Saturday, 29 April 2023

Saatnya Nabung Online di M-Syariah, Dapatkan Banyak Keuntungannya !

Kegiatan menabung memang harus dilatih sejak dini. Karena menabung ini adalah bagian dari cara kita melek dan cerdas secara finansial. Selain itu, akan ada banyak sekali manfaat menabung diantaranya melatih diri untuk paham literasi keuangan, berhemat, menjadi sosok yang tidak boros dan membelanjakan harta benda sesuai kebutuhan. Selain itu, menabung juga adalah cara untuk menyiapkan dana darurat dan dana untuk masa depan yang jauh lebih baik.

Membahas soal menabung, saya jadi ingat sewaktu kecil dulu ketika duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Dimana saya sudah diajarkan oleh kedua orang tua saya untuk menabung sebagian uang jajan di dalam celengan bekas susu kaleng. Jadi uang jajan yang dikasih orang tua saya tidak akan saya habiskan semuanya. Sebagian uang disisihkan untuk ditabung. Dan pembiasaan semacam ini penting sekali diterapkan untuk anak-anak.



Bahkan saat sudah dewasa seperti sekarang ini, maka menabung adalah sebuah pembiasaan yang positif dan perlu dilakukan setiap harinya. Sebisa mungkin ada uang yang ditabung, baik itu dari sumber gajih ataupun hasil dari bisnis online yang saya lakukan.

Untungnya menabung saat ini semakin gampang, tidak lagi perlu pakai celengan, sebab sudah dapat dilakukan secara online.

Seperti misalnya kita bisa membuka tabungan online dari Bank Mega Syariah dengan cara menginstal terlebih dahulu aplikasi M-Syariah melalui Google Play Store maupun App Store bagi penggunaan produk-produk Apple.

Nah, mari kita mengenal aplikasi M-Syariah dari Bank Mega Syariah berikut ini.

Mengenal Aplikasi M-Syariah

Inovasi dan kreasi dari Bank Mega Syariah patutlah kita diacungi jempol, karena kini semua orang atau para nasabah sudah bisa dengan mudah membuka rekening Tabungan Syariah online/digital melalui layanan M-Syariah. 

Untuk membuka tabungan online dari M-Syariah ini maka kita bisa langsung registrasinya lewat handphone tanpa harus capek-capek datang ke kantor Bank Mega Syariah langsung. Jadi bisa kita lakukan kapan saja dan dimana saja kita berada. Mudah, praktis dan cepat. Semua orang bisa membuka tabungan online di M-Syariah ini.



Dilansir dari situs megasyariah.co.id bahwa M-Syariah adalah aplikasi mobile banking Bank Mega Syariah yang memberikan berbagai kemudahan untuk mengelola transaksi perbankan dan non perbankan. Salah satunya adalah membuka fitur rekening online tanpa perlu datang ke kantor cabang.

Cara Mendaftar M-Syariah

Untuk mendaftar atau registrasi M-Syariah sangat gampang sekali. Semua orang pastinya bisa. Yuk ikuti panduan di bawah ini:

Sumber screenshot dari: https://www.megasyariah.co.id/id/digital-banking/m-syariah


  • Download dan instal aplikasi M-Syariah dari Google Play atau App Store;
  • Setelah terinstal, maka selanjutnya lakukan registrasi, isi data diri serta melakukan verifikasi identitas. Ikuti secara cermat format dan panduan yang diminta by sistem;
  • Setelah registrasi dan input data diri selesai dilakukan, maka kini kita sudah memanfaatkan semua fitur aplikasi M-Syariah untuk menunjang aktivitas perbankan setiap harinya.
Fitur-Fitur M-Syariah

Adapun untuk fitur-fitur M-Syariah dari Bank Mega Syariah (BMS) yang bisa kita coba antara lain sebagai berikut:

  • Fitur untuk membuka rekening online M-Syariah;
  • Pemindahbukuan atau transfer antar bank secara online;
  • Transfer ke bank lain (antar bank) dengan biaya admin murah dengan memanfaatkan fitur BI Fast;
  • Fitur pembelian dan pembayaran tagihan;
  • Top up e-wallet (OVO, DANA, GoPay);
  • Fitur donasi dan zakat online;
  • Fitur berkah islami.
Keuntungan-Keuntungan Menabung Online di M-Syariah


Berikut ini beragam keuntungan yang akan kita dapatkan jika menabung online di M-Syariah. Tentunya keuntungan ini bisa kita dapatkan demi hidup kita yang jauh lebih baik.

