. Gas ini dengan pengaruh sinar matahari akan berekasi dengan hidrokarbon dan membentuk fotocenical oksida. Senyawa Nitrogen Oksida, biasa berada dalam bentuk NO2 dan NO, dimana NO dihasilkan oleh proses anthropogenik, kemudian secara cepat diubah menjadi NO2 di udara, kedua gas ini mengganggu kesehatan manusia dan merusak ekosistim. Senyawa Nitrogen Oksida adalah sebagai produk dari pusat-pusat pembakaran oleh industri-industri, transportasi pusat-pusat pembangkit tenaga listrik. Nitrik Oksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau, sebaliknya Nitrogen Dioksida mempunyai warna coklat kemerahan dan berbau tajam.

Kedua bentuk Nitrogen Oksida (NO dan NO2) sangat berbahaya bagi manusia pada konsentrasi yang normal ditemukan di atmosfer, NO tidak mengakibatkan iritasi dan tidak berbahaya, tetapi pada konsentrasi udara ambient yang normal NO dapat mengalami oksidasi menjadi NO2 yang lebih beracun, (Daryanto,1995 :38-39).


Sebagaimana halnya CO, emisi NO dipengaruhi oleh kepadatan penduduk, karena sumber utama NOx yang diproduksi manusia adalah dari pembakaran, dan kebanyakan pembakaran disebabkan oleh kendaraan bermotor, produksi dan konsumsi energi serta pembuangan sampah. Sebagian besar emisi NOx yang dibuat oleh manusia berasal dari pembakaran arang, minyak, gas alam dan bensin, (Kristanto, 2002: 107).

B. Karbondioksida (CO2)
Dilansir dari buku “Masalah Pencemaran” karya Drs. Daryanto (1995) bahwa Gas CO2 masuk ke udara sebagai akibat dari kegiatan dekomposisi bahan organik (sampah), fermentasi, dan pembakaran. Selain itu gas karbondioksida dapat dihasilkan dari alam seperti hasil respirasi, pelapukan batuan, kegiatan magma, dan sebagainya.
Gas CO2 memiliki kemampuan bereaksi terhadap hemoglobin (Hb) yang tinggi dibanding dengan oksigen. Gas CO2 yang cukup tinggi dapat menyebabkan keracunan dengan tanda-tanda pusing, dan karena gas ini beracun dapat mengakibatkan kematian, secara alami gas ini diperlukan tumbuhan untuk fotosintesis, kelebihan CO2 di siang hari dapat segera dimanfaatkan oleh tumbuhan, namun jika kelebihan itu berlangsung di malam hari, makhluk hidup yang menghirupnya akan terganggu.

C. Karbonmonoksida (CO)
Gas CO terbentuk karena pembakaran tak sempurna dari zat karbon, baik yang terdapat pada bensin ataupun pada bahan lain termasuk kayu, batu bara, dan sebagainya, CO adalah gas yang tak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa yang terdapat dalam bentuk gas pada suhu di atas -192o C. Komponen ini mempunyai berat sebesar 96,5% dari berat air dan tidak laru dalam air.
Gas CO ini sangat bersifat racun, karena jika gas ini terhirup maka ia akan bereaksi dengan Hb dan membentuk COHb yang menghadapi pengambilan oksigen, akibatnya seseorang akan merasa pusing, lemas, dan bahkan sampai meninggal dunia (Daryanto, 1995: 36).

Berkaitan dengan hal tersebut, menurut Kristanto (2002) bahwa pengaruh CO terhadap tubuh terutama disebabkan karena reaksi antara CO dengan haemoglobin (Hb) di dalam darah. Haemoglobin di dalam darah secara normal berfungsi dalam sistem transport untuk membawa oksigen dalam bentuk oksihaemoglobin (O2Hb) dari paru-paru ke sel-sel tubuh, dan membawa CO2 dalam bentuk CO2Hb dari sel-sel tubuh ke paru-paru. Dengan adanya CO, haemoglobin dapat membentuk karboksihaemoglobin (COHb). Jika reaksi demikian yang terjadi maka kemampuan darah untuk mentranspor oksigen menjadi berkurang.

Faktor penting yang menentukan pengaruh CO terhadap tubuh manusia adalah konsentrasi COHb yang terdapat di dalam darah, di mana semakin tinggi persentase hemoglobin yang terikat dalam bentuk COHb, semakin parah pengaruhnya terhadap kesehatan manusia.

Gas CO yang terdapat di alam terbentuk dari salah satu proses sebagai berikut:
(1) pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon.
(2) reaksi antara karbondioksida dan komponen yang mengandung karbon pada suhu tinggi.
(3) pada suhu tinggi, CO2 terurai menjadi CO dan O2. Pembebasan CO ke atmosfer sebagai aktivitas manusia lebih nyata, misalnya dari transportasi, pembakaran minyak, gas arang atau kayu, proses-proses industri, industri besi, kertas, kayu, pembuangan limbah padat, kebakaran hutan, dan lain-lain (Daryanto, 1995: 36-37).

Menurut Suma’mur (19984) gejala-gejala utama keracunan CO ialah sesak nafas, warna merah yang terang dari selaput-selaput lendir, dan apabila hebat disertai tak sadarkan diri. Keracunan CO biasanya hanya akut, sedangkan yang disebut keracunan kronis yaitu akumulasi kerusakan-kerusakan oleh CO dengan kadar rendah yang dihirup secara terus-menerus, masih merupakan persengketaan. Pencegahannya dilakukan dengan memperhatikan kadar CO di udara, fentilasi ke luar untuk hawa pembakaran yang terjadi pada alat-alat pemanas, tungku-tungku, dapur-dapur dan lainnya. 

Catatan: Jangan lupa cantumkan sumber jika sudah mengambil materi di blog ini. Terimakasih.

Artikel Terkait

Gas-Gas yang Bersifat Racun: Nitrogen Oksida - Karbondioksida (CO2) - Karbonmonoksida (CO)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email