Friday 29 April 2016

Merkuri Elemental, Merkuri Inorganik, dan Merkuri Organik (Toksikologi)

    Merkuri merupakan salah satu bagian dari bahan kimia yang juga memiliki dampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Pemaparan merkuri yang terjadi di sekitar organ tubuh manusia dapat memberi efek buruk bagi kesehatan. Selain itu, beberapa hewan juga dapat mengalami gejala penyakit apabila terpapar oleh merkuri dalam kurun waktu yang cukup lama.

    Merkuri biasanya digunakan sebagai bahan pelengkap kosmetik, sehingga jika penggunaan merkuri yang ditambahkan pada bahan kosmetik berlebih maka berpeluang menimbulkan penyakit seperti kanker kulit, kulit menjadi lebih kusam, sebab terdampak dari bahan bahaya yang terkandung di dalam merkuri. 

      Merkuri sendiri terbagi menjadi 3 golongan penting, yakni Merkuri elemental, merkuri inorganik, dan merkuri organik. Sebagai pembahasan lengkapnya, silakan baca penjelasannya pada bagian di bawah ini:

A.   Merkuri  elemental
Pemaparan akut:
Inhalasi  gas  merkuri dapat menyebabkan bronkhitis  korosif yang disertai febris, menggigil, dispnea, hemoptisis, pneumonia, edema paru  (Adult Respiratory Distress Syndrome), sianosis bahkan fibrosis paru.  Keluhan  gastrointestinal  berupa: mual, muntah, ginggivitis,  keram perut dan diare. Kerusakan sistim syaraf pusat berupa kelainan neuropsikiatrik (erethism), tremor, iritabilitas, emosi yang labil, hilang ingatan, cemas, depresi. sakit kepala, reflek abnormal dan  perubahan EEG.  

Rash kemerahan dengan deskuamasi kulit  terutama pada tangan dan kaki  dijumpai terutama  pada anak-anak. Kelainan pada ginjal dapat berupa proteinuria, kelainan elektrolit urine, disuria dan sakit ejakulasi.  Efek psikiatri berupa depresi, perasaan malu, marah, iritabilitas, cemas, nafsu makan menurun  atau agresif.

Pemaparan merkuri melalui  intravena dapat menyebabkan emboli paru-paru  dengan hemoptysis dan pada foto thorax dijumpai densitas metalik. Granulomas dapat terbentuk setelah injeksi merkuri elemen.

Pemaparan kronis
menimbulkan triad yang klasik, yaitu: ginggivitis dan salivasi,  tremor dan perubahan neuropsikiatri. Gangguan psikiatri berupa depresi, perasaan malu, marah, cemas,  iritabilitas, agresif,  hilang ingatan, hilangnya kepercayaan diri, sukar tidur, tidak nafsu makan atau tremor ringan. Selain itu dapat dijumpai kelainan pada ginjal berupa proteinuri (merry, 2004). 

B.     Merkuri  Inorganik
Pemaparan akut
Setelah menelan zat ini  timbul gejala iritasi mukosa berupa stomatitis, rasa logam, rasa panas, hipersalivasi, edema laring,  erosi oesofagus,  mual, muntah, hematemesis, hematokhezia,  keram perut,  ARDS,  shock dan gangguan ginjal berupa proteinuri, hematuri dan glikosuri. Gagal ginjal akut dapat terjadi dalam 24 jam. Perdarahan gastrointestinal  dapat menyebabkan anemia dan syok hipovolemi. 

Kontak pada kulit akibat penggunaan krem yang mengandung garam merkuri dapat menimbulkan pigmentasi,  rasa terbakar dan dapat menyebabkan toksisitas sistemik.  HgCl2 dapat menyebabkan iritasi kulit sedangkan merkuri fulminat dan  merkuri sulfida menyebabkan  dermatitis kontak.

Penggunaan calomel (HgCl)  dapat menyebabkan Pink’s disease pada anak-anak  yang ditandai: rash eritematosus, febris, splenomegali, iritabilitas dan hipotonia. 
Pemaparan kronis

Menimbulkan triad yang klasik, yaitu: ginggivitis dan salivasi,  tremor dan perubahan neuropsikiatri Aplikasi garam merkuri  pada kulit dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan neuropati perifer, nefropati,  eritema, dan pigmentasi (merry,2004).