  • Bebas biaya administrasi (admin) bulanan;
  • Aman dan nyaman sebab sudah terjaga dengan baik oleh password, PIN dan kode OTP yang bersifat rahasia, hanya nasabah sendiri yang mengetahuinya. Terdapat juga kemanaan berkali lipat dengan biometrik sidik jari (fingerprint) dan pendeteksi wajah (face ID) sehingga menjadikan setiap transaksi yang dilakukan semakin aman dan nyaman;
  • Fitur-fiturnya sangat lengkap sebagai pendukung setiap transaksi pembelian dan pembayaran
  • Terdapat juga fitur Berkah Islami yang menambah khasanah kita tentang dunia islam. Kita bisa mengetahui arah kiblat saat akan beribadah/salat, masjid terdekat hingga berita-berita seputar islam;
  • Praktis bisa dilakukan dimana saja, kapan, saja dengan HP tanpa harus ke luar rumah;
  • Jujur sih yang paling saya suka karena dengan menggunakan layanan dari M-Syariah kita juga bisa sambil beramal maupun donasi seperti wakaf, zakat, shodaqoh, infaq serta kegiatan positif lainnya.
Kini, Waktunya Kita Menabung Online di M-Syariah Untuk Mendapatkan Banyak Keuntungan Dalam Hidup

Menabung secara online saat ini semakin digemari oleh semua orang, termasuk saya, sehingga sudah banyak yang membuka rekening bank secara online.

Beruntungnya kita yang saat ini hidup di zaman modern abad ke-21, dimana era digital mengendalikan semua aktivitas hidup kita sehari-hari sehingga semuanya semakin dipermudah.

Termasuk dalam hal menabung saat ini semakin dipermudah, karena cara yang dilakukan dengan online melalui perangkat HP atau alat komunikasi lainnya.

Bank Mega Syariah melalui layanan aplikasi M-Syariah saat ini sudah membuka layanan untuk menabung secara online, serta berbagai fitur-fitur lainnya yang sangat membantu kehidupan kita agar berada pada jalur syariat islam yang benar (sesuai syariah).

Nah, kalau sudah ada Tabungan Syariah dari M-Syariah, maka sudah saatnya kita mulai menabung online sesuai syariah agar hidup kita juga makin berkah tanpa masalah.

Semoga artikel ini bermanfaat ya, terutama untuk teman-teman semua yang sedang akan membuka tabungan online. Pastikan tetap memilih Tabungan Syariah dari Bank Mega Syariah.


Friday, 20 March 2020

Cara Membuat Hand Sanitizer Alami Homemade Tanpa Alkohol Untuk Melawan Virus Corona

Akhir-akhir ini sedang marak para masyarakat dunia bahwa virus corona (CoVid) sedang mewabah. Virus ini sudah mewabah hampir di seluruh belahan dunia. Awal mula virus ini ada dan terdekteksi langsung di sumbernya yaitu di Negara Tiongkok (Wuhan, China).

Pademi virus ini terus bertambah dari hari ke hari. Bahkan virus ini telah melumpuhkan banyak sektor/bidang kehidupan penting terutama di bidang ekonomi. Per tanggal 19 Maret 2020, pernah rupiah Indonesia anjlok terhadap kurs dolar yakni sebesar Rp.16.000. Ini artinya bahaya virus covid sudah sangat berdampak pada sektor ekonomi dunia.

Pencegahan virus covid seharusnya dilakukan melalui kesadaran tiap individu, terutama lebih rutin menggunakan hand sanitizer untuk mencegah perkembangan virus. Harga hand sanitizer sangat mahal ketika pademi sedang berlangsung. Maka dari itu, saya mengajak rekan-rekan semua untuk membuat hand sanitizer sendiri secara alami homemade. Berikut bahan dan cara membuatnya:



Bahan-Bahan:

1. Bawang putih 2 biji (sebagai antiseptik dan antimikroba seperti bakteri dan virus)
2. Sereh 1 ruas, dan 1 lembar daun sirih (antimikroba)
3. Jahe seukuran jempol tangan orang dewasa (antimikroba)
3. Air bersih/aquades 200 ml (1 gelas)
4. Daun jeruk 5 helai (aromatik)

Cara membuat:

1. Tumbuk sereh, daun sirih, jahe, daun jeruk dan bawang putih jadi satu hingga halus
2. Campur hasil tumbukan di atas dengan 200 ml air, lalu aduk hingga jadi larutan
3. Saring larutan tersebut sehingga diperoleh hasil yg bersih
4. Masukan larutan ke botol semprot
5. Siap digunakan, bisa untuk cuci tangan.

