Tahapan model pembelajaran berdasarkan masalahdiuraikan
oleh Arends seperti berikut ini:
Tahap 1: Mengorientasikan siswa pada
masalah
Pembelajaran
dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang
akan dilakukan. Dalam penggunaan pembelajaran berdasarkan masalah, tahapan ini
sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus
dilakukan oleh siswa. Selain proses yang akan berlangsung, sangat penting juga
dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat
penting untuk memberikan motivasi agar siswa dapat engage dalam pembelajaran yang akan dilakukan.
Empat hal penting
pada proses ini, yaitu:
(1)
Tujuan utama pembelajaran ini tidak untuk
mempelajari sejumlah besar informasi baru, tetapi lebih kepada belajar
bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi siswa yang
mandiri.
(2)
Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki
tidak mempunyai jawaban mutlak “benar”, sebuah masalah yang rumit atau kompleks
mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan.
(3)
Selama tahap penyelidikan (dalam pembelajaran
ini), siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi, guru
akan bertindak sebagai pembimbing yang siap membantu, tetapisiswa harus
berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan temannya.
(4)
Selama tahap analisis dan penjelasan, siswa akan
didorong untuk menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan, tidak
ada ide yang akan ditertawakan oleh guru atau teman sekelas, semua siswa diberi
peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan dan menyampaikan ide-ide mereka.
Tahap 2: Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Selain mengembangkan
keterampilan memecahkan masalah, pembelajaran berdasarkan masalah juga
mendorong siswa untuk berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangatmembutuhkan kerjasama dan sharing antaranggota. Oleh sebab itu, guru dapat memulai kegiatan
pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok siswa dimana masing-masing
kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip
pengelompokan siswa dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks
ini seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antaranggota,
komunikasi yang efektif, adanya tutor sebayadan sebagainya. Guru sangat penting memonitor dan mengevaluasi
kerja masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama
pembelajaran. Setelah siswa diorientasikan pada suatu masalah dan telah
membentuk kelompok belajar selanjutnya guru dan siswa menetapkan
subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan dan jadwal. Tantangan
utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua siswa aktif
terlibat dalam sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini
dapat menghasilkan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.
Tahap 3: Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
Penyelidikan adalah inti dari pembelajaran
berdasarkan masalah. Meskipun
setiap situasi permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, tetapi
pada umumnya tentu melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan
eksperimen, berhipotesis dan penjelasandan memberikan pemecahan. Pengumpulan
data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini,
guru harus mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen
(mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi
permasalahan. Tujuannya adalah agar siswa mengumpulkan cukup informasi untuk
menciptakan dan membangun ide mereka sendiri.
Pada tahap ini seharusnya lebih dari sekedar membaca tentang
masalah-masalah dalam buku-buku. Guru membantu siswa untuk mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber dan ia seharusnya mengajukan
pertanyaan pada siswa untuk berpikir tentang masalah dan ragam informasi yang
dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan.
Setelah siswa mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan tentang
fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan
dalam bentuk hipotesis, penjelasan dan pemecahan. Selama pengajaran pada fase
ini, guru mendorong siswa untuk menyampaikan semua ide-idenya dan menerima
secara penuh ide tersebut. Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang membuat siswa
berfikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang
kualitas informasi yang dikumpulkan. Pertanyaan-pertanyaan berikut cukup
memadai untuk membangkitkan semangat penyelidikan bagi siswa. ”apa yang Anda
butuhkan agar Anda yakin bahwa pemecahan dengan cara Anda adalah yang terbaik?”
atau ”apa yang dapat Anda lakukan untuk menguji kelayakan pemecahanmu?” atau ”apakah
ada solusi lain yang dapat Anda usulkan?”. Oleh karena itu, selama fase ini,
guru harus menyediakan bantuan yang dibutuhkan tanpa mengganggu aktivitas siswa
dalam kegiatan penyelidikan.
Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan artefak (hasil karya) dan memamerkannya
Tahap penyelidikan
diikuti dengan menciptakan artefak (hasil karya) dan pameran. Artefak lebih
dari sekedar laporan tertulis, tetapi bisa suatu videotape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang
diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya),
program komputer dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan artefak sangat
dipengaruhi tingkat berfikir siswa. Langkah selanjutnya adalah memamerkan hasil
karyanya dan guru berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih baik jika
dalam pemeran ini melibatkan siswa-siswa lainnya, guru-guru, orangtua dan
lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik.
Tahap 5: Analisis dan evaluasi proses
pemecahan masalah
Tahap ini
merupakan tahap akhir dalam pembelajaran berdasarkan masalah. Tahap ini
dimaksudkan untuk membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses mereka
sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan.
Selama tahap ini guru meminta siswa untuk merekonstruksi pemikiran dan
aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya. Kapan mereka
pertama kali memperoleh pemahaman yang jelas tentang situasi masalah? Kapan
mereka yakin dalam pemecahan tertentu? Mengapa mereka dapat menerima penjelasan
lebih siap dibanding yang lain? Mengapa mereka menolak beberapa penjelasan?
Mengapa mereka mengadopsi pemecahan akhir dari mereka? Apakah mereka berubah
pikiran tentang situasi masalah ketika penyelidikan berlangsung? Apa penyebab
perubahan itu?Apakah mereka akan melakukan secara berbeda di waktu yang akan
datang? Tentunya masih banyak lagi pertanyaan yang dapat diajukan untuk
memberikan umpan balik dan menginvestigasi kelemahan dan kekuatan pembelajaran
berdasarkan masalah untuk pengajaran.
Setelah mengetahui
tahapan model pembelajaran berdasarkan masalah, selanjutnya terdapat perancangan masalah yang merupakan
hal penting dalam model pembelajaran berdasarkan masalah. Menurut Amir
(2010:32-33), perancangan masalah yang disajikan dalam model pembelajaran
berdasarkan masalah mencakup hal:
1.
Memiliki keaslian
di dunia nyata, masalah yang disajikan sebisa mungkin merupakan masalah nyata
dalam kehidupan sehari-hari.
2.
Dibangun dengan
mempertimbangkan pengetahuan sebelumnya, masalah yang dirancang mampu membangun
kembali pengetahuan yang telah didapat sebelumnya dan mengaitkannya dengan
pengetahuan yang baru didapat.
3.
Membangun
pengetahuan yang metakognitif dan konstruktif, siswa menyadari tentang
pemikirannya dengan menguji pemikirannya, mempertanyakan, mengkritisi sekaligus
mengeksplor hal baru (metakognitif) sehingga akan terbentuk pemahaman mengenai
sebuah pengetahuan (konstruktif).
4.
Meningkatkan minat
dan motivasi dalam pembelajaran, dengan adanya rancangan masalah yang menarik
dan menantang, siswa akan tertarik untuk belajar.
Pendidik dapat merancang sendiri masalah dalam
pembelajaran berdasarkan masalah dengan mengambil sumber dari buku paket,
internet, jurnal ilmiah maupun media cetak dan elektronik. Tabel karakteristik
masalah dapat dijadikan rujukan untuk memudahkan guru dalam mendesain suatu
masalah yang sesuai dengan model pembelajaran berdasarkan masalah.
5 Tahapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Menurut Arends
4/
5
Oleh
Wahid Priyono,S.Pd.