KOMPOSISI SABUN
Achmad (2009) mengemukakan bahwa sabun adalah senyawa
garam dari asam lemak tinggi, seperti natrium stearat, C17H35COO-Na+.
Aksi pencucian dari sabun banyak dihasilkan dari kekuatan pengemulsian dan
kemampuan menurunkan tegangan permukaan dari air. Selajan dengan hal tersebut, Wasitaatmadja (1997: 98-100) berpendapat bahwa sabun
konvensional yang dibuat dari lemak dan minyak alami dengan garam alkali serta
sabun deterjen saat ini yanng dibuat dari bahan sintetik, biasanya mengandung
surfaktan, pelumas, antioksidan, deodoran, pewarna, parfum, pengontrol pH, dan
bahan tambahan khusus.
§ A. Surfaktan
Surfaktan adalah bahan
terpenting dari sabun. Lemak dan minyak yang dipakai dalam sabun berasal dari
minyak kelapa (asam lemak C12), minyak zaitun (asam lemak C16-C18), atau lemak
babi. Penggunaan bahan yang berbeda akan menghasilkan sabun yang berbeda secara
fisik dan kimia. Ada sabun yang cepat berbusa namu airnya terasa kasar, namun
ada pula sabun yang lambat berbusa tetapi terasa lengket.
§ B. Pelumas
Untuk menghindari rasa
kering pada kulit diperlukan bahan yang tidak hanya mampu meminyaki kulit,
tetapi juga berfungsi untuk membentuk sabun yang lunak dan menstabilkan busa,
misalnya asam lemak bebas, fatty alcohol,
gliserol, lanolin, parafin lunak, cocoa
butter, dan minyak almond.
§ C. Antioksidan
Bahan ini diperlukan untuk
menghindari kerusakan lemak dalam sabun yang dapat menimbulkan bau tengik.
Salah satu bahan yang dapat menghambat proses tersebut adalah stearil hidrazid.
§ D. Deodoran
Salah satu deodoran yang
umumnya digunakan dalam sabun adalah TCC (Trichloro
carbanilide) yang penggunaannya mulai dibatasi akibat adanya kekhawatiran
efek samping dari zat tersebut.
§ E. Pewarna
Pewarna dalam sabun
diperbolehkan selama memenuhi peraturan
yang ada (0,01-0,5%). Salah satu zat pewarna dalam sabun adalah titanium
dioksida yang memberikan efek berkilau pada sabun.
§ F. Parfum
Bahan ini digunakan
sebagai pewangi dalam sabun. Dalam campurannya, parfum yang digunakan dalam
sabun harus berada pada batas pH tertentu.
§ G. Pengontrol pH
Sabun dapat dibuat dengan
pH rendah atau sesuai dengan pH kulit denganmenambahkan asam lemak yang
bersifat lemah seperti asam sitrat.
§ H. Bahan Tambahan
Khusus
Berbagai bahan tambahan
yang ditemukan pada sabun diantaranya:
ù Sukrosa dan gliserin untuk membuat sabun menjadi lebih
transparan
ù Fenol dan kresol sebagai antiseptik
ù Bahan noniritatif pada sabun bayi
Anonim
(2012) menambahkan bahwa bahan tambahan (Additives) dalam deterjen untuk membuat produk lebih menarik, diantaranya
pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dan sebagainya yang tidak berhubungan
langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk
maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzim, borax, sodium chlorida, dan Carboxy
Methyl Cellulose (CMC) yang dipakai agar kotoran yang telah dibawa oleh
deterjent ke dalam larutan tidak kembali ke bahan cucian pada waktu mencuci
(anti redeposisi).
Komposisi Bahan di Dalam Sabun Padat Maupun Sabun Cair
4/
5
Oleh
Wahid Priyono,S.Pd.