Selamat mencoba dan semoga suka :)

Friday, 13 March 2020

Kemampuan dan Indikator Berpikir Kritis

                         

              Kemampuan Berpikir Kritis


Menurut kamus Webster’s (dalam Amri dan Ahmadi, 2010: 62) menyatakan, “Kritis” (critical) adalah “Menerapkan atau mempraktikan penilaian yang teliti dan obyektif” sehingga “berpikir kritis” dapat diartikan sebagai berpikir yang membutuhkan kecermatan dalam membuat keputusan.

Pengertian yang lain diberikan oleh Suryanti dkk(dalam Amri dan Ahmadi, 2010:62) yaitu: berpikir kritis merupakan proses yang bertujuan untuk membuat keputusan yang masuk akal mengenai apa yang kita percayai dan apa yang kita kerjakan. Berpikir kritis merupakan salah satu tahapan berpikir tingkat tinggi. Sugiarto (dalam Amri dan Ahmadi, 2010:62) mengkategorikan proses berpikir kompleks atau berpikir tingkat tinggi ke dalam empat kelompok yang meliputi pemecahan masalah (problem solving), pengambilan keputusan (decision making), berpikir kritis (critical thinking), dan berpikir kreatif (creative thinking).Berpikir kritis diperlukan dalam kehidupan karena dalam kehidupan di masyarakat, manusia selalu dihadapkan pada permasalahan yang memerlukan pemecahan.Untuk memecahkan suatu permasalahan tertentu diperlukan data-data agar dapat dibuat keputusan yang logis, dan untuk membuat suatu keputusan yang tepat, diperlukan kemampuan kritis yang baik.

Menurut Peter Reason (dalam Sanjaya, 2008:230), berpikir (thinking) adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat (remembering) dan memahami (comprehending). “Mengingat”pada dasarnya hanya melibatkan usaha penyimpanan sesuatu yang telah dialami untuk suatu saat dikeluarkan kembali atas permintaan, sedangkan “memahami” memerlukan perolehan apa yang didengar dan dibaca serta melihat keterkaitan antaraspek dalam memori. Kemampuan berpikir seseorang menyebabkan seseorang tersebut harus bergerak hingga di luar informasi yang didengarnya. Misalkan kemampuan berpikir seseorang untuk menemukan solusi baru dari suatu persoalan yang dihadapi. Berpikir adalah memanipulasi atau mengelola dan mentransfer informasi-informasi dalam memori kita.

Menurut Krulik (dalam Trianto, 2009:85) penalaran meliputi berpikir dasar (basic thinking), berpikir kritis (critical thinking), dan berpikir kreatif (creative thinking). Terdapat delapan buah penelitian yang dapat dihubungkan dengan berpikir kritis, yaitu menguji, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek dari sebuah situasi atau masalah, memfokuskan pada bagian dari sebuah situasi atau masalah, mengumpulkan atau mengorganisasikan informasi, memvalidasi dan menganalisis informasi, mengingat, dan menganalisis informasi, menentukan masuk tidaknya sebuah jawaban, menarik kesimpulan yang valid, memiliki sifat analitis dan refleksif.

Beberapa kemampuan yang dikaitkan dengan konsep berpikir kritis adalah kemampuan-kemampuan untuk memahami masalah, menyeleksi informassi yang penting untuk menyelesaikan masalah, memahami asumsi-asumsi, merumuskan dan menyeleksi hipotesis yang relevan, serta menarik kesimpulan yang valid dan menentukan kevalidan dari kesimpulan-kesimpulan Dressel (dalam Amri dan Ahmadi, 2010:63).

Pernyataan diatas didukung oleh Amri dan Ahmadi (2010:64) dalam berpikir kritis siswa dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan, pemecahan masalah, dan mengatasi masalah serta kekurangannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiarto (dalam Amri dan Ahmadi, 2010:64), bahwa berpikir kritis merupakan berpikir disiplin yang dikendalikan oleh kesadaran. Cara berpikir ini merupakan cara berpikir yang terarah, terencana, mengikuti alur logis sesuai dengan fakta yang diketahui.

