Tuesday, 21 October 2014

5 Tahapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Menurut Arends

Tahapan model pembelajaran berdasarkan masalahdiuraikan oleh Arends seperti berikut ini:

Tahap 1: Mengorientasikan siswa pada masalah
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Dalam penggunaan pembelajaran berdasarkan masalah, tahapan ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh siswa. Selain proses yang akan berlangsung, sangat penting juga dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi agar siswa dapat engage dalam pembelajaran yang akan dilakukan.

Empat hal penting pada proses ini, yaitu:
(1)   Tujuan utama pembelajaran ini tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi siswa yang mandiri.
(2)   Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak “benar”, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan.
(3)   Selama tahap penyelidikan (dalam pembelajaran ini), siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi, guru akan bertindak sebagai pembimbing yang siap membantu, tetapisiswa harus berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan temannya.
(4)   Selama tahap analisis dan penjelasan, siswa akan didorong untuk menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan, tidak ada ide yang akan ditertawakan oleh guru atau teman sekelas, semua siswa diberi peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan dan menyampaikan ide-ide mereka.

Tahap  2: Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Selain mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, pembelajaran berdasarkan masalah juga mendorong siswa untuk berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangatmembutuhkan kerjasama dan sharing antaranggota.  Oleh sebab itu, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok siswa dimana masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan siswa dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antaranggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor sebayadan sebagainya.  Guru sangat penting memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran. Setelah siswa diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok belajar selanjutnya guru dan siswa menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua siswa aktif terlibat dalam sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.

Tahap 3: Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
Penyelidikan adalah inti dari pembelajaran berdasarkan masalah. Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, tetapi pada umumnya tentu melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasandan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar siswa mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri.

Pada tahap ini seharusnya lebih dari sekedar membaca tentang masalah-masalah dalam buku-buku. Guru membantu siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber dan ia seharusnya mengajukan pertanyaan pada siswa untuk berpikir tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan. Setelah siswa mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelasan dan pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini, guru mendorong siswa untuk menyampaikan semua ide-idenya dan menerima secara penuh ide tersebut. Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang membuat siswa berfikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang kualitas informasi yang dikumpulkan. Pertanyaan-pertanyaan berikut cukup memadai untuk membangkitkan semangat penyelidikan bagi siswa. ”apa yang Anda butuhkan agar Anda yakin bahwa pemecahan dengan cara Anda adalah yang terbaik?” atau ”apa yang dapat Anda lakukan untuk menguji kelayakan pemecahanmu?” atau ”apakah ada solusi lain yang dapat Anda usulkan?”. Oleh karena itu, selama fase ini, guru harus menyediakan bantuan yang dibutuhkan tanpa mengganggu aktivitas siswa dalam kegiatan penyelidikan.

Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan artefak (hasil karya) dan memamerkannya
Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artefak (hasil karya) dan pameran. Artefak lebih dari sekedar laporan tertulis, tetapi bisa suatu videotape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan artefak sangat dipengaruhi tingkat berfikir siswa. Langkah selanjutnya adalah memamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan siswa-siswa lainnya, guru-guru, orangtua dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik.

Tahap 5: Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
Tahap ini merupakan tahap akhir dalam pembelajaran berdasarkan masalah. Tahap ini dimaksudkan untuk membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama tahap ini guru meminta siswa untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya. Kapan mereka pertama kali memperoleh pemahaman yang jelas tentang situasi masalah? Kapan mereka yakin dalam pemecahan tertentu? Mengapa mereka dapat menerima penjelasan lebih siap dibanding yang lain? Mengapa mereka menolak beberapa penjelasan? Mengapa mereka mengadopsi pemecahan akhir dari mereka? Apakah mereka berubah pikiran tentang situasi masalah ketika penyelidikan berlangsung? Apa penyebab perubahan itu?Apakah mereka akan melakukan secara berbeda di waktu yang akan datang? Tentunya masih banyak lagi pertanyaan yang dapat diajukan untuk memberikan umpan balik dan menginvestigasi kelemahan dan kekuatan pembelajaran berdasarkan masalah untuk pengajaran.

Setelah mengetahui tahapan model pembelajaran berdasarkan masalah, selanjutnya terdapat perancangan masalah yang merupakan hal penting dalam model pembelajaran berdasarkan masalah. Menurut Amir (2010:32-33), perancangan masalah yang disajikan dalam model pembelajaran berdasarkan masalah mencakup hal:
1.      Memiliki keaslian di dunia nyata, masalah yang disajikan sebisa mungkin merupakan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Dibangun dengan mempertimbangkan pengetahuan sebelumnya, masalah yang dirancang mampu membangun kembali pengetahuan yang telah didapat sebelumnya dan mengaitkannya dengan pengetahuan yang baru didapat.
3.      Membangun pengetahuan yang metakognitif dan konstruktif, siswa menyadari tentang pemikirannya dengan menguji pemikirannya, mempertanyakan, mengkritisi sekaligus mengeksplor hal baru (metakognitif) sehingga akan terbentuk pemahaman mengenai sebuah pengetahuan (konstruktif).
4.      Meningkatkan minat dan motivasi dalam pembelajaran, dengan adanya rancangan masalah yang menarik dan menantang, siswa akan tertarik untuk belajar.


Pendidik dapat merancang sendiri masalah dalam pembelajaran berdasarkan masalah dengan mengambil sumber dari buku paket, internet, jurnal ilmiah maupun media cetak dan elektronik. Tabel karakteristik masalah dapat dijadikan rujukan untuk memudahkan guru dalam mendesain suatu masalah yang sesuai dengan model pembelajaran berdasarkan masalah.


Artikel Terkait

5 Tahapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Menurut Arends
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email