Cadmium (Cd)
merupakan salah satu jenis logam berat yang berbahaya karena unsure ini
beresiko tinggi terhadap pembuluh darah. Logam ini memiliki kemampuan untuk
terakumulasi. Keracunan yang disebabkan oleh cadmium dapat bersifat akut dan
kronis.
Logam Cd merupakan logam asing dalam tubuh dan tidak dibutuhkan dalam
proses metabolism. Logam ini teradsorbsi oleh tubuh manusia yang akan
menggumpal di dalam ginjal, hati, dan sebagian dibuang keluar melalui saluran
pencernaan. Keracunan Cd dapat mempengaruhi otot polos pembuluh darah.
Akibatnya tekanan darah menjadi tinggi yang kemudian bisa menyebabkan
terjadinya gagal jantung dan kerusakan ginjal (Pararaja, 2008).
Keracunan
cadmium yang bersifat akut juga akan menyebabkan gejala gastrointestinal dan
penyakit glomerulo – nephritis biasa, hanya pada fase lanjut dari keracunan Cd
ditemukan pelunakan dan fraktur (patah) pada tulang-tulang punggung (Slamet,
2000).
Efek
akut pajanan Cd terutama mengakibatkan iritasi local. Setalah termakan, menifestasiklinisnya berupa
mual, muntah-muntah, dan nyeri perut; setelah penghirupnya, efek yang
diakibatkannnya antara lain adalah edema paru-paru dan pneumonitis kimia (frank,
1994).
Cadmium (Cd) dieksresi sangat lambat dengat waktu paruh sekitar 30 tahun. Setelah pajanan
lama, kerusakan ginjal menonjol. Tempat kerja utama adalah tubulus proksimal.
Kerusakan terhadap tubulus ini biasanya terjadi bila kadar Cd dalam ginjal
mencapai 200 μg/g, “kadar kritis”nya. Kerusakan tubulus ini mengakibatkan
ketidakmampuan menyerap kembali protein molekul kecil, salah satu diantaranya
adalah mikroglobullin β. Protein lain diantaranya adalah protein pengikat
retinol, lisozim, ribonuklease, dan rantai ringan immunoglobulin (Lauwery dkk,
1979). Aminoasiduri juga merupakan akibat lain dari kerusakan terhadap sel
tubulus yang biasanya menyerap kembali asam amino yang disaring melalui
glomerulus.
Efek-efek lain yang berhubungan adalah glikosuria dan kurangnya
reabsorbsi fosfat dari tubulus. Pada tahap lanjut, mungkin terjadi
hiperkalsinuria, yang bersama dengan berubahnya metabolisme tulang, dapat
mengakibatkan osteomalasia. Tetapi, hubungan antara Cd dan penyakit itai-itai
yang dilaporkan di suatu daerah jepang di mana kadar Cd-nya yang dilaporkan di
suatu daerah benar-benar diyakini (Nomiyama dalam Frank, 1980).
Efek
pada sistem pernapasan diakibatkan oleh pajanan lewat penghirupan. Bronchitis
kronis, fibrosis progresif pada saluran napas bagian bawah, dan pecahnya sekat
antara alveoli mengakibatkan emfisema (Frank, 1994).
Efek
lain adalah hipetensi, yang dapat merupakan akibat retensi natrium,
vasokonstriksi, dan hipereninemia. Karsinoma prostat telah dilaporkan terjadi
di antara para pekerja. Tetapi karsinogenisitas Cd masih diragukan (Frank,
1994).
Efek
cadmium terhadap sistem reproduksi yaitu daya racun yang dimiliki oleh cadmium
juga mempengaruhi sistem reproduksi dan organ-organnya. Pada konsentrasi
tertentu cadmium dapat mematikan sel-sel sperma pada laki-laki, hal inilah yang
menjadi dasar bahwa akibat terpapar oleh uap logam cadmium dapat mengakibatkan
impotensi (hervian, 2011).
Menurut
fauzia (2010), penyakit itai-itai adalah penyakit yang disebabkan oleh
keracunan cadmium akibat kegiatan pertambangan di perfektur toyama, Jepang.
Dimulai dengan pertambangan perak pada tahun 1589 dan tidak lama kemudian,
pertambangan untuk timah, tembaga, dan seng pun mulai.
Meningkatnya permintaan
terhadap bahan baku selama perang Rusia – Jepang dan perang dunia I, serta
teknologi pertambangan baru di Eropa, meningkatkan output dari pertambangan,
dan menempatkan perusahaan Kamioka di Toyama berada di papan atas perusahaan
pertambangan dunia. Perang dunia II, dimulai pada tahun 1910 dan terus
berlanjut sampai 1945 sehingga cadmium dirilis dalam jumlah yang signifikan
karena pertambangan. Penyakit ini
pertama kali muncul sekitar tahun 1912. Pertambangan meningkat untuk memenuhi
permintaan masa perang. Kemudian, meningkatkan pencemaran sungai Jinzu dan anak
sungainya. Sungai ini bukan hanya digunakan untuk sawah irigasi, tetapi juga
untuk air minum, mencuci, memancing, dan kegunaan lain oleh penduduk sekitar.
Akibat
keracunan cadmium, ikan di sungai mulai mati, dan tanaman padi yang mendapat
suplai air dari irigasi sungai tidak tumbuh dengan baik. Cadmium dan logam
berat lainnya terakumulasi di dasar sungai dan air sungai. Air ini kemudian
digunakan untuk mengairi sawah. Tanaman padi tersebut menyerap logam berat,
terutama cadmium dan kadmiium tersebut terakumulasi dalam tubuh orang-orang
yang memakan nasi hasil sawah itu.
Efek
utama dari keracunan cadmium adalah lemah dan rapuh tulang. Tulang belakang dan
kaki sakit, dan gaya berjalan melenggang sering berkembang karena cacat tulang
yang disebabkan oleh cadmium. Rasa sakit pada akhirnya akan melemahkan tulang,
dengan patah tulang menjadi lebih umum sebagai akibat tulang yang melemah.
Komplikasi lain termasuk batuk, kanker, anemia, dan gagal ginjal yang
menyebabkan kematian.
Toksisitas dan Dampak Paparan Cadmium terhadap Kesehatan
4/
5
Oleh
Wahid Priyono,S.Pd.