Kemampuan berpikir kritis menurut Ennis (2011) mencakup kemampuan memberikan penjelasan dasar, membangun keterampilandasar, menyimpulkan, membuat penjelasan lebih lanjut serta mengatur strategi dan taktik, selanjutnya dijelaskan menjadi aspek-aspek agar lebih terperinci sesuai tabel 2.
Tabel 2. Kemampuan dan Indikator Berpikir Kritis
Kemampuan Berpikir Kritis
Sub Kemampuan Berpikir Kritis
Aspek
1.      Memberikan penjelasan dasar
1.      Memfokuskan pertanyaan
a.       Mengidentifikasi atau memformulasikan suatu masalah
b.      Mengidentifikasi atau memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin
c.       Menjaga pikiran terhadap situasi yang sedang dihadapi
2.      Menganalisis argument
a.       Mengidentifikasi kesimpulan
b.      Mengidentifikasi alasan yang dinyatakan
c.       Mengidentifikasi alasan yang tidak dinyatakan
d.      Mencari persamaan dan perbedaan
e.       Mengidentifikasi dan menangani ketidakrelevanan
f.       Mencari struktur dari sebuahpendapat/argumen
g.      Meringkas
3.      Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan yang menantang
a.       Mengapa?
b.      Apa yang menjadi alasan utama?
c.       Apa yang kamu maksud dengan?
d.      Apa yang menjadi contoh?
e.       Apa yang bukan contoh?
f.       Bagaimana mengaplikasikan kasus tersebut?
g.      Apa yang menjadikan perbedaannya?
h.      Apa faktanya?
i.        Apakah ini yang kamu katakan?
j.        Apalagi yang akan kamu katakan tentang itu?
2.      Membangun keterampilandasar
4.      Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak
a.       Keahlian
b.      Mengurangi konflik interest
c.       Kesepakatan antar sumber
d.      Reputasi
e.       Menggunakan prosedur yang ada
f.       Mengetahui resiko
g.      Keterampilan memberikan alasan
h.      Kebiasaan berhati-hati
5.      Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi
a.       Mengurangi praduga/menyangka
b.      mempersingkat waktu antara observasi dengan laporan
c.       Laporan dilakukan oleh pengamat sendiri
d.      Mencatat hal-hal yang sangat diperlukan
e.       Penguatan
f.       Kemungkinan dalam penguatan
g.      Kondisi akses yang baik
h.      Kompeten dalam menggunakan teknologi
i.        Kepuasan pengamat atas kredibilitas kriteria
3.      Menyimpulkan
6.      Mendeduksi dan mempertimbangkan deduksi
a.       Kelas logika
b.      Mengkondisikan logika
c.       Menginterpretasikan pernyataan
7.      Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi
a.       Menggeneralisasi
b.      Berhipotesis
8.      Membuat dan mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan
a.       Latar belakang fakta
b.      Konsekuensi
c.       Mengaplikasikan konsep (prinsip-prinsip, hukum dan asas)
d.      Mempertimbangkan alternatif
e.       Menyeimbangkan, menimbang dan memutuskan
4.      Membuat penjelasan lebih lanjut
9.      Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi
Ada 3 dimensi:
a.       Bentuk: sinonim, klarifikasi, rentang, ekspresi yang sama, operasional, contoh dan noncontoh
b.      Strategi definisi
c.       Konten (isi)
10.  Mengidentifikasi asumsi
a.       Alasan yang tidak dinyatakan
b.      Asumsi yang diperlukan: rekonstruksi argumen

5.      Strategi dan taktik

11.  Memutuskan suatu tindakan



a.       Mendefinisikan masalah
b.      Memilih kriteria yang mungkin sebagai solusi permasalahan
c.       Merumuskan alternatif-alternatif untuk solusi
d.      Memutuskan hal-hal yang akan dilakukan
e.       Me-review
f.       Memonitor implementasi
12.  Berinteraksi dengan orang lain
a.       Memberi label
b.      Strategi logis
c.       Strategi retorik
d.      Mempresentasikan suatu posisi, baik lisan atau tulisan
                (Ennis, 2011:2-4)

Sumber Pustaka:

(1). Amri, dan Ahmadi. 2010. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran.Jakarta. Prestasi Pustaka.
(2). Ennis, Robert H. 2011. The Nature of Critical Thinking:An Outline of Critical Thinking Dispositions and Abilities. Diakses dari faculty.education.illinois.edu/rhennis/documents/TheNatureofCriticalThinking_51711_000.pdf pada, (1 Desember 2012 12:05 WIB).
(3). Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta. Penerbit Kencana.
(4). Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.Jakarta.Prenada Media.

