Kebakaran hutan yang terjadi di riau beberapa hari yang lalu sempat menimbulkan panik dari sejumlah kalangan. Betapa tidak, efek dari peristiwa ini sangat meresahkan masyarakat di sekitar lokasi. Terlebih, kabut asap pekat sempat menimbulkan gangguan kesehatan.
Dari sejumlah kasus yang dilaporkan, banyak anggota masyarakat yang mengalami gangguan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). misal: efisema, pneumonia, sesak nafas/asma, radang bronkhitis dan paru. Dilansir dari situs bbc indonesia, bahwa hingga saat ini (14/3/14), kasus tertinggi dari efek pembakaran hutan berdampak pada penyakit bronkhitis. Dimana penyakit ini dapat menimbulkan kematian, jika suplai oksigen bersih di alam sangat minim.
Kita semua telah mengetahui bahwa hingga sejauh ini, kesehatan masyarakat masih terganggu. Kalau sudah begini tanggungjawab siapa? pemerintah pusatkah? presiden? atau masyarakat itu sendiri.
Menyoal hal ini, adalah tanggungjawab bersama. Prsesiden Susilo Bambang Yudhoyono, mengintruksikan agar Menteri terkait segera lakukan operasi tanggap darurat, dengan gunakan semua cara & alat. Operasi tanggap darurat penting dilakukan. para pejabat daerah di Riau berdiri paling depan untuk cegah & tangani asap ini. Mengapa terus terjadi & rakyat jadi korban. Lebih lanjut, menurutnya, minimal ada tiga bentuk operasi terpadu tanggap darurat: 1). pemadaman api & asap. 2). Perawatan & pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang terdampak. 3). penegakkan hukum. Ketiga hal ini menurutnya penting dilakukan. Kita juga sedang menunggu bukti konkrit dari kicauan SBY di akun twitternya yang mengatakan bahwa: "Kalau dlm waktu 1-2 hari ini Pemda Riau & para Menteri tidak bisa mengatasi, kepemimpinan & pengendalian akan saya ambil alih. *SBY*"
Akibat peristiwa ini, kesehatan masyarakat terganggu, resah dengan kondisi lingkungan yang sudah tercemari oleh pencemaran udara. Seharusnya juga masyarakat harus lebih sadar lagi, kejadian seperti ini tidak perlu terulang lagi. Masyarakat harus ikut memantau Sumber Daya Alam di Riau, termasuk potensial hutan yang ada. [ Rilis tulisan oleh: Wahid Biyobe ]
Dari sejumlah kasus yang dilaporkan, banyak anggota masyarakat yang mengalami gangguan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). misal: efisema, pneumonia, sesak nafas/asma, radang bronkhitis dan paru. Dilansir dari situs bbc indonesia, bahwa hingga saat ini (14/3/14), kasus tertinggi dari efek pembakaran hutan berdampak pada penyakit bronkhitis. Dimana penyakit ini dapat menimbulkan kematian, jika suplai oksigen bersih di alam sangat minim.
Kita semua telah mengetahui bahwa hingga sejauh ini, kesehatan masyarakat masih terganggu. Kalau sudah begini tanggungjawab siapa? pemerintah pusatkah? presiden? atau masyarakat itu sendiri.
Menyoal hal ini, adalah tanggungjawab bersama. Prsesiden Susilo Bambang Yudhoyono, mengintruksikan agar Menteri terkait segera lakukan operasi tanggap darurat, dengan gunakan semua cara & alat. Operasi tanggap darurat penting dilakukan. para pejabat daerah di Riau berdiri paling depan untuk cegah & tangani asap ini. Mengapa terus terjadi & rakyat jadi korban. Lebih lanjut, menurutnya, minimal ada tiga bentuk operasi terpadu tanggap darurat: 1). pemadaman api & asap. 2). Perawatan & pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang terdampak. 3). penegakkan hukum. Ketiga hal ini menurutnya penting dilakukan. Kita juga sedang menunggu bukti konkrit dari kicauan SBY di akun twitternya yang mengatakan bahwa: "Kalau dlm waktu 1-2 hari ini Pemda Riau & para Menteri tidak bisa mengatasi, kepemimpinan & pengendalian akan saya ambil alih. *SBY*"
Akibat peristiwa ini, kesehatan masyarakat terganggu, resah dengan kondisi lingkungan yang sudah tercemari oleh pencemaran udara. Seharusnya juga masyarakat harus lebih sadar lagi, kejadian seperti ini tidak perlu terulang lagi. Masyarakat harus ikut memantau Sumber Daya Alam di Riau, termasuk potensial hutan yang ada. [ Rilis tulisan oleh: Wahid Biyobe ]
Menyoal Efek Buruk Kebakaran Hutan Di Riau Terhadap Jaminan Kesehatan Masyarakat
4/
5
Oleh
Wahid Priyono,S.Pd.