C.     Merkuri Organik
Pemaparan akut
a.    Menyebabkan iritasi gastrointestinal  berupa  mual, muntah, sakit perut dan diare. Keracunan Phenyl mercury (merkuri aromatis) menimbulkan gejala-gejala gastrointestinal, malaise, mialgia dan syndrome mimic viral. 
b.   Keracunan  metil merkuri menyebabkan  efek   pada gastrointestinal yang lebih ringan tetapi menimbilkan toksisitas neurologis yang berat berupa:  rasa sakit pada bibir, lidah dan pergerakan (kaki dan tangan ), konfusi,  halusinasi, iritabilitas, gangguan tidur, ataxia,  hilang ingatan, sulit bicara, kemunduran cara berpikir, reflek tendon yang abnormal, pendengaran rusak, lapangan penglihatan mendekati konsentris, emosi tidak stabil, tidak mampu berpikir, stupor, coma dan kematian (Clarkson, 1990 ; Marsh et al, 1987 dalam merry 2004). 

Pemaparan kronis 
Menyebabkan suatu sindroma yang kronis. Penelanan kronik bentuk alkil yantai pendek (metil merkuri) menyebabkan disartria, parestesi, ataxia dan tuli. Dapat pula terjadi Tunnel vision dan skotoma multipel  atau erethism.    

Keracunan  Fenil merkuri dan methoxyethil  merkuri menimbulkan  gangguan yang sama dengan pemaparan kronis merkuri inorganic (merry, 2004).

Salah satu penyakit yang popular akibat terpapar merkuri adalah penyakit minamata atau Sindrom Minamata adalah sindrom kelainan fungsi saraf yang disebabkan oleh keracunan akut air raksa. Gejala-gejala sindrom ini seperti kesemutan pada kaki dan tangan, lemas-lemas, penyempitan sudut pandang dan degradasi kemampuan berbicara dan pendengaran. Pada tingkatan akut, gejala ini biasanya memburuk disertai dengan kelumpuhan, kegilaan, jatuh koma dan akhirnya mati.

Dalam Wikipedia Indonesia, dijelaskan bahwa penyakit ini mendapat namanya dari kota Minamata, Prefektur Kumamoto di Jepang, yang merupakan daerah di mana penyakit ini mewabah mulai tahun 1958. Pada waktu itu terjadi masalah wabah penyakit di kota Minamata Jepang. Ratusan orang mati akitbat penyakit yang aneh dengan gejala kelumpuhan syaraf. Mengetahui hal tersebut, para ahli kesehatan menemukan masalah yang harus segera di amati dan di cari penyebabnya. 

Melalui pengamatan yang mendalam tentang gejala penyakit dan kebiasaan orang jepang, termasuk pola makan kemudian diambil suatu hipotesis. Hipotesisnya adalah bahwa penyakit tersebut mirip orang yang keracunan logam berat. Kemudian dari kebudayaan setempat diketahui bahwa orang Jepang mempunyai kebiasaan mengonsumsi ikan laut dalam jumlah banyak. 

Dari hipotesis dan kebiasaan pola makan tesebut kemudian dilakukan eksperimen untuk mengetahui apakah ikan-ikan di Teluk Minamata banyak mengandung logam berat (merkuri). Kendian di susun teori bahwa penyakit tesebut diakibatkan oleh keracunan logam merkuri yang terkandung pada ikan. Ikan tesebut mengandung merkuri akibat adanya orang atau pabrik yang membuang merkuri ke laut. 

Penelitian berlanjut dan akihirnya ditemukan bahwa sumber merkuri berasal dar pabrik batu baterai Chisso. Akhirnya pabrik tersebut ditutup dan harus membayar kerugian kepada penduduk Minamata kurang lebih dari 26,6 juta dolar.

Artikel Terkait

Merkuri Elemental, Merkuri Inorganik, dan Merkuri Organik (Toksikologi)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email