Sintak/Langkah-Langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Menurut Para Ahli


       


       Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Menurut  Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahayu (dalam Supriyadi, 2010:13).Model PBL berfokus pada penyajian suatu permasalahan( nyata atau simulasi ) pada siswa. Kemudian siswa diminta mencari pemecahan melalui serangkaian percobaan yang berdasarkan teori dan konsep dari suatu bidang ilmu.
Pembelajaran berbasis masalah (PBM) merupakan istilah yang diadopsi dari bahasa Inggris Problem Based Learning (PBL).  Menurut Ratumanan (dalam Trianto, 2009:92), pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir ting­­­kat tinggi sehingga membantu siswa untuk memproses informasi dan menyusun pengetahuan mereka sendiri.
Pada model pembelajaran berbasis masalah, kelompok-kelompok kecil siswa bekerja sama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru.  Dalam hal ini, pembelajaran dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama di antara siswa-siswa.  Guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan dan memberikan contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang dibu­tuh­­­kan supaya tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan.  Selain itu, guru juga harusmampu menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa (Trianto, 2009: 92).
1.      Ciri-ciri Khusus Pembelajaran Berbasis Masalah
Arends (dalam Trianto, 2009:93) mengungkapkan bahwa pengem­bangan pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan model pengajaran itu memiliki ka­rakteristik.sebagai berikut (Krajcik, 1999; Krajcik, Blumenfeld, Marx, &Soloway, 1994; Slavin, Maden, Dolan, & Wasik, 1992; 1994; Cognition & Technology Group at Vanderbilt, 1990): a) Pengajuan pertanyaan atau masalah, b) Berfokus pada keterkaitan antardisiplin, c) Penyelidikan autentik, Menghasilkan produk dan memamerkannya, dan d) Kolaborasi. 
Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahayu (dalam Supriyadi, 2010:13) mengungkapkan lima asumsi utama dalam PBL sebagai berikut:
a.       Permasalahan sebagai pemandu.  Dalam hal ini permasalahan menjadi acuan yang harus menjadi perhatian siswa.  Bacaan diberikan sejalan dengan permasa­lahan.  Siswa ditugaskan un­tuk membaca dengan selalu mengacu pada per­masalahan.  Permasalahan men­jadi kerangka pikir dalam mengerjakan tugas.
b.      Permasalahan sebagai kesatuan.  Permasalahan diberikan kepada siswa setelah tugas-tugas dan penjelasan dibe­ri­kan.  Tujuannya memberikan kesempatan pada siswa untuk menerapkan pe­nge­­tahuan yang sudah diperolehnya dalam pe­mecahan masalah.
c.       Permasalahan sebagai contoh.  Permasalahan merupakan salah satu contoh dan bagian dari bahan pelajaran siswa.  Permasalahan digunakan untuk menggambarkan teori, konsep, atau prin­sip dan dibahas dalam diskusi kelompok.
d.      Permasalahan sebagai sarana yang memfasilitasi terjadinya proses.  Permasalahan menjadi alat untuk melatih siswa dalam bernalar dan berfikir kritis.
e.       Permasalahan sebagai stimulus dalam aktivitas belajar.  Fokusnya pada pengembangan keterampilan pemecahan masalah dari kasus-kasus serupa.  Ke­te­rampilan tidak diajarkan oleh guru, tetapi ditemukan dan di­kembangkan sen­diri oleh siswa melalui aktivitas pemecahan masalah.  Kete­rampilan yang di­maksudkan meliputi keterampilan fisik, keterampilan data dan menganalisis data yang berkaitan dengan permasalahan.
2.      Sintaks Pembelajaran berbasis Masalah
Sintaks suatu pembelajaran berisi langkah-langkah praktis yang harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam suatu kegiatan.  Dalam pembelajaran berbasis masalah terdapat lima langkah utama yang dimulai dengan guru memper­ke­nalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis ha­sil kerja siswa.  Adapun kelima langkah tersebut dijelaskan dalam Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah
Tahap
Tingkah laku guru
Tahap-1
Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.
Tahap-2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan  dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap-3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Tahap-4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Tahap-5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Sumber: Ibrahim ( dalam Trianto, 2009:98)
Lebih lanjut Arends (2008:56) merinci langkah-langkah yang diperlukan untuk meng­implementasikan PBL dalam pembelajaran sebagai berikut:
Tahap 1. Mengorientasikan siswa pada masalah.
Dalam hal ini pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan.  Tahapan ini sangat penting dalam penggunaan PBL, dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh siswa dan guru sendiri.  Di samping proses yang akan berlangsung, pen­ting juga untuk menjelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembela­jaran.  Hal ini penting untuk memberikan motivasi agar siswa dapat engage dalam pembelajaran yang dilakukan. Sutrisno (2006, dalam Dasna dan Sutrisno, 2010: 82) menekankan empat hal penting pada proses ini, yaitu: a) tujuan utama pengajaran ini tidak untuk mempelajarai sejumlah informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi mahasiswa yang mandiri; b) permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak “benar”, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan; c) selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), Guru akan bertindak sebagai pembimbing yang siap membantu, namun siswa harus berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan temannya; dan d) selama tahap analisis dan penjelasan, siswa akan didorong untuk menyata-kan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan.Dalam pembelajaran ini, tidak ada ide yang akan ditawarkan oleh guru atau teman sekelas.  Semua siswa diberi peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan dan menyampaikan ide-ide mereka.
Tahap 2. Mengorganisasi siswa untuk belajar.
Pemecahan suatu masalah yang membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota mendorong siswa untuk belajar berkolaborasi.  Oleh sebab itu, guru dapat me­mulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok siswa di­mana masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda.   Prinsip-prinsip pengelompokan siswa dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagai­nya.  Hal penting yang dilakukan guru adalah memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok se­lama pembelajaran.  Selanjutnya guru dan siswa menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal.
Tahap 3. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok.
Pada fase ini guru membantu siswa dalam mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka berpikir tentang suatu masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah tersebut.  Siswa diajarkan untuk menjadi penyelidik yang aktif dan dapat menggunakan me­tode yang sesuai untuk masalah yang dihadapinya, siswa juga perlu diajarkan apa dan bagaimana etika penyelidikan yang benar. 
Tahap 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Hasil karya yang dimaksud lebih dari sekedar laporan tertulis, termasuk hal-hal seperti rekaman video yang memperlihatkan situasi yang bermasalah dan solusi yang diusulkan, model-model yang mencakup representasi fisik dari situasi masalah atau solusinya, dan program komputer serta presentasi multimedia.  Selain beberapa hal tersebut, dapat pula dilakukan dengan cara lain, newsletter misalnya, merupakan cara yang ditawarkan untuk memamerkan hasil-hasil karya siswa dan untuk menandai berakhirnya proyek-proyek berbasis masalah.
Tahap 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah.
Fase terakhir PBL ini melibatkan kegiatan-kegiatan yang dimaksudkan untuk mem­bantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikirnya sendiri maupun keterampilan investigative dan keterampilan intelektual yang mereka gunakan.  Selama fase ini, guru meminta siswa untuk merekonstruksikan pikiran dan ke­giatan mereka selama berbagai fase pelajaran.
Tantangan utama bagi guru dalam tahap ini adalah mengupayakan agar semua siswa aktif terlibat dalam sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.
Dasna dan Sutrisno (2010) mengemukakan beberapa alasan baiknya menggunakan PBL dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut:
a.       Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Siswa/mahasiswa yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan.  Ar­­ti­nya belajar tersebut ada pada konsep. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika siswa/mahasiswa berhadapan dengan situasi di mana kon­sep diterapkan;
b.      Dalam situasi PBL, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang rele­van.  Artinya, apa yang mereka lakukan sesuai dengan keadaan nyata bukan lagi teoritis sehingga masalah-masalah dalam aplikasi suatu konsep atau teori mereka akan temukan sekaligus selama pembelajaran berlangsung; dan
c.       PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis , menumbuhkan inisiatif siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat me­ngembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.


Sumber Pustaka:

(1). Arends, R.I. 2008. Learning to Teach. Edisi VII. Yogyakarta.Pustaka Pelajar.
(2). Dasna, I.W. dan Sutrisna.  2010.  Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning).  Malang.Universitas Negeri Malang.
(3). Supriyadi. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pokok Sistem Reproduksi Pada Manusia (2009/2010). (Skripsi). Bandar Lampung.Universitas Lampung.
(4). Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.Jakarta.Prenada Media.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.Jakarta.Prenada Media.